part 29

1.1K 75 0
                                    

Gadis yang sedang menyandar di mobil itu meraba tengkuknya yang terasa meremang.

Ia pun langsung berdiri tegak saat melihat kedatangan adik kandungnya--Nara, yang saat itu berjalan dengan tergesa-gesa.

"Nara," sambutnya dengan raut wajah murung dan dari matanya tampak gadis itu seperti baru saja menangis.

Nara mendekat, tapi ia memberi jarak di antara mereka, sembari mengatur nafasnya yang tadi sempat terengah karena berjalan dengan tergesa-gesa.

Sementara itu, Nares berdiri terpaku tak jauh dari mereka. Ia menatapnya harga di saat itu berhadapan dengan Nara.

"Pantas jika selama ini Aku merasa Nara mirip dengan seseorang. Ternyata, Starla ... adalah kakaknya?" Nares berbicara pada dirinya sendiri.

Jelas ia ingat gadis itu. Gadis yang pernah mengejar-ngejar dirinya, sering bertandang ke tempatnya, dan berulang kali menyatakan cinta padanya.

Sebenarnya, dulu Nares sempat menaruh hati padanya, tapi sebelum ia mengungkapkan perasaan itu, ia sudah dipanggil Illahi, dan semenjak kematiannya, gadis itu seolah hilang ditelan bumi.

"Mau apa kakak menelponku, bukankah Kakak bilang, kalau kakak sudah tidak mau berhubungan lagi dengan aku, karena Kakak malu punya adik seperti aku," Nara melipat kedua tangannya di dada dan mundur beberapa langkah saat gadis itu melangkah mendekat.

"Nara ... Nara kakak minta maaf, Nara.   Semua karena keegoisan kakak. Tolong, tolong maafin kakak, Nara ...," gadis kita tergugu. Bulir bening itu jatuh di kedua sudut matanya. Tangan itu terulur dan menggapai lengan Nara dan menggenggamnya erat.

Nara tersentak dan hanya menatap tangan itu tanpa sedikitpun berucap.

"Nara, kakak ingin bicara. Bisa kita masuk ke mobil kakak terlebih dahulu?" pinta gadis beralis tipis itu pada Nara.

Nara terdiam. Ekor matanya melirik ke arah Nares, ia baru sadar, saat itu Nares sudah tidak ada bersamanya. Sontak ia memutar tubuhnya ke belakang dan mencari-cari keberadaan Nares--hantu tampan yang selalu ada untuknya.

Gadis bernama Starla itu menatap heran Nara yang celingukan seperti mencari sesuatu.

"Kamu cari siapa, Ra?" Tanya Starla yang membuat Nara terjingkat. Gadis itu akhirnya berbalik dan mendapati kakaknya sedang menatapnya dengan heran.

"Bu--bukan siapa-siapa," Sahut Nara sembari melangkah ke arah mobil dan masuk ke dalam mobil yang di parkir gadis itu di pinggir jalan.

Starla mengedikkan bahu, tapi kemudian ia mengikuti Nara untuk masuk ke dalam mobilnya.

Di dalam mobil, Nara duduk dengan santai dan tak banyak bicara. Matanya menatap lurus ke arah jalan yang sepi karena malam itu waktu sudah menunjukkan pukul 09.00 malam.

Starla menatap lekat ke arah Nara. Terdengar suara helaan nafas darinya. Tampak sekali jika gadis itu sedang mengalami tekanan dalam hidupnya.

"Sebenarnya kakak mau bicara apa, aku tidak punya banyak waktu. Ibu kos pasti akan marah jika ia tahu aku keluar diam-diam," ujar Nara seraya melipat kedua tangannya di dada.

Nara menarik nafasnya susah payah. Jujur saja ia masih sakit hati dengan perkataan Starla tempo hari, bagaimana ia memandang rendah kedua orang tuanya dan memohon agar Nara menjauh dari kehidupannya.

Namun, apa yang terjadi saat ini? gadis itu malah datang menemuinya dan memohon pertolongannya. Sebenarnya apa yang terjadi? hingga gadis itu mau menurunkan egonya?

"Kakak ingin menginap di tempatmu malam ini, karena kakak baru saja bertengkar dengan pacar kakak,"

"Kakak tidak ingin bertemu dengannya, hati kakak sakit. Apa Kakak bisa menginap di tempatmu, Nara?"

Tentu saja permintaan kakaknya itu membuat Nara shock. Apa yang akan dia katakan pada Bu Atin si pemilik kos jika ia tiba-tiba membawa orang masuk kamarnya?

"Maaf, Kak, tidak bisa. Bu Atin pasti tidak mengijinkan," tolak Nara tegas.

Dari situ terdiam. Begitupun arah yang larut dalam pikirannya sendiri. Namun, saat matanya mengedar sekitar, suasana yang sudah malam sepi, hanya ada sedikit orang yang berlalu lalang membuat Nara menjadi iba dan menurunkan sedikit rasa amarahnya.

"Aku hanya butuh teman curhat, Ra. Aku tidak punya teman, saat ini aku benar-benar down. Aku butuh sebuah pelukan, dan saat seperti ini aku baru menyadari begitu pentingnya kehadiran kalian sebagai keluarga," Starla berucap seraya meremas kemudi mobil yang ada dihadapannya.

Nara menoleh dan tersenyum kecut. Apa yang barusan ia bilang? Selama ini hilang dan saat ini baru bilang butuh keluarga? selama ini kemana saja? apa karena ia sudah di buang?

"Baiklah, sepertinya Bu Atin belum tidur. Nara bisa menemui Bu Atin dan meminta izin," Nara akhirnya tidak mampu menolak permintaan kakaknya itu. Walau bagaimanapun, ia tidak bisa memungkiri perasaan yang masih sangat merindukan kakaknya, meski selama ini Starla sama sekali tidak pernah menganggap  dirinya.

"Benar, Ra? makasih, ya," Starla memeluk tubuh adiknya itu dengan hangat, tapi Nara hanya bergeming. Ia masih kesal.

Starla lalu mengurai pelukannya, ia lalu kembali ke posisi kemudi dan mulai menjalankan mobil. Kendaraan roda dua itu memutar dan melaju menuju kosan Nara.

Jalan itu begitu lengang. Jarak kosan sampai ke jalan utama hanya berjarak sekitar seratus meter saja, hingga membutuhkan waktu sebentar untuk sampai di sana.

Anehnya, saat melewati jalan itu, starla tak banyak bicara. Berbeda pada saat dia tadi mengobrol dengan Nara.

Ekor mata Nara pun sempat menangkap wajah Starla yang berubah menjadi tegang dan seperti ketakutan.

Tentu saja hal itu menimbulkan pertanyaan di dalam benak Nara.
Kenapa kakaknya tiba-tiba diam?

"Di depan situ, Kak. Itu kosan Nara," ucap Nara sembari menunjuk ke arah bangunan bertingkat di sebelah kanan yang tampak sepi.

Ckittt!

Mobil tiba-tiba direm secara mendadak. Membuat tubuh Nara tersentak dan terdorong ke depan. Hampir saja kepalanya mengenai kaca, tapi beruntung Nara bisa menahan dengan tangannya.

"Di--di situ?"

Nara menoleh dan menggangguk. "Iya, di situ," sahut Nara cepat. Ia masih tidak habis pikir, kenapa kakaknya tiba-tiba mengerem secara mendadak mobil yang dikendarainya.

"Ka--kalau begitu Aku tidak jadi menginap di sini. A--aku menginap di hotel saja," ujar Starla terbata.

Terang saja ucapan Starla itu membuat Nara terkejut. Ada apa dengan Starla? kenapa ia seperti sangat ketakutan?

"Ka--kau turun saja. Ka--kakak su--sudah lelah,"

Nara hanya menoleh dan tidak mengucapkan apa-apa, ia lalu membuang pandangannya ke arah jalan dan membuka pintu mobil dengan segera.

Nara keluar begitu saja dan berdiri di pinggir jalan. Mobil lalu bergerak memutar dan langsung melaju dengan cepat tanpa sedikitpun menghiraukan Nara yang saat itu berdiri kebingungan.

Gadis itu lalu bergerak menuju kosannya, di mana ternyata Nares telah menunggunya dengan raut wajah yang sulit untuk diartikan.

"Res ... ke mana saja? bukankah tadi kamu bilang akan menemaniku?" tanya Nara begitu langkahnya semakin dekat dengan Nares.

Nares hanya menatap Nara tanpa ekspresi dan bertanya," apa benar Starla adalah kakakmu?"

Nara terkejut dan ia pun menjawab," kau kenal Starla?"

****

My Handsome GhostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang