BAGIAN 11

193 23 51
                                    

Happy Reading!!

.
.
.

Hati-hati banyak typo bertebaran!

.
.
.

Suara riuh datang dari kediaman Dirgantara, siapa lagi pelakunya jika bukan ANJAY. Suasana tenang pagi hari ini lenyap sudah, dan itu memang sudah menjadi kebutuhan mereka setiap pagi.

Tiada hari tanpa bertengkar.

Seorang pemuda tengah meringkuk di dalam kamarnya, setelah lelah bermain kemarin, kini ia tinggal menikmati hari liburnya, hari di mana ia bisa tidur dengan nyenyak tanpa harus bangun pagi untuk sekolah.

Namun ia salah besar. Ketenangan itu tidak dapat ia rasakan sekarang, ketika mendengar suara pintu kamarnya didobrak secara paksa oleh seseorang.

"NATHAN ANJING!" Pekik keras orang itu dari ambang pintu, menatap pemuda yang masih bergelut dengan tempat tidurnya.

Sang pemilik nama yang mendengar pekikan itu sontak bangun dan menatap seseorang yang tengah berdiri di sana, dengan mata yang masih terkantuk-kantuk.

"Apasih Bang, masih pagi juga. Dateng-dateng gue dianjing-anjingin, gak jelas lo!" Jawabnya dengan nada yang masih setengah sadar, lalu kembali merebahkan tubuhnya dengan posisi membelakangi pelaku.

"GAK USAH PURA-PURA GAK TAU LO YE SAMSUL! MANA BUKU MATEMATIKA GUE, HAH?!" Pemuda itu menarik selimut yang dikenakan oleh Nathan, membuat sang empu berdecak.

"Ada di dalem tas, Bang...!!" Kali ini matanya berhasil terbuka sempurna. Lenyap sudah ketenangannya dihari libur ini.

"Lain kali kalo mau pinjem tuh bilang! Gue kira ilang tadi nih buku," kesalnya, seraya mengambil buku itu dari tas milik Nathan.

Suara berisik itu ternyata terdengar hingga ke bawah, membuat kelima orang yang berada di sana menatap satu sama lain.

"Ada apa sih itu, heboh banget?" Tanya sang ibu yang menatap anak perempuannya.

"Ganggu orang tidur!" Pekik Akhtar yang sedari tadi sudah menempelkan kepalanya pada meja makan karena mengantuk. Anak itu memang selalu mengantuk setiap saat, tapi jika soal makan dialah yang maju paling pertama.

Prinsip hidup Akhtar adalah tidak ada sesuatu yang lebih nikmat selain tidur. Karena dengan tidur, ia bisa membangun mimpi-mimpi yang lebih indah dari kenyataannya.

"Biasa, paling Bang Ardhan sama Bang Nathan berantem lagi." Yudha menyela, berusaha menjawab pertanyaan itu.

Setelah dirasa suasana sudah cukup tenang, mereka melihat ke arah tangga yang ternyata menampakkan dua orang pemuda yang baru saja turun dari sana, hanya saja satu pemuda bermuka masam, dan yang satu lagi masih dengan wajah khas bangun tidurnya.

"Ini nih tersangka pagi hari ini. Masih pagi udah ribut aja, berisik tau!" Oceh Jihan ketika dia pemuda itu baru saja tiba di meja makan. Kedua pemuda itu hanya diam tak menjawab, seperti menganggap pertanyaan itu hanyalah angin berlalu.

"Oh...ini yang KATANYA sebentar lagi mau PKL?" Ledek Galang pada Nathan seraya menekan kalimat 'katanya'.

"Tau! Padahal kelas 11 aja belom, tiba-tiba mau dikirim PKL!" Imbuh Jihan.

"Lho, bukannya kelas 11 sebentar lagi?" Tanya sang Mommy.

"Iya Mom, emang dasarnya mereka aja yang sirik sama Nathan!" Ucapnya penuh penekanan.

"Dih!" Ketus Ardhan.

"Apa? Nanti kalo gak ada gue, kangen lo pasti!" Sahutnya lagi.

"Udah, udah, yang penting sekarang semua udah lengkap di meja makan, urusan itu belakangan, nanti bisa dibicarakan lagi. Sekarang ayuk makan!" Titah sang ibu seraya tersenyum menatap keluarganya satu persatu.

A.N.J.A.YTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang