Chapter 8 - Dosen??

217 35 10
                                    

Berharap kalian menyukainya..
Happy reading guys..

***
"Kau ingin aku menjadi kekasihmu, Aleysia?" kata pria itu lagi hingga Aleysia menoleh kilat ke arahnya, benar-benar dikejutan dengan dua kejutan sekaligus.

Aleysia hanya menatap Sean terkejut dan heran, bagaimana pria itu bisa tahu tantangan itu? Dan lagi bukankah dia belum mengatakan namanya, lalu bagaimana mungkin pria itu tahu?

"Maaf, sepertinya aku harus pergi sekarang." Aleysia buru-buru berbalik, merasa ada yang tidak beres dengan pria itu.

Berniat untuk cepat-cepat pergi dari sana tapi hal mengejutkan lainnya kembali membuat langkahnya terhenti.

"Ya, aku mau. Sangat mau untuk menjadi kekasihmu," kata Sean lagi, bukan hanya menghentikan langkah Aleysia tapi juga membuat jantung gadis itu serasa berhenti untuk sesaat.

Terkejut dan tidak menyangka, Aleysia terpaku untuk beberapa saat. Sampai akhirnya ia berusaha mengabaikan hal itu dan kembali berjalan, ingin cepat-cepat menjauh dari pria itu.

Karena sudah bisa dipastikan ada sesuatu tentang pria itu, yang mengharuskannya untuk menjaga jarak. Auranya membuat Aleysia merasa tidak nyaman dan terasa aneh saat semua yang dikatakan Sean, seharusnya tidak diketahui oleh pria itu.

***
Aleysia masih ingat jelas setiap detailnya. Perkataan Sean bahkan apa yang ia rasakan saat mendengarnya.

Dan yang paling mengganggunya sampai sekarang adalah Sean tahu tentang tantangan menjadi kekasih itu. Bahkan dengan berani mengatakan kesediaannya, padahal dia hampir merupakan orang asing bagi pria itu begitupun sebaliknya.

Ya, mungkin bukan orang asing lagi mengingat beberapa hal yang diketahui pria itu. Tapi tetap saja, mereka masihlah orang asing dengan pertemuan pertama yang baru terjadi tadi.

Entahlah, Aleysia masih tidak habis pikir bagaimana Sean tahu semua itu. Mungkin hanya kebetulan dan tebakan yang tepat mengingat dia yang begitu kesulitan untuk mengatakan maksudnya tadi. Apalagi dengan kenyataan dia menghampiri pria itu tepat setelah Stella menghampirinya untuk berkenalan.

Mungkin saja bukan? Pria itu berpikir demikian setelah apa yang terjadi. Karena sangat kecil kemungkinan bahkan tidak mungkin jika Stella yang mengatakan hal itu padanya. Lalu bagaimana dengan namanya, apa mungkin Stella yang memberitahu dia tapi untuk apa Stella melakukannya?

"Ley...." kata Ellen yang menyadarkan Aleysia.

"Lo baik-baik aja kan? Gue lihat dari tadi lo banyak diem setelah bertemu pria itu. Apa terjadi sesuatu tadi?"

"Enggak, nggak ada kok El. Tadi cuma kenalan biasa," kata Aleysia tidak ingin Ellen tahu hal itu.

"Gue tahu lo nggak terbiasa dan nggak nyaman dengan itu. Maafin gue ya, Ley! Karena gue, lo jadi terpaksa melakukannya," kata Ellen sarat akan penyesalan.

Dan Aleysia sudah benar dengan pilih tidak mengatakan hal itu pada Ellen. Jika ya, pasti sahabatnya itu akan khawatir, merasa bersalah dan menyuruhnya untuk berhenti setelah tahu ada yang aneh dengan Sean.

Tapi Aleysia tidak bisa berhenti sekarang. Dia tidak ingin Stella melakukan ancamannya hanya karena ia memutuskan mundur, meski dia tak yakin bisa menghadapi pria itu lagi dengan berbagai kejanggalan yang terjadi.

Tapi apapun itu, Aleysia harus melakukannya demi Ellen. Toh dia tidak ada niatan untuk menang dalam tantangan ini. Jadi dia tidak perlu berusaha mendekati, menarik perhatian dan membuat Sean menjadi kekasihnya. Karena pasti akan lebih baik jika di sini Stella lah yang jadi pemenangnya.

"Itu bukan masalah besar, El. Toh gue nggak harus jadiin dia pacar gue dan jadi pemenang dalam tantangan ini kan?" kata Aleysia menenangkan.

Aleysia tahu Ellen khawatir dia akan terjebak dengan pria itu dan menghambatnya mencapai tujuan, seperti yang selalu ia katakan saat Ellen mulai membujuknya untuk berkencan dengan seseorang. Apalagi ini bukan hubungan yang sebenarnya, melainkan hanya sesuatu yang berawal dari tantangan.

Entangled Love An IndigoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang