37.

7.8K 449 43
                                    

Pagi-pagi sekali Zhan bangun dan membuat sarapan untuk anak-anak dan suaminya. Pria manis itu bekerja di galeri, tapi karena galeri itu adalah miliknya, jadi terkadang dia hanya sesekali saja berkunjung kesana.

Selebihnya dia menikmati waktunya di rumah.

Yibo bangun lebih awal. Dia pergi ke dapur dan memeluk pria manis itu dari belakang sambil mengecup lehernya.

"Selamat pagi Bunny." Sapa Yibo.

"Pagi.." Zhan mengangkat tangan kirinya, menyentuh pipi Yibo dengan lembut.

"Hari ini, bisakah kamu mengantar makan siang untukku? Aku ingin makan siang bersama." Pinta Yibo.

Zhan tersenyum bingung, "Ada apa denganmu? Hari ini sepertinya begitu manja." Tanya pria manis itu.

Yibo mempererat dekapannya, "Aku selalu manja denganmu setiap hari Bunny. Bagaimana? Kamu mau kan antar bekal untukku?" Pinta Yibo sekali lagi.

Zhan mengangguk, "Baiklah sayang, tolong minggir sedikit karena supnya sudah matang."

Yibo terkekeh senang sambil mengecup pipi Zhan, kemudian ia minggir ke belakang.

Setelah sarapan siap, Zhan membangunkan anak-anak, Jina dan Jian sudah bisa bersiap diri sendiri.

Setelah mengenakan seragam, mereka keluar untuk sarapan.

"Hari ini, biar aku yang antar mereka berdua ke sekolah." Kata Yibo.

"Hm? Oke." Zhan setuju begitu saja karena Yibo memang terkadang mengantar kedua anak mereka ke sekolah.

"Sayang, ingat untuk menunggu paman Li oke?" Tukas Zhan memberi peringatan untuk kedua anaknya.

"Siap Pa.." Jina dan Jian menyahut bersamaan.

Setelah sarapan, seperti biasa, Jina dan Jian memberi kecupan untuk Zhan, lalu terakhir kecupan dari Yibo untuk Zhan.

Setelah berpamitan, mereka berangkat ke sekolah.

Setelah tiba di sekolah, Yibo turun lebih dulu dan membuka pintu belakang untuk anak-anaknya.

"Kalian lebih dulu saja ke kelas, Daddy harus mengurus sesuatu dulu." Kata Yibo.

Jian dan Jina mengangguk. Keduanya kemudian berjalan pergi dan berpisah di koridor karena kelas mereka berbeda.

Saat kedua anak itu baru saja masuk kelas.

"Jina, Ibu Wali kelas memanggilmu. Pergilah ke ruang Konseling."

"Jian, Ibu Wali Kelas memanggilmu. Pergi ke ruang konseling."

Kedua anak itu di panggil oleh ketua kelas masing-masing.

Jian dan Jina datang bersamaan, keduanya bertemu di koridor, dengan helaan nafas yang panjang, mereka saling menatap dan mengendikkan bahu.

Lalu melangkah bersama menuju ruangan Konseling.

Disana sudah ada tuan dan nyonya Nan beserta putra mereka yang berdiri sambil melimpat tangan dengan sombong dan mengintimidasi.

"Mana yang menindas putra saya hah?" Tanya Tuan Nan setengah membentak.

"Tu-Tuan, mohon bersabar sedikit, anak-anak pasti hanya bercanda.. Jina, Jian, ayo minta maaf pada Nan Sican." Kata guru tersebut dengan sedikit panik.

"Saya dengar mereka anak-anak miskin. Bagaimana mereka bisa masuk ke sini?" Tanya Nyonya Nan dengan sinis.

"Eh?" Wali kelas Jian tampak seperti tak bisa menjawab. Tapi entah dari segi mana dia melihat anak-anak di depannya itu sama sekali bukan orang miskin. Dia pernah bertemu Papa dari anak-anak itu beberapa kali, walaupun penampilannya sederhana, tapi pria itu terlihat berwibawa.

CINTA ABADI (YIZHAN/END🖤)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang