part 10

2.2K 95 11
                                    

" Mie lagi, Res," tanya Nara yang sedang menatap Nares di area dapur. Nares yang sedang memunggungi Nara lalu memutar tubuhnya dan menyandar di wastafel cuci piring dan menjadikan kedua tangannya sebagai tumpuan.

Nares mengangguk dan tersenyum simpul. Di karenakan semasa hidup ia sangat sering mengkonsumsi mie, mie menjadi makanan favoritnya dan kebetulan hanya benda itulah yang gampang ia temukan di kamar kos-kosan putri tanpa harus mencurinya dari tempat lain.

Hmmh!

Nara menghembuskan napas berat sebelum membuka bibir kecilnya tapi penuh di bagian bawahnya, yang terkesan seksi bagi kaum Adam.

"Mie itu kamu curi dari kamar sebelah, ya?" tuduh Nara yang membuat Nares memelototkan mata.

Ia lalu menolak tangannya dari wastafel dan berdiri, melayang mendekati Nara dan berhenti tepat di hadapan Nara.

"Emh, Nara ...,"

"Udah, ga usah masakin. Ini ada roti dan juga cemilan, kamu mau?" tawar Nara seraya menyodorkan sekotak coklat wafer saat ia merogoh kantong belanjaan yang di berikan Rendra.

Nares menggeleng. Ia menurunkan tubuhnya dan duduk di samping Nara.

"Aku kan nggak makan, Ra. Cuma makan sarinya aja. Kalau ada yang makan lupa baca doa, aku makan sarinya, nanti yang mereka makan tinggal sisa dan rasa sudah berkurang. Aku ga tega lihat kamu makan ga ada rasa," ujar Nares dengan wajah sendu.

Mata Nara membola. Ya, ia lupa jika sosok di hadapannya ini adalah hantu dan bukan manusia.

"Maaf, Res, tapi aku minta, tolong ... kamu jangan pernah mencuri di kamar gadis-gadis lain," ucap Nara dengan tatapan tajam yang membuat Nares terpaksa mengangguk.

"Kalau ikut nongkrong nonton drakor, boleh?"

Dahi Nara mengernyit. Menatap heran hantu tampan di hadapannya dengan wajah memelas.

"Ga boleh. Nontonnya sama aku aja," jawab Nara tegas.

Nares manggut-manggut. Nara membuka kotak wafer dan memakan satu bagian wafer yang terasa sangat renyah dan bertabur coklat saat ia mengunyahnya.

"Bagaimana tanganmu, Nara? apa masih sakit?" tanya Nares. Ia beberapa kali melihat Nara yang meringis kesakitan.

"Emm, iya, tapi mau bagaimana lagi, udah nasib," jawab Nara sekenanya.  Tentu saja ia berbohong. Tangannya sakit, dan itu tidak bisa ia pungkiri.

"Bajumu itu penuh noda darah. Apa tidak sebaiknya di ganti?"

Nara menatap baju yang ia pakai. Memang terdapat noda darah yang cukup banyak.

'Bagaimana aku bisa mengganti pakaian? sedangkan untuk membuka bungkus jajanpun aku sangat kesulitan,' batin Nara.

Senyum tersungging di wajah tampan Nares, saat mendengar apa yang ada di pikiran Nara saat ini.

"Emm, biar aku membantumu mengganti baju, Nara," Nares menawarkan bantuan, Nara langsung menatap ke arahnya.

Nara menggigit bibirnya, pikiran nakal tiba-tiba langsung merasuki otaknya.

'Bagaimana jika hantu ini melakukan hal seperti dalam mimpinya tempo hari?'

"Emh, ga usah. Ntar kamu cium-cium lagi, seperti waktu itu, pasti kamu yang cium leherku, 'kan?" tuduh Nara yang membuat wajah hantu di hadapannya itu berubah pias.

"I--itu ...,"

"Nares ... mesum juga ya, kamu ...,"

"Nara ... itu ...,"

Brakkk!

Tiba-tiba saja terdengar benda terjatuh dari arah dapur. Seketika Nara terdiam, matanya menatap takut-takut ke arah dapur dengan degup jantung yang bergemuruh.

My Handsome GhostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang