2. Perhatian

121 8 1
                                    

.
.
.

Happy Reading!!
🥀

Pagi yang cerah, sedikit berawan dan udara dingin selalu Zianna rasakan saat ia pergi ke sekolah. Memakai jaket sangat membantunya untuk menjaga kehangatan tubuh, apalagi angin kali ini sedikit lebih kencang dari biasanya. Berangkat pagi-pagi sekali sudah menjadi rutinitas bagi Zianna, selain menghindari anak OSIS yang menantinya di gerbang, Zianna juga malas untuk berinteraksi dengan yang lain.

Berjalan sendiri di koridor yang masih sepi, sambil bernyanyi ria dan menari mengikuti irama musik. Sampai tiba di kelasnya, Zianna menaruh tas di bangku. Kelasnya masih begitu sepi, tidak ada siapapun selain Zianna yang masih larut dalam nyanyiannya.

Oh, you can fit me
Inside the necklace you got
When you were sixteen
Next to your heartbeat where I should be
Keep it deep within your soul” Zianna bernyanyi sampai tidak menyadari seseorang sedang memperhatikannya.

And if you hurt me
Well, that’s okay, baby, only words bleed
Inside these pages, you just hold me
And I won’t ever let you go” seseorang itu ikut bernyanyi sambil menghampirinya Zianna.

When I’m away,
I will remember how you kissed me
Under the lamppost black on Sixth street
Hearing you whisper through the phone” seseorang itu masih terus bernyanyi sambil menatap manik mata Zianna dalam.

Wait for me to come home” dalam keterkejutannya Zianna ikut bernyanyi bersama di bait terakhir lagu.

“Ya!! Kapan lo masuk?” Zianna menatap Arga yang berdiri dihadapannya.

“Belum lama, suara lo bagus,” Arga pergi menuju bangkunya dan duduk.

“Mmm, thanks. Lo juga,” ucap Zianna malu-malu.

“Pipi lo merah, lo salting?”

“Hah?! Enggak, maksudnya ee.. dingin, iya dingin”

“Oh, yaudah.”

***

Jam istirahat adalah waktu yang sangat ditunggu-tunggu oleh semua orang di sekolah. Dan kantin adalah sasaran utamanya. Seperti saat ini, kantin menjadi sangat ramai seketika.

“Ah, sumpah somaynya enak bangett”

“Perasaan tiap hari lo makan siomay deh, awas aja kalo sampe ngutang lagi,” pasalnya sudah seminggu Davin melihat sahabatnya itu jajan siomay.

“Iya-iya, kali ini gue bayar, tenang aja,” selesai makan siomay, Rivaldi tanpa permisi mengambil minuman milik Davin. “Alhamdulillah.”

“Enak banget lo main minum, gue aja belum minum.”

“Hehe, aus bro. Ntar gue ganti deh.”

“Halah bacot,” sudah pasti tidak akan di ganti bukan. “Btw, Arga mana?”

“Lah iya, gue pikir tadi bareng lo.”

“Cabut, ke kelas,” ucap Arga yang tiba-tiba muncul.

“Kek jelangkung lo Ar, baru juga diomongin langsung nongol.”

ARGANNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang