Sat [6]

1.6K 337 58
                                    

Aku ingin kau tahubahwa 'ku selalu memujamu˳  ˳  ˳

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku ingin kau tahu
bahwa 'ku selalu memujamu
˳  ˳  ˳

Lapangan bola membentang luas, hamparan rumput hijau mampu memanjakan mata.

Sejujurnya Kaiser akan membantai Rin di pertandingan kali ini. Hanya karena Rin lebih mendapatkan ketertarikan yang dilontarkan barongsai padanya.

Itoshi Rin sendiri tidak peduli akan apa yang menimpa Kaiser. Dia hanya iya, iya saja.

Namun sebelum itu—"Coba dibuka."

Ada seorang gadis berlari mengenakan setelan seragam hari Senin, menghampiri Kaiser yang bersiap-siap menendang bola.

"Ini apa?"

"Coba buka aja, hehe."

Kaiser menaikkan salah satu alis tatkala buku bergambar terbentang di tangan kiri. Perlahan dan perlahan, ia menyerap semua gambar lucu dan kata-kata yang dibuat seindah mungkin.

Sesekali Kaiser melirik gadis yang tersipu malu dan 'tak sabar akan reaksi Kaiser. "Ini ... beneran?"

Ia mengangguk mantap. "Aku kira kamu udah tau dari lama, soalnya dulu aku sering ngasih kamu coklat."

Yah, miris sekali nasib gadis tersebut.

Bukan hanya satu dua orang yang memberi Kaiser coklat batangan ataupun coklat dengan brand terkenal.

Semuanya berakhir tragis, yaitu di perut Bachira. Jujur saja, pada saat ini juga Kaiser ingin mendecak, namun diurungkan.

Memang tidak dapat dipungkiri, seorang anjing gila berusaha untuk waras meskipun sebentar.

Kaiser memutar bola matanya malas, "Oh, terus?"

Sekali lagi gadis di depan Kaiser mengangguk. Sipuan malu di pipinya masih belum menghilang.

Pandangan Kaiser menatap ujung sepatu sang gadis hingga ujung rambut. "Martabat gue bisa jatuh kalo pacaran sama cabe pasar."

"WOI RIN, CABE PASAR SEKILO BERAPA?"

Tatapan sinis terlontarkan dari Rin ke Kaiser. "Gak tau, tiga ribu dapet kali."

"Tuh, sama kayak harga diri lo sekarang." Ucap Kaiser melempar buku bergambar lucu tersebut ke sembarang arah.

Reaksi gadis tersebut tidaklah histeris atau menangis. Namun kesedihan cukup terlihat jelas, "Ka-Kaiser ...?"

Tidak ada balasan dari Kaiser, dia melangkah menghampiri bola yang terdiam.

꒷ 𝐒ampoerna ،  𝐊aiser Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang