Zidan mondar-mandir di depan ruang UGD. Hatinya benar-benar cemas, karena didalam sana istri dan calon anak mereka sedang berjuang untuk hidup. Berkali-kali Asma Allah keluar dari mulut zidan. Hanya dengan mengingat Allah hatinya menjadi tenang.
Berulang kali juga zidan merutuki dirinya sendiri. Deni apapun, zidan tak akan memaafkan dirinya sendiri jika terjadi sesuatu kepada mereka. Zidan mengusap rambutnya frustasi, hingga helaian demi helaian rambutnya itu tak karuan.
Hingga zidan tersadar saat seorang dokter wanita paruh baya bersama beberapa perawat yang berdiri dibelakangnya keluar dari UGD.
"Dok, bagaimana keadaan istri saya dan janin yang ada di kandungannya ?" Ucap zidan, dia benar-benar tak sabar ingin mengetahui kondisi mereka. Dalam hati, zidan berharap semuanya akan baik-baik saja.
"Alhamdulillah keduanya bisa diselamatkan. Ditrimester pertama ini kandungan ibu sangat rentan, pendarahan bisa saja terjadi. Untunglah kali ini bisa terselamatkan, karena janin yang ada di kandungan Ny. Alyssa cukup kuat. Tapi kalau pendarahan terjadi lagi, bisa saja akan keguguran." Jelas dokter wanita paruh baya yang masih terlihat cantik, meskipun sudah ada beberapa kerutan di dahi dan juga bawah matanya.
Zidan menghela nafas lega. Dia takut kalau bayinya atau Alyssa tak selamat. Atau bisa saja keduanya.
"Perasaan Ny. Alyssa juga harus dijaga pak. Karena biar bagaimana pun bayi juga bisa merasakan bagaimana kondisi ibunya. Usahakan agar Ny. Alyssa tidak sampai stress. Ny. Alyssa masih belum sadarkan diri, karena masih dalam pengaruh obat bius."
Zidan mengangguk paham. Satu-satunya orang yang membuat Alyssa stress hanya dirinya. Rasa bersalah meluncur begitu saja ke hatinya.
"Kalau begitu, saya permisi dulu pak." Dokter itu pamit beserta para perawat yang mengikutinya dari belakang.
"Terima kasih dok." Ucap zidan tulus.
Zidan memasuki ruangan, disana terlihat Alyssa sendang tertidur di bangkar. Wajah Alyssa pucat, matanya menghitam dan juga bibirnya yang terlihat memutih. Zidan tak tega melihat Alyssa seperti itu.
Di tariknya kursi yang ada di sebelah ranjang. Zidan duduk dikursi itu, disamping Alyssa yang tengah berbaring. Direngkuhnya tangan Alyssa erat. Setelah itu zidan mencium tangan Alyssa berkali-kali sambil mengucapkan maaf.
" Maaf.. Maafin kakak Al....."
Zidan menarik nafas dalam, saat dia merasakan sesak di dadanya. Zidan merasakan kalau pasokan udara diruangan ini kosong. Hingga zidan sulit bernafas.
Zidan melihat kebelakang, mengingat-ingat kembali peristiwa sebelumnya. Mulai dari di fitnah dan harus dipenjara karena sesuatu yang bukan merupakan kesalahnnya, gelarnya di cabut dari universitas, harus menikahi orang yang memfitnahnya, dan sekarang hampir saja dia kehilangan orang yang dia cintai. Zidan merasa bahwa ujian yang sedang menimpanya sangatlah berat. Bagaimanapun, zidan hanya seorang manusia biasa.
Zidan mengucap istigfar. Dia khilaf, benar-benar khilaf. Tiba-tiba hatinya terketuk, seperti ada yang membisik " Allah tidak akan memberikan cobaan kepada hamba-Nya diluar batas kemampuannya."
"Astagfirullah." Ucap zidan lirih. Tangan Alyssa masih dalam genggamannya.
Zidan sadar, bahwa cobaan ini adalah ujian yang harus dihadapinya. Kalau zidan lulus InsyaAllah derajatnya akan di naikkan oleh Dzat yang maha agung.
Sekarang bukan bagaimana perjalanan hidupnya tanpa hambatan kerikil. zidan yakin, kerikil-kerikil itu pasti ada, bahkan batu pun juga ada. tapi yang pasti saat sebuah kerikil atau batu buatannya terjatuh dalam menempuh perjalanannya, hanya satu pintanya, bahwa Allah akan selalu ada bersamanya. zidan yakin jika segala sesuatu dilibatkan kepada Allah, maka semuanya akan baik-baik saja.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kekasih Halal
Spiritual10 tahun lamanya Alyssa Nazilatun Ni'mah memendam cinta dalam diam. merajut rindu dalam doa dan terang-terangan memohon kepada Allah untuk menjadikan Mohammad Zidan Aiman Naza untuk menjadi takdirnya. siapa sangka garis takdir keduanya saling terik...