Berharap kalian menyukainya..
Happy reading guys...***
Setelah menutup pintu, Sean kembali menuju kursinya dan duduk dengan nyaman. Meninggalkan Aleysia yang masih berdiri di dekat pintu dengan rasa kesalnya."Apa kau perlu undangan khusus hanya untuk duduk di sana?" kata Sean dengan menggerakan matanya ke arah kursi di seberang meja.
"Katakan padaku! Kenapa kau membawaku ke sini?"
"Aku tidak akan jawab, sebelum kau duduk di sana," balas Sean santai sambil mengambil beberapa file yang tertata rapi di meja.
Menghela napas pelan, Aleysia harus ekstra sabar jika berhadapan dengan pria ini. Berjalan ke tempat Sean dan duduk di kursi di depan pria itu.
"Sekarang, katakan! Kenapa kau membawaku ke sini?" tuntut Aleysia dengan menatap Sean tak suka.
"Masih seperti semalam, Miss. Franklin. Bukankah kau masih belum menyelesaikan tugasmu?" kata Sean sambil melempar file tepat di depan Aleysia.
"Astaga... jadi kau membawaku ke sini hanya untuk tugas ini lagi, tugas ini lagi?" sergah Aleysia, berdiri dan membanting file itu di hadapan Sean.
"Apa yang kau pikirkan? Tidakkah kau tahu jika setelah ini aku harus bekerja? Lalu kenapa kau membuang waktuku hanya untuk mengerjakan tugas yang jadi pekerjaanmu?" sembur Aleysia penuh amarah. Dia tak pernah habis pikir kenapa takdirnya begitu buruk hingga harus berurusan dengan pria semacam ini.
Meski mendapat luapan amarah dari gadis itu, Sean masih tenang duduk di kursinya. Menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi, sedikit memiringkan kepalanya dengan tangan di dagu. Mengelus pelan sisi wajahnya dengan seringaian di bibirnya, seolah sedang menikmati pertunjukkan yang menarik.
Respon Sean yang seperti itu, membuat Aleysia bertambah kesal. Bagaimana mungkin pria itu menganggap kemarahannya seperti pertunjukkan yang layak untuk ditonton seperti ini.
Mendapati Aleysia sudah berhenti yang berarti akhir dari pertunjukkan yang menarik ini. Sean menurunkan tangan dari dagunya. "Apa sudah selesai?"
"Belum, tapi aku tidak punya banyak waktu untuk berurusan dengan orang gila sepertimu," balas Aleysia lalu berbalik hendak pergi.
"Mau kemana kau? Bukankah tadi sudah kubilang untuk___" kata Sean hingga Aleysia menoleh kilat.
"Dan bukankah tadi juga sudah kubilang jika aku harus bekerja? Lalu kenapa aku harus tinggal dan mengerjakan pekerjaanmu?" sela Aleysia sengit.
"Kenapa?" kata Sean dengan mendegus sinis.
"Kau lupa apa alasan yang membuatmu sampai berakhir di sisiku? Apa kau ingin hal itu terjadi hanya karena kau tidak mau mengerjakan ini?" Lanjut Sean sambil mengambil file yang tadi dibanting gadis itu di hadapannya.
Di tempatnya Aleysia terpaku, memikirkan ucapan Sean dan menyadari alasan yang membuatnya sampai berakhir di sisi pria itu.
"Kau tidak menginginkannya, bukan?" kata Sean lagi dengan senyuman kecil.
Kembali menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi, menyilangkan kakinya dan memposisikan satu tangannya bertumpu pada bagian samping kursi, Sean menjalankan jari telunjuknya perlahan mengusap dagunya.
Memalingkan wajah, Aleysia benar-benar tidak suka ini. Sama sekali tak menyukai kenyataan dia harus menyerah dan patuh hanya karena menyadari kebenaran ucapan pria itu.
"Duduk dan kerjakan itu!!" kata Sean yang terdengar memerintah.
Lagi-lagi menghela napas. Aleysia terpaksa berbalik, kembali duduk dan mengambil file.
KAMU SEDANG MEMBACA
Entangled Love An Indigo
FantasyBerawal dari sebuah tantangan yang dilakukan untuk menghindarkan sahabatnya dari keterpurukan dan untuk menyelamatkan kelangsungan dalam mencapai tujuannya, Aleysia harus terjebak dalam sebuah ikatan dan pada akhirnya tidak bisa lepas karena terlanj...