Chapter 14 - Will You Be Mine?

162 15 23
                                    

Happy reading guys....

***
"Ey... Eysi!"

Aleysia tidak menghiraukan panggilan Tristan yang mencegahnya pergi. Dia tetap berjalan ke sana kemari mencari keberadaan Sean yang tidak terlihat di mana-mana.

Entah kemana perginya pria itu, Aleysia sampai lelah mencarinya hingga sebuah suara dari belakang mengagetkannya. "Mencariku?"

Berbalik, Aleysia menemukan Sean berdiri tidak jauh di depannya. Gadis itu masih berusaha menenangkan detak jantungnya saat Sean berjalan mendekat.

"Kau ingin mengatakan sesuatu?" Sean akhirnya angkat bicara setelah beberapa lama Aleysia hanya diam menatapnya.

"Eee... bisakah kita bicara?" Ingin, Aleysia sangat ingin segera mengucapkan terima kasih pada pria itu. Tapi dia tidak tahu bagaimana kata yang tepat untuk memulainya.

Alis Sean sedikit terangkat mendengar itu. "Bukankah sekarang kita juga sudah bicara?"

"Eee... maksudku...." Aleysia tidak bisa melanjutkan, matanya bergerak tidak nyaman melihat sekitar. Dan saat itulah Sean tahu apa masalahnya.

"Baiklah. Kita bicara di sana!" kata Sean dan menunjuk ke suatu tempat yang memungkinan Aleysia untuk bebas bicara tanpa takut pembicaraan mereka terdengar oleh orang lain.

Aleysia mengangguk pelan dan mulai berjalan beriringan dengan Sean. Sementara Aleysia sibuk menyusun kata-kata yang tepat untuk ia ucapkan nanti, Sean malah sibuk dengan pikirannya sendiri dan sesekali melihat Aleysia dengan senyuman kecil.

Sean memang tidak tahu apa yang ingin dikatakan Aleysia hingga gadis itu mencarinya seperti tadi. Ya, dia tahu sejak awal Aleysia ingin menghampirinya dan dia sangat senang akan kenyataan itu. Tapi semuanya berantakan karena kehadiran Tristan, ceceguk satu itu memang selalu datang di waktu yang tidak tepat.

Ingin sekali Sean menyingkirkannya jauh-jauh dari Aleysia. Entah kenapa dia tidak suka melihat mereka bersama apalagi mengingat Tristan yang selalu berhasil mengambil perhatian gadis itu.

Seolah tak cukup keadaan itu membuatnya kesal bukan main, Stella malah datang menghampirinya yang semakin membuat suasana hatinya menjadi buruk. Belum lagi dia harus meladeni gadis itu untuk beberapa saat hingga dia tak lagi tahan dan memutuskan pergi.

Andai saja dia tak bisa membaca pikiran orang dan tak tahu rencana gadis itu, maka mungkin dia akan baik-baik saja padanya. Toh kecantikan Stella cukup mampu untuk menarik perhatian kaum Adam.

Selalu menyenangkan bisa terbebas dari pikiran-pikiran orang yang terus terdengar olehnya dan itu hanya bisa terjadi saat ia bersama Aleysia. Tenang sekaligus damai meskipun tak dapat dipungkiri jika dia sedikit penasaran dengan apa yang ingin dikatakan gadis itu.

Namun apapun itu, Sean tak terlalu ambil pusing karena dia sudah cukup senang dengan kenyataan Aleysia yang tak lagi terkesan menghindarinya. Dan sebuah kemajuan gadis itu dengan sendirinya berani datang padanya.

"Mr. Ehrenreich." Belum juga mereka sampai ke tempat itu, ucapan Aleysia sudah menghentikan langkah Sean.

"Bisakah kau memanggilku dengan nama saja, Aleysia?"

"Eee... tapi sir__"

"Apa masalahnya Aleysia?" sela Sean membuat Aleysia tak bisa berkata-kata apalagi saat mendapati jejak geli di wajah pria itu ketika mengatakannya.

Dan akhirnya senyuman geli itu lolos dari bibir Sean saat ia kembali bicara. "Sebelum ini kau sudah bisa kan hanya memanggilku dengan nama, lalu kenapa sekarang tidak lagi?"

Aleysia semakin tak bisa berkata-kata. Sesaat dia hanya tertegun menatap Sean, untuk pertama kalinya dia merasa jika tidak ada yang salah dari diri pria itu. Sean terlihat seperti kebanyakan orang, bicara santai, tak ada pembahasan aneh. Dan yang terpenting pria itu memiliki selera humor juga, setelah tak sekalipun Aleysia mendapati sisi itu darinya.

Entangled Love An IndigoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang