part 9

2.1K 96 4
                                    

Laki-laki berseragam bernama Rendra itu menyentuh dadanya yang berdetak lebih kencang.

' Sebenarnya apa yang sedang aku lakukan, sih. Aku bisa saja meninggalkan gadis itu tapi kenapa rasanya aku tidak mampu, ya,' batin Rendra seraya menatap sepatu hitamnya yang mengkilat diterpa cahaya lampu malam itu saat ia menyusuri koridor klinik yang sepi.

Entah kenapa rasanya ia tidak tega meninggalkan gadis itu sendirian. Ia mempercepat langkahnya dan ia tiba di depan ruangan Nara, ia mendengar suara-suara berisik seperti orang sedang berberes-beres di dalam.

Tok-tok-tok!

Rendra mengetuk pintu dan terdengar suara dari dalam," masuk."

Rendra masuk dan mendapati gadis itu sedang berusaha untuk melepaskan infus yang saat itu masih menancap di tangannya.

Dengan sigap Rendra mendekati gadis itu dan berupaya untuk menghalangi kegiatannya itu.

"Kau mau apa," ucap Rendra saat tangannya mencengkram kedua tangan gadis itu dari belakang.

Gadis itu sempat kaget dan menghentikan aksinya, ia mengangkat wajahnya, mendongak dan menatap Rendra yang saat itu berada di belakangnya.

"A--aku ingin pulang malam ini juga, aku takut ibu Kos khawatir dan lebih parahnya malah berpikiran buruk tentang diriku," Nara menggeser tubuhnya saat merasa kungkungan laki-laki itu terlalu intens padanya.

Tersadar jika kelakuannya itu terlalu berlebihan, Rendra melepas begitu saja kedua tangan Nara dan menggeser tubuh di depan Nara.

" Tapi, kamu kan belum sehat, Nara. Siapa yang akan menjagamu? biar nanti aku yang akan bicarakan langsung dengan ibu kosan itu, saat ini kamu sedang terluka dan butuh penanganan serius di klinik terdekat," Rendra berusaha untuk menahan keinginan Nara, karena ia melihat gadis itu masih sangat lemah.

Nara menggeleng pelan, bukan hanya tentang Ibu kosan yang akan menilainya buruk, tapi ia takut tidak bisa membayar seluruh biaya klinik jika nanti ia berlama-lama berada di sana.

"Terima kasih Abang sudah membantu saya, tapi saya mohon biarkan saya keluar saat ini juga," mohon Nara.

Rendra akhirnya mengabulkan permintaan Nara. Ia pun heran, kenapa sebegitunya mengkhawatirkan keadaan gadis yang baru saja ia kenal beberapa jam itu.

"Baik, kalau begitu saya antar. Kamu tunggu di sini, saya akan menelpon taxi online dulu," titah Rendra yang hanya diangguki pelan oleh Nara.

Setelah membayar biaya administrasi di klinik, Rendra menelpon taksi online yang akan membawanya beserta Nara ke kosan Nara yang jaraknya tidak begitu jauh dari klinik.

Sambil menenteng belanjaan, karena tadi Rendra membeli beberapa roti dan juga makanan ringan untuk Nara, Rendra memapah Nara agar gadis itu tidak oleng.

Nara yang berada di sampingnya mati-matian menahan gejolak di dalam dadanya. Apalagi saat tangan kekar dan besar itu mencengkeram lengannya dengan kuat, lengan Nara sebelah kanan pun bersentuhan dengan perut Rendra yang rata dan berotot.

Hangat dan merasa terlindungi. 'Tuhan ... mimpi apa aku ini? kenapa beberapa hari ini aku di perlakukan bagai ratu dengan laki-laki tampan?'

Entah itu sebuah keberuntungan atau memang hanya kebetulan belaka, Nara merasa semenjak ia pindah ke kosan baru itu, kehidupannya menjadi sangat baik dan dipenuhi dengan kejutan-kejutan yang membuatnya merasa sangat spesial.

Diluar ternyata hujan sedang turun dengan lebatnya. Petir menyambar -nyambar dengan gemuruh yang bersahutan.

Rendra menggunakan jaket rompi anti pelurunya untuk melindungi kepala Nara dari rintik hujan saat taksi online yang ia pesan kini sudah berada di depan halaman klinik tempat Nara tadi di rawat.

My Handsome GhostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang