Chapter 17 - Memperjelas Segalanya

22 3 8
                                    

Happy reading guys....

***
Ellen sudah kembali ke kamar sebab mendapat panggilan alam. Sementara Aleysia masih tinggal, membantu seniornya beres-beres.

"Leysi,"

Aleysia menoleh sekilas pada Stella yang berdiri menjulang di sampingnya. "Kenapa Stell?" tanyanya lalu kembali sibuk melipat tikar.

"Lo ingat ini malam terakhir di sini kan?"

"Iya terus?"

"Tinggal sehari besok dan kita akan tahu siapa yang lebih unggul. Lo atau gue."

Seketika Aleysia menghentikan aktivitasnya. Ucapan Stella tak hanya mengingatkannya akan fakta itu tapi juga soal dirinya yang harus segera memberi Sean jawaban. Masalahnya, dia masih belum tahu keputusan apa yang akan diambil.

"Tapi kalo dilihat-lihat nih ya, elo masih nggak ada pergerakan apapun. Jangankan berhasil jadiin Sean pacar, lo bahkan nggak deket sama dia."

Tanpa sadar, Aleysia mendegus sinis.
Bukan gue yang bergerak tapi dia dan dia juga yang coba buat deket sama gue.

"Lo lihat nggak, gimana deketnya gue sama Sean malam ini? Gue yakin dalam waktu dekat dia bakal nembak gue."

Dia udah duluan nyatain hal itu ke gue tuh, gimana dong?

"Kalo nggak gue aja kali ya yang nembak dia besok. Udah pasti langsung diterima."

Percaya diri sekali, non. Batin Aleysia menertawakan kepedean Stella.

"Hahaha Leysi, terima kekalahan lo karena gue yang akan menang telak."

Menang telak dari mana? Mimpi kok kesorean.

"Jadi siap-siap aja terpuruk bareng sahabat lo yang nggak guna itu."

Refleks tangan Aleysia terkepal, menahan emosi. Dia selalu terusik jika itu mengenai sahabatnya.

"Byeeeeee... mimpi yang indah ya sayang, sebelum menerima kenyataan yang buruk," pungkas Stella berlalu pergi dengan senyuman puas saat berhasil membuat Aleysia tak berkutik hingga tidak bisa membalas satupun ucapannya.

***
Berjalan di koridor menuju kamarnya, Aleysia tersentak kaget saat tiba-tiba ada yang menarik tangannya ke dalam lorong.

"AKH-empph." Teriakan Aleysia langsung teredam oleh tangan yang membungkam mulutnya.

"Ini saya, Sean." Pria itu lantas menurunkan tangannya.

Dalam temaram lampu lorong, Aleysia berusaha mengenali wajah pria di depannya. Dan benar saja itu Sean.

"Mr. Ehrenreich kenapa ada di sini dan kenapa anda menarik saya ke sini? Apa yang anda pikirkan? Bagaima-"

Lagi-lagi tangan Sean membungkam mulut gadis itu yang memberondongnya dengan beberapa pertanyaan sekaligus. "Shhhtt..."

Refleks Aleysia berusaha menurunkan tangan Sean tapi nihil. Matanya bergerak-gerak menelisik tatapan Sean.

"Apa kau bisa diam?" ucap pria itu. Aleysia langsung mengangguk.

"Oke." Sean lantas menyingkirkan tangannya dari mulut Aleysia.

Menghela napas lega, Aleysia mundur beberapa langkah membuat jarak dengan pria itu.

"Aku di sini ingin mendengar jawabanmu," ungkap Sean. Bersandar pada tembok sambil melipat tangan. Mengeluarkan aura mendominasi dalam dirinya hingga nyali Aleysia semakin menciut.

"Sir, saya tidak punya jawaban untuk itu," ucap Aleysia sambil tertunduk.

Sean baru akan buka suara tapi gadis itu sudah mengangkat pandangannya dan kembali bicara. "Tolong kerja sama anda. Bantu saya memperjelas semuanya jika anda benar-benar ingin saya menjawab."

Entangled Love An IndigoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang