Pancadasa [15]

697 113 16
                                    

Bibirku terbungkammelihat senyummu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bibirku terbungkam
melihat senyummu

° ° °

Kamu baru saja selesai meletakkan beberapa buku di dalam tas. Bel sekolah sudah berbunyi beberapa menit yang lalu, namun karena kamu harus mengembalikan buku di perpustakaan mau tidak mau kamu harus pulang telat.

Kebanyakan siswa sudah pulang.

Hanya menyisakan siswa/i yang mengikuti kegiatan setelah sekolah atau biasa disebut ekstrakulikuler.

Untuk menuju perpustakaan harus melewati lapangan basket.

Langit di sore hari ini terlihat lebih berwarna orange daripada sebelumnya, hingga memantulkan cahaya berwarna jingga.

"SUDAH BERAPA FASILITAS SEKOLAH YANG KALIAN RUSAK HAH?" 

"....."

Tatapan kamu beralih pada suara guru pria yang sedang mengomeli siswa.

Karena kepo kamu mencuri-curi pandang. Ternyata beberapa siswa nakal yang sedang dijemur di tengah lapangan.

Salah satunya ada yang kanu kenal, yaitu Ryusei Shidou. Lelaki itu gila, mewarnai rambutnya dan memakai aksesoris rantai sebagai kalung.

"Cowok gila. Udah tau dijemur malah gak dipake seragamnya."

Di samping Shidou ada---"Kaiser?"

"Stress, bendera sekolah malah dijadiin kain lap keringet." Dengusmu sebal.

Sekolah kalian memiliki ciri khas unik. Di setiap puncak atap akan dikibarkan bendera bermotifkan bunga tulip sebagai perlambang.

Tatapan Kaiser terlihat sangat murung.

"JAWAB!" Guru pria paruh baya itu kembali menyentak.

Shidou memutar bola mata malas, "Duh pak gausah teriak-teriak napa, gue gak budek."

"KALO GAK BUDEK ITU DIDENGERIN GURUNYA NGOMONG, UDAH BERAPA KALI SAYA BILANG JANGAN NGERUSAK FASILITAS SEKOLAH."

"Gak sengaja." Ketus Kaiser mengusap ludah milik gurunya yang muncrat di wajah.

Kamu tertawa kecil ketika melihat ekspresi badmood dari Kaiser. Itu sedikit mengingatkanmu pada ekspresi saat dia kebingungan menjawab soal ujian.

"Perpustakaan masih buka nggak ya?" Gumammu kembali berjalan lurus.

Tak lama kemudian sudah nampak pintu perpustakaan yang terbuka lebar. Beruntungnya masih belum ditutup.

Saat masuk, kamu tidak menjumpai petugas perpus, melainkan, "Ngapain ke sini? Perpus udah tutup." Ketus Rin membuang muka.

Kamu menghela napas, setidaknya tidak perlu ketus seperti itu.

"Aku cuma mau ngembaliin buku, boleh minta tolong catat namaku di komputer?"

꒷ 𝐒ampoerna ،  𝐊aiser Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang