HAPPY READING!!
.
.
.Hati-hati banyak typo bertebaran!!
.
.Bak seperti kesetanan, Jihan memarkirkan motornya di sembarang arah, dan dengan langkah cepat ia menuju sebuah bangunan tua di dekat hutan. Tidak ada yang tahu tempat ini kecuali dirinya, ke-empat kembarannya, dan beberapa bodyguard yang mengetahui tempat ini.
"Where is he?" Jihan bertanya dengan nada dinginnya. Lawan bicara yang berada di hadapannya langsung mengarahkannya menuju ruang eksekusi.
Jihan berjalan menuju ruang eksekusi yang tertutup rapat dan memasukinya, sementara keempat kembarannya yang baru datang langsung membuntutinya di belakang.
Di sana, dapat Jihan lihat seorang pria sedang terikat di bagian tangan dan kakinya. Namun raut pria itu seolah tanpa ekspresi apapun.
"Hai, kita bertemu lagi, bukan?" Seringai tajam terbentuk dari bibir gadis itu, menatap tajam lawannya seakan dapat memangsanya kapanpun ia mau.
"Ternyata dateng juga. Saya pikir kalian takut!" Pria itu mengejek Jihan yang tersenyum miring ke arahnya.
Sementara Ardhan, Nathan, dan Yudha berhenti mendadak dikarenakan Akhtar membentangkan kedua tangannya dan menghentikan langkah secara tiba-tiba saat melihat apa yang berada di ruang eksekusi.
"Anjing banget?? Untung gue kaga nubrukin lo semua!" Yudha merutuki seluruh kembarannya karena dirinya hampir saja menubruki semua kembarannya jika ia tidak bisa mengendalikan dirinya.
Nathan membalikkan badannya, melihat Yudha yang mengeluarkan kata-kata kasar. "Hidup lo kenapa si? Penuh drama banget. Anak teater lo ya?"
"Teater palamu! Anak silat boz! Awas aja lo, sampe rumah nanti gue baku hantam ampe patah tuh tulang!" Ancam Yudha.
"Lo pikir gue berani?" Nathan menyahut tak mau kalah.
"Heh lo berdua diem dulu napa si? Pending dulu ributnya!" Ardhan melerai.
"Jadi orang ini biangnya?" Akhtar bertanya singkat. Kedua tangannya ia silangkan di depan dada bersamaan dengan seringai tajam yang ia tunjukkan pada orang itu.
Nathan dan Yudha yang semula masih bercekcok, lantas ikut melihat siapa orang yang bisa memancing amarah Jihan.
"Ohhh, pantess. Si Jihan marahnya bukan maen, ternyata mau ngadepin makhluk modelan kaya lo?" Nathan tertawa, meremehkan seseorang yang berada di hadapannya.
"Sadar Om! Inget sama umur. Udah tua bukannya tobat malah nyari gara-gara!" Imbuh Yudha.
"Sialan! Umur saya masih empat puluh tahun. Saya gak setua itu!" Bentaknya tak terima.
Ardhan hendak berjalan ke arahnya, namun lebih dulu dicegah oleh Jihan. Yudha hanya menarik senyum simpul, dan mempercayakan semuanya pada Jihan.
Sedangkan Akhtar hanya berdiri saja. Menyandarkan dirinya pada tembok besar yang kedap suara.
"Ini yang gue tunggu-tunggu." Nathan tersenyum remeh, kemudian ikut menyandarkan dirinya pada tembok sebelah Akhtar.
Jihan berjalan pelan, namun sebelum itu ia lebih dulu mengambil sebuah pisau lipat yang tergeletak di meja yang berada di pojok ruangan. Mengasahnya kembali sampai pisau itu menjadi lebih tajam sehingga menimbulkan suara decitan antara logam yang digesekkan.
Setelahnya, Jihan berjalan menuju target. Memperlihatkan betapa tajamnya pisau yang ia asah barusan, dengan menggoreskannya pada pipi target.
Sreett!!
KAMU SEDANG MEMBACA
A.N.J.A.Y
Teen FictionIni bukan tentang ANJAY yang biasa dikatakan oleh orang-orang. Ini kisah tentang kembar lima yang mencoba melindungi keluarganya. Keluarga mereka bisa dikatakan ajaib dan bar-bar. Mulai dari sifat yang sedingin es hingga sifat yang membuat geleng-ge...