Happy reading guys...
***
"Dan Sean, andai saja kau tidak melakukan ini. Aku akan dengan senang hati menjadi kekasihmu terlepas dari tantangan itu. Karena aku benar-benar tertarik padamu. Tapi ya sudahlah, kau sudah mengecewakanku. Jadi mulai sekarang nikmati balasanku." Tutur Stella panjang lebar dan berlalu pergi."Stella, tunggu!" Seru Sean.
Hahh... takut juga dia rupanya. Stella berbalik, mendapati Sean tak lagi merangkul Aleysia. Bahkan kini Sean berjalan menghampirinya membuat Stella menyeringai.
Jika kau berubah pikiran, maka berlutut dulu di kakiku dan minta maaf lalu aku akan coba mempertimbangkannya.
Sean mendegus mendengar pikiran Stella. Dia berhenti tepat di depan gadis itu.
"Bagaimana kalo kukatakan jika bukan masa depan dan riwayat kami tapi masa depanmu yang akan terancam atau bahkan riwayatmu yang akan tamat." Ungkap Sean yang melenceng jauh dari perkiraan Stella.
Meski begitu Stella kembali menyeringai bahkan mendegus sinis. Tak menganggap berarti ucapan Sean yang terdengar seperti angin lalu daripada ancaman.
"Kau belum kenal siapa aku, Stella. Jadi coba pikirkan baik-baik sebelum bertindak bahkan sebelum omong besar seperti tadi."
"Hehh... emang kau siapa? Hanya seorang dosen, itupun masih amatir." Cibir Stella lalu tertawa keras.
Sean tersenyum kecil, tak masalah dengan itu. Karena sebentar lagi bisa ia pastikan Stella tak akan lagi bisa tertawa.
Sean lantas menoleh pada Aleysia yang masih di belakang. "Kau ingin memberitahunya siapa aku, sayang?"
Tanpa menunggu undangan lagi, Aleysia maju dan mengungkapkan fakta siapa sebenarnya Sean. "Bukan hanya dosen amatir, Stell. Sean adalah penyumbang terbesar yayasan sekaligus pemilik kawasan tempat kau berdiri sekarang."
Seketika tawa gadis berambut pirang itu tak lagi terdengar. Bibirnya terasa kelu untuk tertutup. Matanya membulat sempurna menatap Sean, terkejut sekaligus tak menyangka mengetahui kebenaran pria itu.
Penyesalan menyelimuti dirinya. Tapi bukan karena takut dengan ancaman Sean melainkan dia menyesal sebab mangsa yang sangat wah sudah luput begitu saja dari tangannya.
"Jadi kau sudah tahu betapa berkuasanya aku di kampus itu?" Ucapan Sean membawa kembali kesadaran Stella.
"Dengan sekali ucap, aku bisa menyingkirkanmu sebelum kau buka suara tentang hubungan kami atau bahkan menyebarkan berita soal Ellen."
Susah payah Stella menelan saliva nya mendengar itu. Terlebih kini ia merasa terintimidasi oleh aura mendominasi dari dalam diri Sean yang belum pernah dilihatnya.
"Untuk mengeluarkanmu dari kampus itu perkara mudah bagiku. Bahkan jika kau belum merasa takut dan jera, aku lebih dari kata mampu membuatmu tidak bisa di terima di perguruan tinggi manapun."
Kaki Stella serasa lemas menompang tubuhnya, menyadari betapa tidak main-main ancaman pria itu dengan kendali yang dimiliki.
"Sir, saya minta maaf. Saya janji tidak akan melakukan semua yang sudah saya katakan tadi tapi tolong jangan lakukan itu! Tolong pikirkan nasib masa depan saya jika itu terjadi!" Mohon Stella dengan suara bergetar, ketakutan.
"Kenapa aku harus memikirkannya? Karena jika aku tidak salah ingat, kau juga tidak memikirkan masa depan Aleysia dan Ellen. Terlebih lagi kau juga sempat mengancamku, bukan?"
Stella tertunduk menyesal. Dia akan berlutut di kaki Sean agar pria itu mengampuninya. Tapi sebelum Stella bisa melakukannya, Sean sudah menahan lengannya agar tetap di tempat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Entangled Love An Indigo
FantasiaBerawal dari sebuah tantangan yang dilakukan untuk menghindarkan sahabatnya dari keterpurukan dan untuk menyelamatkan kelangsungan dalam mencapai tujuannya, Aleysia harus terjebak dalam sebuah ikatan dan pada akhirnya tidak bisa lepas karena terlanj...