Bab 6

224 147 376
                                    

Sebelum baca jangan lupa vote

Jangan lupa komen disetiap chapter

Katanya setiap orang itu ada masanya dan setiap masa ada orangnya.

Warung ditempat Mak ijah sangat ramai dipenuhi anggota Futsal Sma Tunas Bangsa. Mereka sedang berkumpul untuk membahas pertandingan antar Sekolah yang akan diselenggarakan dua minggu lagi. 

Anggota Futsal Tunas Bangsa sering berkumpul diwarung mak Ijah karena tempatnya yang dekat dengan sekolah dan sudah di clam menjadi tongkrongan anak Sma Tunas bangsa ketika pulang sekolah.

"Mak, ngutang dulu ya besok dibayar."

ucap Bima pamungkas cowok berperawakan tinggi berkulit kecoklatan yang memiliki tingkah kekonyolan tinggi.

"Duit lo kemana Bim?"

tanya Zidan Sbastian atau lebih sering disapa idan si cowo kulkas yang sangat akrab dengan Giyan.

"Gue tabung, sebentar lagi Calista ulang tahun."

Giyan yang sedang duduk di kursi menatap jengah kearah Bima. Dia benar benar heran dengan temanya itu. Sudah tau calista punya pacar tetap saja diembat.

"Buset, Bim dari dulu lo tetep demen sama Calista padahal dia udah punya pacar," umpat Giyan.

Bima tampak acuh saat temanya itu mengumpatinya. Dia lebih memilih menikmati gorengan dan es teh manis buatan mak Ijah.

Plak!

"Dasar bucin akut, "celetuk  Rendra Deandro cowok  tampan  tengil itu
gemar sekali mengkoleksi rokok elektrik berbagai rasa.

"Kalau mau maki ngaca dulu, lo juga bucin anjir!" sama Vania, umpat Bima.

Giyan menatap malas kepada sahabatnya."Gue kumpulin kalian sekarang buat bahas Turnamen futsal bukan adu bacot!"

"Jadi gimana Gi?" Rendra mengubah posisinya menjadi didekat Giyan. "Apa mau tambah jam buat latihan?"

"Gue saranin begitu soalnya tadi anak anak yang lain juga minta ada tambahan jam," jawab Giyan. "Buat dua minggu kedepan."

"Gue sama Zidan setuju. Iya gak dan?"

"Hm. Lo tinggal atur jadwal aja Gi."

Setalah urusan futsal selesai Giyan menyomot satu puntung rokok dan korek diatas meja lalu menyalakannya.

"Sejak kapan lo nyebat Gi," tanya Rendra yang telah merebahkan dirinya di kursi panjang.

Giyan terdiam menikmati setiap kepulan asap yang keluar. Ia tak ingat mulai kapan menyukai benda sialan itu. Yang ia ingat dia mulai merokok sejak awal kelas sebelas. Itu saja mamahnya tidak tahu.

"Giyan doyan nyebat semenjak si Rachel pindah keluar Negri, iya ngga Gi?" tanya Bima dengan tampang cengengesan.

"Gue doyan nyebat emang dari dulu ngga ada hubungannya sama Rachel."

"Rachel siap....,,

"Terus hubungan lo sama Gistara gimana?" tanya Bima yang tengah berdiri didekat pintu mengubah posisinya menjadi duduk di sebelah Zidan.

GistaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang