Bab 5

244 177 433
                                    


Sebelum membaca jangan lupa vote!

Jangan lupa komen di setiap chapter😗





Sahabat yang baik adalah sahabat yang selalu ada disaat senang maupun susah

"Selamat pagi, anak-anak," sapa Bu dina.

"Pagi Buu," jawab serentak siswa kelas XII IPA 1.

"Ibu mau mencari Gistara? ayo Gistara ikut Ibu kekantor sebentar."

Gistara yang kini sedang duduk mencatat tugas tersebut langsung mendongak ketika namanya dipanggil.

"Baik Bu."

"Gistara, kamu sudah menunggak uang SPP dan bangunan. Ini ada surat dari sekolah tolong diberikan kepada orang tuamu. Kalau uang spp dan bangunan tidak secepatnya dilunasi maka kamu tidak bisa mengikuti ulangan pts, " tutur ibu dina, wali kelas Gistara.

Gistara mengehela nafas panjang. Matanya menatap selembar kertas berwarna putih.

Cobaan apa lagi ini? kondisi ekonomi saja belum stabil.

"Bu, apakah ini tidak ada potongan maksud saya keringanan?"

"Ibu tau kondisi kamu sekarang sedang susah dan Ibu tau kamu juga anak yang berprestasi. Tapi maaf untuk kelas 12 tidak ada potongan ataupun keringanan. Jadi tolong ya nak segera dilunasi," ucap Bu dina pergi meninggalkan Gistara.

Gistara membaca kertas berwarna putih itu. Dua juta seratus lima puluh ribu rupiah. Harap dibayarkan akhir bulan ini.

Bagaimana dirinya bisa mendapatkan uang sebanyak itu.

Meminta Bunda?
Sepertinya toko sedang sepi, Batinya.

Dilapangan ramai dipenuhi siswa yang sedang bermain futsal. Banyak siswi yang menonton. Giyan yang sedang bermain futsal melihat Gistara pun sontak menoleh.

"Gistara," panggil Giyan yang sedang berada dilapangan.

Gistara yang merasa dipanggil langsung menolehkan dirinya ke arah lapangan.

"Giyan?"

Giyan yang berada dilapangan langsung menghampiri Gistara yang berada didepan ruang kantor guru. Entah mengapa sekarang Giyan ingin selalu tahu tentang gadis itu.

"Gistara ngapain disini? bukanya ini jam pelajaran?," tanya Giyan yang sedang membawa bola futsal ditanganya.

"Iya Giyan, ada urusan tadi sama Bu dina.

Giyan melirik kertas berwarna putih yang ada ditangan Gistara. "Ada masalah?"

"Woy Giyan bolanya lempar bawa sini!" ujar siswi yang berada di lapangan.

"Eng...,ga ada gue duluan ya," pamit Gistara pergi meninggalkan Giyan.

Giyan merasa aneh dengan sikap Gistara. Gistara tampak gugup saat berbicara. Dan kertas putih yang dibawa Gistara itu apa?"

"Ealah malah ngelamun kesambet kuntilakan mampus," teriak Bima yang masih setia dilapangan menunggu Giyan.

Setan!

GistaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang