Happy reading guys....
***
Sekembalinya dari kegiatan mendaki, Aleysia terus menghindar saat Sean berusaha mendekatinya.Tak tanggung-tanggung pria itu seakan tak ingin membiarkannya bernapas dengan tenang. Dimanapun ia berada, Sean pasti ada di sekitarnya. Mencari peluang untuk bicara dengannya tapi tentu saja pengecualian saat dia di toilet wanita. Mau digebukin para gadis jika pria itu nekat mengikutinya ke sana.
"Aleysia," panggil Sean saat mereka berpapasan di koridor dan akhirnya Aleysia tidak bisa lagi menghindar bahkan mengabaikannya.
Sean menghalangi jalannya, terpaksa Aleysia harus meladeni pria itu. Satu harapannya semoga Sean tidak bicara yang macam-macam mengingat di sekitar mereka cukup ramai orang.
"Ya, sir. Ada yang bisa saya bantu?" tanya Aleysia dengan penekanan di akhir kalimat sambil sekilas melihat sekeliling, menekankan ada dimana mereka sekarang hingga dia harus bersikap sopan pada dosennya itu agar tidak menarik perhatian.
Untuk sesaat Sean ikut melihat sekeliling, sadar reaksi gadis itu juga sekaligus mengingatkannya bahwa mereka ada di ruang publik dan tak mungkin baginya untuk mengusik Aleysia dengan pembicaraan yang tak semestinya terjadi antara dosen dan mahasiswi.
Meski begitu Sean tak lantas mati kutu, dia punya segudang alasan yang siap untuk melancarkan semua keinginannya.
Namun belum sempat dia mengatakan salah satunya, rektor yang kebetulan melewati koridor itu menyapanya. "Mr. Ehrenrich."
"Mr. Wilson."
"Sir," sapa Aleysia sopan dan rektor hanya mengangguk sekilas lalu beralih pada Sean.
"Mr. Ehrenrich, ada yang perlu saya bicarakan dengan anda sejak kemarin tapi tidak sempat."
"Sir, saya permisi," pamit Aleysia bersiap undur diri.
"Tunggu Aleysia! Saya masih ada urusan denganmu," cegah Sean.
Urung pergi, Aleysia merasa tak enak dengan rektor apalagi kini Mr. Wilson melihatnya dengan tatapan menyelidik. Pasti dia bertanya-tanya urusan apa yang dimiliki Sean dengan Aleysia yang notabennya mahasiswi di saat proses pendidikan saja belum dimulai.
Untuk saat itu, Aleysia menggerutu dalam hati. Merutuki Sean yang bisa-bisanya menyuruhnya tinggal dan menempatkannya dalam situasi tak nyaman ini.
"Sir, apa ini tentang hal penting?" tanya Sean mengalihkan perhatian Mr. Wilson dari Aleysia.
"Oh bukan, Mr. Ehrenrich. Saya hanya ingin berterima kasih karena anda telah begitu murah hati dengan menyediakan resort ini untuk menunjang acara kampus."
Refleks Aleysia yang tertunduk langsung mengangkat pandangan, tertegun mendengar fakta itu. Bahkan ia sampai tak mendengar apa yang dikatakan Sean setelah itu.
Sungguh fakta yang mengejutkan, Sean adalah pemilik resort ini sekaligus penyumbang terbesar yayasan. Itu artinya dia juga pencetus program OSPEK kali ini.
Aleysia melihat Sean dengan tatapan tak menyangka.
"Sungguh, saya kagum dengan anda. Terutama ide briliant anda tentang OSPEK yang tidak hanya berdampak baik bagi kampus kita tapi juga sepertinya telah berhasil mencapai harapan kita bersama khususnya tujuan anda."
"Beberapa rekan sesama rektor di kampus lain menghubungi saya dan mengatakan akan mengadakan program serupa di kampus mereka."
"Benarkah, sir? Syukurlah jika begitu, saya sangat senang mendengarnya," kata Sean penuh senyum begitu juga Mr. Wilson yang sejak awal begitu sumringah bicara dengan Sean.
KAMU SEDANG MEMBACA
Entangled Love An Indigo
FantasyBerawal dari sebuah tantangan yang dilakukan untuk menghindarkan sahabatnya dari keterpurukan dan untuk menyelamatkan kelangsungan dalam mencapai tujuannya, Aleysia harus terjebak dalam sebuah ikatan dan pada akhirnya tidak bisa lepas karena terlanj...