.
.
.Happy Reading
🥀Arga sedang bermain basket di lapangan. Tangannya memegang bola basket lalu memantulkannya. Membuat rambutnya yang basah karena keringat terlihat sangat seksi. Para perempuan yang menonton tak henti-hentinya meneriaki nama Arga. Zianna hanya memutar matanya malas. Ternyata gini rasanya menyukai seseorang yang disukai oleh banyak orang.
“Arga!” panggil Zianna.
Arga berbalik badan. Membuat Zianna mengerutkan keningnya.
“Ar! Kok pergi sih? Kan cuman mau ngasih minum doang,” ujar Zianna melihat Arga pergi tanpa melihatnya.
Sedangkan disana Arga sibuk menerima minum dan handuk yang dibawakan para siswi untuknya. Merasa diacuhkan Zianna pergi ke kantin dengan wajah kesal.
Perempuan ini menyesali perbuatannya barusan. Niatnya ingin modus dengan membawa air minum untuk Arga. Malah merasa iri melihat Arga tersenyum pada mereka. Zianna menghela napas. Pantaskah ia cemburu?
“Kenapa?” tanya Salma dengan nada halus.
“Kesel banget kayaknya,” lanjut Salma kembali.
“Bete gue,” balas Zianna.
“Bete kenapa?” tanya Salma.
“Tau ah.”
Tidak lama dari itu Arga, Davin, dan Rivaldi masuk ke area kantin. Melihat Zianna dan Salma duduk berdua di pojokan sana. Mereka bertiga menghampirinya.
“Gue denger lo bawain gue minum. Kenapa ga jadi?” tanya Arga seduduk disebelah Zianna.
“Tau dari mana? Engga tuh,” ucap Zianna refleks membuat perempuan itu langsung mengatupkan bibirnya.
“Bohong. Nih minumnya,” ucap Salma menunjuk minuman itu dengan matanya.
Arga mengambil minum itu lalu membukanya dengan cepat. Cowok itu menenggak habis minuman itu. Membuat Zianna tak percaya menatapnya.
“Ngapain diminum? Bukannya punya banyak yah?” ucap Zianna.
“Yang lain ga seenak yang lo bawa soalnya,” jawab Arga.
“Jelaslah! Minum yang Zia bawa pake cinta soalnya makanya aa Arga suka,” tutur Rivaldi.
“Ommo! Ommo!” ucap Salma dan Davin barengan dengan tangan menutup mulutnya.
“Apaan sih ga jelas banget,” ucap Zianna.
Perasaan Zianna tercampur aduk. Perempuan itu kesal. Tapi ia juga malu. Takut sikapnya tadi membuat orang-orang tau, rasa cemburunya yang ia tutupi.
“Mau kemana?” ucap Arga melihat Zianna berdiri.
“Ke laut! Ke mana kek bukan urusan lo juga!” balas Zianna.
“Zia lagi PMS ya?” tanya Davin pada Salma.
“Kayaknya engga deh,” jawab Salma.
“Sensi banget kek nya,” ujar Rivaldi.
Zianna pergi meninggalkan kantin. Zianna pikir Arga akan mengejarnya namun tidak ada suara langkah kaki. Zianna menghela napas, kedua bahunya turun dengan lesu.
“Dasar gak peka! Pas pembagian hati dia kemana sihh? Bolos kek nya?!” ujar Zianna sendiri.
“Kok bisa sih gue suka sama tuh orang?” Zianna makin misuh-misuh.
“Sumpah benci banget gue sama lo, Ar!” ujar Zianna keki.
“Yakin benci sama gue?” suara itu membuat Zianna menoleh kaget saat tau-tau keduanya tiba di dekat lapangan basket.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARGANNA
Short Story[on going] Arga Gevian Aleo. Sang ketua basket yang teladan, pintar, dan cukup pendiam. Hidupnya yang teratur dan tidak urakan, membuatnya disegani oleh banyak orang. Memiliki sifat yang cuek namun terkesan penyayang. Zianna Mikhaella Alkhanza. Dike...