Happy reading guys....
***
Pagi menjelang begitu cepat. Rasanya Aleysia baru saja menutup mata, akibat sepanjang malam memikirkan semua penjelasan Sean semalam.Sore ini rombongan kampus akan meninggalkan resort. Jadi Aleysia hanya punya waktu tak kurang dari setengah hari untuk meyakinkan diri atas keputusan yang diambilnya.
Ya, dia masih ragu dengan keputusannya. Entah kenapa meski telah memperjelas segalanya dengan Sean, dia masih gamang. Rasa-rasanya ada sesuatu yang menahannya untuk tidak mengambil keputusan itu.
Baru juga Aleysia akan menuju restoran untuk sarapan bersama Ellen. Dia sudah melihat sekelebat bayangan Stella yang mengarah ke kamar VVIP Sean.
Mau apa dia sepagi ini ke kamar pria itu?
Seketika Aleysia teringat ucapan Stella semalam yang nekat akan mengungkapkan perasaannya pada Sean hari ini.
"El, lo duluan aja! Gue mau balik ke kamar bentar." Entah ini kehobongannya yang ke berapa pada Ellen, yang jelas kini dia lancar mengatakannya sejak berurusan dengan Sean dan tantangan kekanak-kanakan Stella.
"Oke, jangan lama-lama."
Setelah Ellen pergi, Aleysia bergegas ke kamar Sean. Kamarnya yang ada di ujung memungkinkan bagi Aleysia untuk bersembunyi di sisi lain tembok dan menguping.
Stella masih berdiri depan pintu, menunggu si empunya membuka pintu. Aleysia tak berani mengintip atau keberadaannya akan diketahui. Gadis itu merapatkan diri ke dinding dan mempertajam pendengarannya.
Seumur-umur Aleysia tidak pernah melakukannya, apalagi kepo dengan urusan orang. Tapi ini pengecualian karena dia penasaran apa Stella benar-benar akan melakukannya.
Terlebih dia juga ingin memastikan kebenaran ucapan Sean yang terakhir semalam.
"Pagi Sean." Terdengar suara Stella yang menyapa Sean dengan riang sesaat setelah bunyi pintu terbuka.
Sean? Dia panggil Mr. Ehrenreich dengan nama depan?
Ahh... bodoh sekali kau, Ley. Ya iyalah secara dia berpeluang jadi pacarnya, ya kali masih pake panggilan formal kayak elo. Rutuk dewi batinnya.
"Pagi, ada apa Stel?"
"Eee... Sean, kita breakfast bareng yuk?! Ada yang pengen aku bilang ke kamu."
"Ma-" ucap Sean terhenti saat hidungnya yang peka mencium satu aroma yang terasa familiar.
Aroma ini? Aleysia? Batin Sean senang, mengenali aroma ini adalah aroma Aleysia.
Untuk memastikannya, dia mengangkat tangan. Menutupi matanya yang sesaat terpejam agar tidak diketahui Stella.
Dia di sini?
Dalam penerawangannya, Sean mendapati Aleysia berdiri menguping di tembok samping kamarnya. Senyum kecil muncul di bibirnya.
Rupanya penasaran juga dia.
Stella akan menanyakan keadaan Sean tapi urung sebab pria itu telah menurunkan tangannya.
"Boleh, mau breakfast dimana?" tanya Sean yang terdengar antusias.
"Di restoran bawah aja," jawab Stella tak kalah antusias mendapat respon Sean yang lain dari biasanya.
"Tapi katanya kamu pengen bilang sesuatu, emang nggak papa kalo di sana?"
Apa aku nggak salah dengar? Kenapa ucapannya kedengeren manis banget pas ngomong ke Stella? Udah kayak tertarik aja.
Atau jangan-jangan udah, bahkan lebih?
KAMU SEDANG MEMBACA
Entangled Love An Indigo
ФэнтезиBerawal dari sebuah tantangan yang dilakukan untuk menghindarkan sahabatnya dari keterpurukan dan untuk menyelamatkan kelangsungan dalam mencapai tujuannya, Aleysia harus terjebak dalam sebuah ikatan dan pada akhirnya tidak bisa lepas karena terlanj...