part 35

2.4K 109 31
                                    

Nara menunggu dengan gelisah di kamarnya bersama dengan Rendra yang terus membisu. Sesekali ia melirik pemuda bermata sipit yang sekilas mirip dengan Nares itu.

Jantungnya bertalu-talu, bukan karena perasaan cinta, meskipun saat itu ia pernah merasakan kecupan hangat dari Rendra, tapi saat itu ia merasa hidupnya berada di titik yang paling bawah.

Rendra yang biasanya hangat, kini terlihat dingin dengan wajah tegang dan rahang yang mengeras.

Nara menyadari dan memaklumi sikap Rendra yang tiba-tiba berubah, tapi ... ia tidak bersalah pada kasus ini. Mengapa ia ikut terseret dan terkena imbasnya?

"Ba--Bang Rendra ma--mau minum? me--menjelang kak Starla datang," gadis itu mencoba mencairkan suasana, karena sedari tadi mereka di selimuti keheningan.

"Tidak usah," jawabnya singkat. Ia masih menatap layar HP-nya. Nara menatapnya sekilas dan kemudian menoleh ke arah ranjang, meraih komik yang biasa ia baca untuk menghilangkan jenuh saat sendirian.

Hufffftt!

Menghela napas kasar untuk melonggarkan dadanya yang terasa sesak.

Tok-tok-tok!

Ketukan di pintu sontak membuat Rendra dan Nara menatap serentak seorang wanita yang di perkirakan berumur 35 tahunan, yang saat itu menundukkan wajah, seperti sengaja menghindari tatapan dari dua orang di dalam kamar.

"Ma--masuk, Kak," Nara berdiri dan menyambut kedatangan wanita yang memakai sweater rajut warna kuning dengan paduan Jeans berwarna biru laut, rambutnya ia kuncit satu dan tas kecil sebagai pemanis.

Wanita yang di panggil kakak itu mengangguk, dan masuk dengan ragu-ragu.

Saat wajahnya ia angkat dan tatapan matanya tertumpu pada Rendra yang saat itu menatapnya tajam dengan dua tangan melipat di dada, cepat-cepat ia kembali menunduk takut.

Mata elang Rendra tak henti menatap ke mana Starla bergerak. Bahkan saat wanita itu duduk tak jauh dari dirinya, ia masih menatap sinis.

Ritme detak jantungnya meningkat, rasa panas menjalar dari dadanya hingga ke kepala.

Jika tidak memikirkan bahwa di hadapannya ini adalah wanita, sudah pasti bogem mentah akan ia dapatkan.

"Langsung saja, Pak. Saya minta maaf atas perbuatan saya. Saya akan bertanggung jawab atas semua yang sudah saya lakukan," suara Starla terdengarlah bergetar, bukan cuma Starla, Rendra yang mendengar ucapan wanita itu pun mati-matian meredam amarah yang sejak tadi bergejolak.

Bagaimana tidak! wanita itu adalah orang yang sudah ia cari selama belasan tahun lamanya. Wanita yang merenggut kakak kesayangannya.

Sementara Nara ... jantungnya berdegup sangat kencang, takut jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, dan benar saja!

"Kau kira semudah itu minta maaf! kakak kesayanganku telah tiada! dan semua itu karena ulahmu! apa yang ada di otakmu saat itu, hah? begitu mudah melenyapkan nyawa seseorang!"

Suara Rendra terdengar lantang, tangannya mengepal keras. Bukan hanya Starla yang terdiam, jantung Nara pun terasa berhenti berdetak saat itu juga saat mendengar suara Rendra.

Teman-teman Nara yang mendengar suara Rendra merasa kepo, ingin keluar, tapi takut jika mengganggu. Mereka memilih untuk menguping di kamar masing-masing.

"A--aku tahu ... dan karena itu aku ingin menyerahkan diri," Starla masih membela diri. Menunduk, ia tak berani menatap mata Rendra yang berkilat marah.

"Kenapa baru sekarang? kenapa kau melarikan diri? kenapa tidak sedari dulu saja?"

Wuzzzhhh!

Rendra mendadak terdiam saat netranya tiba-tiba menangkap siluet dari horden yang tersibak.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 12 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Handsome GhostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang