3. Cantik

103 9 1
                                    

.
.
.

Happy Reading
🥀

“Mang berhenti didepan ya,” ucap Zianna lalu turun dari angkot.

“Siap neng.”

“Ini mang,” menyerahkan uang lima ribu rupiah.

Setelah angkot itu pergi, Zianna Bersiap untuk menyebrang bersama murid yang lainnya yang kebutulan berada di angkot yang sama.

“Pagi Zi!” sapa salah satu dari mereka.

“Oh, hai. Pagi juga Hil,” balas Zianna.

“Btw ntar jadi kumpul?” tanya Hilda salah satu teman Zianna di eskul literasi.

“Jadi kok, ntar kumpul aja langsung di ruangan. Mulai minggu depan anak literasi udah bisa mulai lagi buat jam ke-0 di lapangan,” jelas Zianna pada Hilda.

“Oke, ntar gue umumin lagi di grup.”

Thanks Hil.”

“Santai aja kali, kalo gitu gue duluan nih.” Dikarenakan kelas Hilda berbeda arah, jadi ia pergi lebih dulu.

“Oke.”

Hari ini Zianna berangkat lebih siang dari biasanya, keadaan sekolah pun sudah banyak murid-murid yang berlalu lalang. Terutama kantin, walaupun masih pagi tapi sudah banyak yang datang untuk sarapan atau sekedar membeli pulpen.

“Zia!” Arga datang dari belakang dan menepuk pundak Zianna.

“Apa sih, bikin kaget aja,” Zianna menatap ke arah Arga.

Sorry, gue nitip tas.” Arga menyerahkan tasnya pada Zianna. “Kunci motor gue kayaknya ketinggalan,” sambil meraba-raba saku celana kemudian pergi begitu saja.

“Tas lo berat!!” Adu Zianna.

Zianna berjalan Kembali menuju kelasnya sambil membawa tas hitam milik Arga yang ukurannya cukup besar bagi Zianna.

“Duk!!” (suara tas yang di lempar). “Asu berat banget,” keluh Zianna.

“Haha! Lo kayak kurcaci bawa tasnya si Arga,” ledek Salma.

“Bangke lo Sal,” kemudian Zianna duduk dibangkunya.

“Lo jadi babunya Arga?” Salma menatap Zianna yang sudah duduk di sampingnya.

“Najis, ya enggalah anjir!”

Calm down bro.”

“Ga jelas tuh anak, tiba-tiba manggil nitip tas. Katanya sih kunci motornya ketinggalan,” gerutu Zianna.

“Yaudah sih, ga papa amal,” ucap Salma.

“Beban Sal bukan amal.”

“Sumpah kocak banget lo.”

***

Disetiap sekolah pasti selalu ada tempat tongkrongan para lelaki yang biasa di jadikan basecamp. Tempat yang nyaman untuk mereka bolos dan kumpul bersama.

“Abis ini mapel apa sih?” tanya Rivaldi.

“PKN,” jawab Arga.

“Anjir males banget gue pelajaran si emih,” omel Davin frontal.

“Bangke lo Dav, tapi iya juga sih. Bu Cucu kalo ngejelasin suka gaje, dah tua masih aja kerja.” Rivaldi emang paling jago kalo ngeroasting orang.

“Parah lo berdua,” kata Arga.
“Coba aja lo perhatiin, Ar.” ucap Davin.

ARGANNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang