Part 22

1.3K 86 2
                                    

Brak!

Gadis bermata bulat itu terbelalak saat tanpa sengaja matanya menangkap kejadian mengejutkan tersaji jelas di depannya.

Tubuh Brian terpental hingga menubruk dinding dan terbanting kelantai dengan keras saat pintu tiba-tiba terhempas dan mengenai tubuhnya.

"Nara! Kamu tidak apa-apa?" sesosok pemuda tampan menyembul dari balik pintu, dengan sigap Ia mendekat dan meraih tubuh Nara.

Baru saja beberapa saat tangan itu menggapai bahu Nara, pemuda bertubuh kurus yang semula terbaring itu perlahan bangkit dan bersiap untuk menghantam laki-laki itu dengan tangan kosong.

"Bang Rendra! itu!" Nara sontak berteriak saat melihat Brian berdiri dan mengangkat tangannya hendak menyerang Rendra dari belakang.

Beruntung karena teriakan Nara, Rendra langsung berbalik dan menangkis pukulan Brian. Pemuda ambisius itu meringis kesakitan. Ia mengibas-ngibaskan tangannya yang beradu dengan tangan Rendra yang berotot.

"Kau jangan ikut campur! ini urusan antara aku dan Nara! dia pacarku!" Brian menatap marah. Meskipun sebenarnya ia takut pada sosok laki-laki gagah bertubuh kekar dan tinggi di hadapannya itu.

Nara masih bergeming dan menunggu aksi Rendra selanjutnya. Dengan tubuh yang masih gemetar, Nara menarik ke dua kakinya dan memeluknya. Terselip rasa syukur karena Rendra datang tepat waktu.

"Laki-laki mana yang tega berbuat kasar pada seorang wanita? apalagi jelas antara kamu dan Nara punya  hubungan spesial," Rendra tampak santai menghadapi Brian. Ia sama sekali tak menganggapnya sebagai ancaman.

"Kau! kau kira aku takut padamu, hah?"

"Kau mau video ini aku sebarkan, Nara?" Brian merogoh saku celananya dan meraih benda pipih berwarna hitam yang langsung membuat mata Nara membola.

Bukan hanya Nara, Rendra pun shock saat melihat adegan yang samar-samar tertangkap di netra coklatnya.

Adegan dewasa yang tampak begitu vulgar dengan Nara sebagai pelakonnya! bukan hanya itu, ia tampak bahagia dan melakukannya tanpa keterpaksaan.

Nara memindai tatapan matanya ke arah Rendra. Malu, gadis bermata bulat itu sangat malu. Rasanya pipinya kebas karena tamparan, sakit, tapi tak berdarah.

Ia tahu, saat itu ia sangat bodoh karena mau mengikuti semua maunya Brian. Itu bukan sebuah paksaan, tapi karena bucin, ia melakukan itu dengan sadar.

"Lebih baik kau hapus video itu dengan segera! itu sebuah bentuk ancaman, dan kamu bisa di tahan dengan waktu yang lama di penjara!" ucap Rendra dengan suara bergetar.

"Hah! kau siapa menyuruhku menghapus video indah ini? aku tak mau! ini adalah masa di mana kami saling melepas rindu,"

"Kenapa? kau shock melihat Nara yang pendiam itu begitu liar di atas ranjang?" goda Brian.

"Kau jangan tertipu wajah polos dan tutur katanya, wanita itu racun dan juga zat adiktif. Ia begitu nyata, membuatku ketagihan dan seperti orang gila," imbuhnya.

Kuping Rendra terasa sangat panas, sedang Nara hanya menunduk malu. Harga dirinya sudah terinjak-injak oleh Brian, hingga ia merasa tidak punya muka.

"Aku tidak ingin mengotori tanganku dengan pemuda toxic seperti dirimu. Lebih baik kau hapus video itu dan jangan ganggu Nara lagi, atau kau akan kumasukkan penjara karena kasus pengancaman, pencemaran nama baik dan juga perbuatan tidak menyenangkan, di mana hukumannya bisa sampai lima tahun penjara lebih!"

Pemuda itu melebarkan kelopak matanya dan tertawa renyah, meledek.

"Hah? kau pikir kau siapa bisa mengancamku? aku bukan orang sembarangan, dan ancamanmu itu tidak berpengaruh sama sekali dengan aku! cih, mentang-mentang tubuhmu besar, kau kira aku takut padamu?" Pemuda itu semakin ketus dan bertolak pinggang menatap ke arah Rendra dan Nara bergantian.

Kali ini Nara berusaha untuk mengalah. Susah payah gadis itu berdiri dan menggapai tangan Rendra yang langsung membuat laki-laki bermata sedikit sipit itu terhenyak dan mengalihkan pandangan ke arahnya.

"Nara?"

"Sudah, Bang, biarkan saja. Jangan di lanjutkan. Orang tuanya bukan orang sembarangan," Nara dengan pandangan teduhnya berusaha menenangkan Rendra.

Sayangnya, Rendra tidak menuruti ucapan Nara dan kembali menatap ke arah Brian dengan sengitnya. Tangan kanannya merogoh kantong celana dan meraih kartu tanda anggota.

"Apa ini tidak cukup bagimu untuk menyerah, hah? aku bisa dengan mudah menjebloskan dirimu ke penjara, biarpun orang tuamu orang terkenal sekalipun!"

Mata Brian membeliak. Tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Seketika kesombongannya pudar dan memilih untuk menyerah.

"Ka--kau se--seorang polisi?" terbata seraya menatap nanar Rendra. Pemuda yang di tanya hanya tersenyum menantang.

"O--oke, kalau begitu aku hapus semua!" tanpa menunggu lama, Brian menggeser tangannya dan video itu terhapus.

"Aku tidak mau hanya kau hapus. Kau harus buat surat perjanjian untuk tidak mengganggu hidup Nara lagi!" ujar Rendra tegas.

Pemuda itu mendesah kesal dan mengangguk setuju.

"Ikut ke kantor polisi jika tidak ingin semua ini berbuntut panjang!" ancamnya yang lantas membuat Brian semakin tak berkutik.

"Oke-oke, aku ikuti semua maumu! dan untuk kamu, Nara. Kita putus! tapi aku yang mutusin, bukan kamu!"

Nara tersenyum kecut. Sikap Brian layaknya seperti anak kecil. Ada perasaan sesal dalam diri Nara. Hubungannya harus kandas begitu saja, sedangkan ia sudah menyerahkan segalanya.

Namun, jika harus bertahan, ia pun tak bisa. Brian yang ringan tangan dengan semua sifat jeleknya begitu menyiksa Nara dan hidupnya.

"Nara ... ayo ikut Abang ke kantor polisi. Kita buat surat pernyataan agar pemuda ini tidak lagi mengganggu hidupmu," Rendra mengulurkan tangannya dan Nara menyambutnya dengan senyuman hangat.

Dengan bersungut-sungut, Brian mengikuti langkah Rendra dan juga Nara.

Gadis itu sempat terhuyung dan hampir saja tersungkur jika saja Rendra tidak sigap menangkap tubuhnya.

"Augh," wajah Nara memerah. Matanya mengerjap saat hidung Rendra hampir saja menyentuh pipinya. Jarak mereka teramat dekat hingga aroma tubuh Rendra yang wangi menusuk  rongga hidungnya.

"Ra, kamu kenapa? aku gendong ya?"

Nara terdiam dan memperhatikan tubuh Rendra yang tiba-tiba merendah. Punggung itu terlihat lebar saat Rendra menekuk kedua kakinya, menyuruh Nara untuk naik, tapi Nara ragu.

"Halah, lebay. Kenapa kau terlalu mendewikan wanita yang jelas-jelas sudah tidak perawan? dia itu wanita murahan, dan kau tau? aku yang sudah membuka segelnya,"

Mendengar celotehan Brian, Rendra langsung berdiri, tapi Nara kedua tangan Nara menyentuh dadanya.

Rendra terdiam. Dadanya berdegup kencang antara emosi dan juga sentuhan Nara. Ia terhenyak saat mendengar suara isakkan dari Nara. Rendra menunduk dan mendapati gadis itu tengah menangis.

"Biarkan Bang, jangan kotori tanganmu hanya karena aku. Dia benar, tidak ada yang bisa merubah itu semua,"

"Ayo, cepat kita selesaikan semua ini. Aku capek dan lelah, Bang,"

My Handsome GhostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang