Chapter 3 - Tak Terduga

327 47 39
                                    

Berharap kalian menyukainya
Happy reading guys....

Constance Jablonsky

As

Ellen Connor

***"Tunggu apalagi? Kau tadi mengeluh aku tidak membantumu kan dan sekarang aku sudah melakukannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***
"Tunggu apalagi? Kau tadi mengeluh aku tidak membantumu kan dan sekarang aku sudah melakukannya. Jadi sekarang lakukan!" kata Sean dan kembali fokus pada filenya

Duduk di depan Sean, Aleysia mulai mengoreksi tugas mahasiswa pria itu. Meski raut wajahnya menunjukkan keengganan tapi mau bagaimana lagi, dia harus melakukannya jika ingin cepat pulang.

Pulang? Aleysia teringat dengan Ellen. Ellen Connor, sahabatnya sejak SMA juga teman se-apartemennya. Tadi sahabatnya itu masih tidur pulas saat ia membukakan pintu untuk seseorang yang mengetuk pintu apartemen selarut itu.

Sekarang Aleysia hanya berharap Ellen tidak terbangun tengah malam seperti biasa dan mendapatinya tak ada di rumah. Jika ya, maka besok dia akan diserang dengan berbagai pertanyaan oleh gadis bermata biru itu dan Aleysia tidak akan mungkin bisa menjawabnya.

Aleysia sudah beberapa kali menguap, rasa kantuk mulai menyerangnya, entah sudah jam berapa sekarang. Menggelengkan kepala, Aleysia berusaha tetap terjaga dan menyelesaikan ini. Apalagi setelah melirik Sean yang masih fokus mengoreksi filenya.

Tapi cukup, Aleysia tak lagi bisa menahan rasa kantuknya, belum lagi dia masih harus pulang setelah ini.

Dia tidak mau saat pria itu mengantarnya pulang nanti, dia sudah tertidur sebelum sampai apartemennya. Karena Aleysia benar-benar tidak bisa mempercayakan dirinya pada Sean. Apalagi hingga kini ia belum tahu apa tujuan pria itu menahannya tetap di sisinya.

"Bisakah kau membiarkanku pulang sekarang? Aku sudah mengantuk," kata Aleysia setengah memohon dengan mata redup.

Sean mengangkat pandangan dan menemukan Aleysia yang sudah dalam kondisi mengenaskan. Rambutnya yang tadi disanggul sudah tak berbentuk lagi, matanya yang memerah dan redup semakin memperparah hal itu.

"Baiklah, kau boleh pulang sekarang," kata Sean setelah melihat jam tangannya yang menunjukkan jam 12 malam.

Mata Aleysia langsung terbelalak dan rasa kantuknya hilang, tak kala Sean melempar kunci apartemennya ke meja di depan Aleysia.

Melihat Sean dengan pandangan tak menyangka. Apa ini artinya dia harus pulang sendiri? Tidak, bukannya Aleysia berharap pria itu akan mengantarnya tapi apakah ini benar?

Menyuruh seorang gadis pulang sendiri selarut ini, setelah tadi dia yang menyeretnya kemari dan dia tahu gadis itu tak punya kendaraan yang akan membawanya pulang dengan selamat? Pria macam apa yang tega melakukan hal ini? Sangat tidak bertanggung jawab bahkan tidak pantas disebut sebagai pria.

Entangled Love An IndigoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang