Happy reading guys....
***
Malam ini merupakan malam kedua sekaligus malam terakhir mereka di resort.
Kayu bakar untuk api unggun telah tertata membentuk gunungan besar di tengah halaman. Siap disulut api setelah makan malam.Bisa dibilang dinner kali ini tak ubahnya piknik di alam bebas hanya saja di malam hari. Para mahasiswa, mahasiswi dan dosen tumpah ruang menikmati makan malam mereka di atas hamparan rumput yang telah digelari tikar.
Tak ada rasa canggung, semua berbaur jadi satu diiringi senda gurau yang tak jarang terdengar.
Namun di sana hanya satu orang yang menikmati makanannya dalam diam. Di samping Ellen, tak ada sepatah katapun terucap dari bibir Aleysia. Pikirannya masih dipenuhi dengan persoalan itu yang tak kunjung ia dapati jawaban untuk Sean.
Jauh di sisi lain, Sean kewalahan menghadapi Stella yang terus-terusan menempel padanya. Secara terang-terangan gadis itu melancarkan aksinya. Memberi perhatian Sean dengan memberinya berbagai makanan yang ditolak pria itu dengan halus.
Jika tak ingat dia harus menjaga sikapnya dan tidak mempermalukan Stella di depan mahasiswa lain maka sudah dari tadi Sean pilih pindah tempat.
Lagian dia juga sudah jengah mendengar pikiran yang macam-macam dari para mahasiswa di sekitarnya akibat ulah Stella.
Akhirnya Sean bisa terbebas dari Stella meski itu hanya sesaat. Stella kembali menempel saat acara api unggun hendak berlangsung.
Semua orang berdiri membentuk lingkaran besar melingkari api unggun. Sean yang diberi amanat menyalakan api unggun, maju ke depan membawa obor yang siap menyulut gunungan kayu.
Saat itu jelas ia jadi pusat perhatian semua orang. Tapi perhatian Sean hanya sempat tertuju pada satu orang. Gadis berbalut kardigan hitam yang tak mencolok di antara yang lain bahkan seolah tenggelam dalam kegelapan malam.
Meski begitu Sean dapat menemukannya hanya dengan sekali mengedar pandang. Aleysia, gadis itu sempat saling pandang dengan Sean dan sesaat kemudian tertunduk.
Jika saja Sean dapat membaca pikirannya, maka mungkin akan lain cerita dan dia tidak akan tertarik pada gadis itu.
Api unggun berhasil dinyalakan. Kobarannya langsung membumbung tinggi, menghalangi pandangan Sean dari Aleysia.
"Sir," panggil salah seorang mahasiswa menyadarkan Sean hingga kembali ke barisan.
Mereka lalu mengitari api unggun sambil bergandengan dan bernyanyi. Kesempatan emas bagi Stella untuk lebih dekat dengan Sean. Bukannya menggandeng tangan, gadis itu melingkari lengan Sean dengan posesif.
Jelas saja itu membuat Sean tidak nyaman tapi tak bisa melakukan apapun.
"Ley, lihat betapa ganjennya rubah licik itu," ucap Ellen, matanya terus tertuju pada Stella dengan pandangan muak.
"Dan lihat juga, raut wajah Mr. Ehrenrich kelihatan nggak nyaman banget kan? Emang dasar tuh Stel-Stel keganjenan banget."
"Dah lah El, abaikan aja!" Ucap Aleysia melihat sekilas mereka.
"Lo nggak akan gitu kan Ley?"
"Ganjen maksud lo?"
"Ya, sama_"
"Gila lo!" sergah Aleysia tak terima.
Ellen menanggapinya dengan santai dan nyengir kuda. "Ya kali aja lo kepikiran kayak gitu demi menangin tantangan."
"Ya enggaklah. Emang ada lo lihat gue deketin dia?"
"Sejauh ini sih belum hehehe."
"Yaudah, bagus kalo gitu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Entangled Love An Indigo
FantasiBerawal dari sebuah tantangan yang dilakukan untuk menghindarkan sahabatnya dari keterpurukan dan untuk menyelamatkan kelangsungan dalam mencapai tujuannya, Aleysia harus terjebak dalam sebuah ikatan dan pada akhirnya tidak bisa lepas karena terlanj...