Chapter 4 - Ruangannya??

278 42 26
                                    

Berharap kalian menyukainya..
Happy reading guys....

Sigrid Agren
As
Stella Crawford

***Untuk kesekian kalinya Sean melihat Aleysia, wajah gadis itu masih terlihat kesal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***
Untuk kesekian kalinya Sean melihat Aleysia, wajah gadis itu masih terlihat kesal. Tapi bedanya dia tahu fokus gadis itu tidak lagi di sini sekarang.

Berjalan ke tempat Aleysia sambil menerangkan materi hari ini. Fokus Aleysia masih tidak di sini bahkan setelah Sean berdiri di sampingnya dan sesekali melirik gadis itu.

Iseng sambil berlalu kembali ke depan, Sean menutup buku di depan gadis itu.

Aleysia hampir terlonjak kaget mendengar suara buku yang tertutup di depannya. Mengangkat pandangan, Aleysia menemukan Sean yang berjalan kembali ke depan. Seketika dia tahu siapa dalang dari apa yang terjadi barusan.

Sampai di depan, Sean berbalik melihat ke arah Aleysia dengan senyuman miring yang hampir tidak kentara. Tapi Aleysia bisa melihatnya dengan jelas, sudah tak asing dengan senyuman dari pria pemaksa dan menyebalkan sepertinya.

Tidak bisakah barang sehari saja dia tidak mengganggu kehidupanku? Kesal Aleysia menatap tajam Sean, yang tak menganggap tatapan tajam Aleysia itu penting hingga lanjut menerangkan.

***
Akhirnya siksaan batinnya hari ini telah berakhir sudah dengan kepergian pria itu yang meninggalkan kelasnya.

Masih bertahan di kelas, Aleysia tidak berniat keluar. Dia tak ingin bertemu Ellen secepat ini, dia belum menemukan alasan yang tepat untuk menjawab pertanyaan gadis bermata biru itu.

Menyanggah wajahnya dengan satu tangan bertumpu di atas meja, Aleysia mulai memikirkan berbagai alasan yang tepat. Sampai tanpa sadar membuatnya jadi satu-satunya penghuni di ruangan ini.

Aleysia merapikan bukunya dan hendak pergi setelah menemukan alasan yang dirasa tepat. Jantungnya seakan ingin melompat keluar saat menemukan Sean berdiri di depan mejanya.

Menenangkan detak jantungnya yang seperti habis lari maraton, Aleysia tak habis pikir bagaimana pria itu bisa selalu datang tanpa menimbulkan bunyi langkah kaki dan tanpa ia sadari kedatangannya.

"Ikut denganku!" kata Sean datar dan berbalik, berjalan keluar.

Aleysia hanya bergeming di tempatnya dan tidak berniat untuk secepatnya menyusul Sean, dia masih sibuk dengan pikirannya.

Sepatunya berbunyi saat dia berjalan tapi bagaimana bisa aku tidak mendengarnya? Apa aku terlalu sibuk memikirkan alasan untuk Ellen hingga tidak mendengarnya? Lalu bagaimana dengan semalam? Aku tidak sibuk memikirkan apapun hingga tak bisa mendengar suara langkah kakinya.

Tanpa menoleh pun, Sean tahu Aleysia masih diam di tempatnya. Bukan hanya karena tidak mendengar suara langkah kaki gadis itu yang mengikutinya tapi juga karena kemampuan klervoyans (melihat kejadian yang sedang berlangsung di tempat lain) yang dimilikinya sebagai orang indigo.

Kemampuan itu jugalah yang ia gunakan untuk mengetahui keberadaan Aleysia tadi juga kejadian semalam yang membuatnya sampai kembali karena tahu gadis itu akan melepas jaketnya.

Aneh, dia bisa menggunakan kemampuannya itu pada Aleysia tapi tidak dengan membaca pikirannya. Apa yang membuat gadis itu berbeda?

"Apa kau ingin aku menggandengmu dan menunjukkan pada semua orang tentang hubungan-" kata Sean tanpa perlu menoleh dan berhenti saat tahu Aleysia telah beranjak berdiri dan berjalan ke arahnya.

"Kau mau membawaku kemana?"

Bukannya menjawab, Sean malah melenggang keluar ruangan begitu saja. Aleysia langsung mengikutinya, tak ingin Sean sampai menggandeng tangannya kalo dia tidak mengikuti pria itu.

Dan lebih dari itu, dia tak ingin penghuni kampus bicara yang tidak-tidak tentangnya karena memiliki hubungan khusus dengan salah seorang dosen di sini.

Meski begitu, tetap saja para penghuni kampus harus menoleh dua kali saat Sean, dosen termuda dan tertampan tapi juga tidak mudah didekati karena dominasinya yang sangat kuat kini sedang berjalan melewati mereka. Apalagi dengan keberadaan Aleysia, gadis yang jadi primadona baru di kampus mereka yang mengikuti di belakangnya.

Bukan hanya kaum hawa yang bereaksi seperti itu tapi juga kaum adam. Hanya saja, mereka langsung menunduk, tidak berani melihat Aleysia saat Sean yang ada di depannya melihat mereka. Lagi-lagi tatapan tajam dan aura mendominasi Seanlah yang berbicara dan mengatasi semuanya.

Sesekali menunduk, Aleysia risih berada dalam situasi ini. Dia tak pernah ingin menjadi pusat perhatian dengan setiap sorot mata yang tertuju ke arahnya.

Untunglah keadaan jadi sedikit lebih baik saat para kaum adam yang tadi melihatnya tak lagi melakukan hal itu dan sekarang menunduk.

Tapi itu malah membuat Aleysia bertanya-tanya apa yang jadi penyebabnya sampai akhirnya ia melihat ke depan, Sean menatap salah seorang mahasiswa yang melihatnya tapi langsung tertunduk saat mendapatkan tatapan pria itu.

Entah kenapa Aleysia merasa Sean sedang melindunginya dari tatapan-tatapan mahasiswa itu dan entah kenapa dia juga sempat merasa Sean tidak suka kenyataan itu.

Cepat-cepat mengusir pikiran itu, tidak mungkin Sean merasa begitu. Tapi apapun itu Aleysia bersyukur atas apa yang sudah dilakukan Sean, itu membuatnya lebih baik.

Aleysia mengikuti Sean yang berjalan memasuki koridor untuk ruangan para staff dan dosen. Sekarang Aleysia bisa bernapas lega karena koridornya begitu lenggang, hanya ada beberapa mahasiswa yang kebetulan lewat setelah keluar dari ruangan dosen.

Tapi sesaat kemudian Aleysia tak lagi bisa bernapas lega saat Sean berhenti di ruangan yang Aleysia tahu jelas ruangan apa itu dari papan nama di depannya, di sana tertulis nama pria itu beserta titel yang dimilikinya.

"Kau, kenapa kau membawaku kemari?" sergah Aleysia saat pria itu membuka pintu ruangan.

"Masuklah!" kata Sean tanpa menjawab pertanyaan Aleysia.

"Kenapa kau membawaku ke sini?"

Sean melenggang masuk dan duduk di kursinya, melihat Aleysia yang masih berdiri di ambang pintu.

"Masuklah! Kau ingin menjadi pusat perhatian dengan membuat drama di situ?" kata Sean dengan tenangnya.

Untuk beberapa saat, Aleysia masih tak juga masuk. Sampai beberapa dosen keluar dari sebuah ruangan membuat Aleysia akhirnya pilih masuk daripada terlihat aneh dengan berdiri di depan ruangan dan menjadi pusat perhatian mereka.

Tersenyum miring melihat hal itu. "Tutup pintunya!" kata Sean santai.

"Hemm...." gumam Aleysia, Sean hanya mengerakkan matanya memberi isyarat agar Aleysia menutup pintunya. Tapi langsung dibalas gelengan gadis itu.

Sean beranjak berdiri dan berjalan ke arah pintu, berniat menutupnya sendiri. Tapi Aleysia langsung menghalanginya, tak ingin berada dalam satu ruangan hanya berdua dengan pria itu apalagi dengan pintu tertutup.

"Ada apa denganmu? Kau ingin pembicaraan kita didengar orang lain hanya karena pintunya terbuka?" kata Sean sambil membuat Aleysia menyingkir dari pintu kemudian menutupnya.

***
Rabu, 11 Oktober 2017

Maafken lagi-lagi telat up, dikarenakan mood author lagi nggak bagus...

Do'ain yha biar bisa secepatnya up lagi hhh.....

Coret-coret di kolom komentar please....

Makasih....

Love you all...

Entangled Love An IndigoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang