Tantang Gistara yang dipaksa dewasa oleh keadaan. Semua itu terjadi karena Ayahnya meninggal akibat korban pembunuhan.
Gistara harus menelan kenyataan pahit bahwa pelaku belum ditemukan.
Namun Gistara tidak akan menyerah ia akan mencari pelaku itu...
Dunia keras untuk anak perempuan yang kehilangan peran Ayah diwaktu remaja
Langit mulai berubah warna yang semula berwarna biru sekarang berubah menjadi warna abu gelap. Sepertinya hari ini akan turun hujan.
Pemakaman Dirga, Ayah Gistara sudah selesai. Orang yang membantu pemakaman sudah mulai pergi. Di pemakaman hanya ada Gistara yang memandang gundukan tanah dan ibunya yang selalu ada di samping anak pertamanya.
"Hujan sudah mulai turun nak, mari pulang, Ayahmu sudah tenang disana," ucap Bunda Ira sambari mengelus punggung anaknya.
"Tidak Bun, aku ingin disini bersama Ayah. Biarkan aku kehujanan, aku suka hujan," jawab Gistara yang masih setia memeluk nisan ayahnya.
Hujan turun sangat deras membasahi Ibu dan anak itu. Baju putih yang dipakai kini sudah kotor bercampur tanah.
"Untuk kali ini dengarkan ucapan bunda Gistara, Ayahmu tidak suka kalau kamu begini. Kasian adikmu yang ada dirumah pasti sedang menunggu kita kita pulang," ucap Ira dengan tegas.
Gistara mengusap air matanya. Ia lupa kalau dirumah adiknya itu sedang menunggu mereka pulang. "Ayah, Gistara janji bakal cari tau siapa yang udah bunuh Ayah. Sekarang Gistara pulang dulu besok bakal kesini lagi sama adik sama Bunda."
Dirga bekerja sebagai manager diperusahaan minyak terkenal. Dirga ditemukan didalam mobil dalam keadaan sudah meninggal dengan kondisi tangan terikat, mulut dibungkam menggunakan laksban dan luka sayatan dibagian leher. Banyak wartawan yang mendatangi lokasi kejadian meminta informasi apa yang sebenarnya terjadi kepada warga. Tetapi warga memilih bungkam.
Polisi yang menangani kasus ini menyatakan bahwa kematian saudara Dirga telah dibunuh. Kasus ini menjadi trending topik diberbagai media. Banyak netizen yang bertanya. Siapa yang membunuh? Punya dendam apa pelaku tersebut?.
Anggota kepolisian juga mengeluh kesulitan untuk menangkap pelaku disebabkan pelaku sangat pintar tidak ada barang bukti yang ditinggalkan pelaku, bahkan sidik jari pun tidak ditemukan ditubuh korban. Sepertinya rencana pembunuhan ini sudah direncanakan sejak jauh hari dan diatur sebaik mungkin agar polisi tidak bisa mengungkapkanya.
"Maaf Bu, untuk hari ini kami belum bisa menemukan bukti apapun. Tetapi saya dan tim akan berusaha lebih keras lagi," tutur salah satu polisi tersebut.
"Tolong pak tangani kasus ini dengan baik, saya ingin pelakunya cepat ditemukan," harap Ira dengan nada melas.
"Baik Bu, saya dan tim akan berusaha."
Gistara sedang duduk ditepi ranjang sembari memeluk sebuah bingkai foto dirinya yang sedang bermain layangan bersama Ayahnya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Belum ada sehari udah kangen Ayah, " gumamnya sambil memeluk erat bingkai foto itu.
Tangisan kini mulai turun. Ia tak bisa menahan rasa sedih. Pikiranya sedang kacau. Ayahnya pergi dengan cara yang tak disangka. Tega sekali manusia yang melakukanya benar -benar tidak punya rasa kemanusian.
Tik Tik Tik
Suara tongkat memaksanya untuk tidak menangis lagi. Gistara yakin bahwa itu Senja, adiknya yang berumur enam belas tahun.
Penampilan Senja sangat berantakan. Rambut yang acak acakan dan baju yang sangat kusut.
"kenapa Ayah pergi sebelum Senja bisa melihat Ayah? tega sekali manusia itu membunuh ayah," sentak Senja yang sudah duduk lemas di dipinggir pintu kamar Gistara.
Gistara lalu mengahampiri adiknya lalu menenangkan. "Dek ini udah takdir dari Tuhan, kita harus bisa menerima dengan lapang dada. Ikhlaskan Ayah. Untuk orang yang bunuh Ayah pasti bakal kakak cari sampai ketemu," tutur Gistara sambil mengelus rambut Senja.
"Tapi kak, Senja pengen lihat Ayah. Dari kecil Senja berdoa pengen bisa lihat Ayah, Ibu dan kakak. Tapi sekarang Ayah pergi, perginya jauh banget," ucap Senja lirih nyaris tak terdengar.
Sejak lahir Senja tidak bisa melihat atau tunanetra. Keinginannya sederhana hanya ingin melihat kedua orang tua, kakak, dan matahari terbenam.
"Tenang Senja, masih ada Bunda sama kakak," ucap Gistara menenangkan adiknya.
****
Suara gaduh diruang tamu mengkagetkan kedua kakak adik yang masih menguatkan satu sama lain.
"Hutang suami kamu itu ada banyak sama saya, jadi saya ambil mobil suami kamu!"
"Tapi mbak, mas Dirga ngga pernah ngomong tentang utang piutang itu. Tolong mbak, sabar dulu nanti saya bayar kalau sudah ada uangnya."
"Ngga perlu nunggu ada uang, mobil suami kamu saya ambil! nungguin kamu punya uang lama. "
Suara keributan itu dibuat oleh Lina, kakak kandung dari Dirga ayah dari dua anak itu.
"Biarkan saya mencicilnya."
Gistara yang jengah melihat perdebatan antara Bunda dan Tantenya itu ikut berbicara.
"Ada apa Tan? kenapa ribut dengan bunda?"
"Ayah kamu punya hutang sama tante dan sekarang Ayah kamu sudah meninggal. Jadi mobil Ayah kamu saya ambil!" ucap Lina dengan sinis.
Gistara menghela nafas panjang. Apa lagi ini Tuhan?
"Makam Ayah masih basah Tan, kita bisa bicarakan ini besok. Kondisi kami sedang berduka." mohon Gistara sambil menyatukan tangan memohon maaf.
"Gak mau, sekarang saya ambil mobil Dirga. Kunci cadangan sudah sama saya, surat lain besok Saya ambil," tuturnya sambil melangkah pergi.
Kepala Ira sangat pusing. Ia tak tahu apa apa. Suaminya tak pernah memberi tahu tentang hutang dan jumlahnya. Lina juga tidak memberi tahu nominalnya. Apakah masalahnya akan semakin rumit?
"Bun, bagaimana kalau semua barang diambil sama Tante Lina?"
Wanita paruh baya itu memejamkan matanya saat mendengar pertanyaan dari Gistara. "Nanti Bunda kerja, kalian cukup fokus sekolah. Tidak usah memikirkan masalah ini."
Kira kira siapa yang membunuh 🤔
Mohon maaf kalo semisal tulisanya acak acakan dan kesalahan tanda baca🙏