11. Rasa

59 7 0
                                    

.
.
.

Happy Reading
🥀

Arga sedang berjalan di lorong sekolah. Cowok itu baru saja keluar dari LAB sekolah. Langkahnya yang santai namun tegap, dengan kemeja sekolah yang selalu rapi. Satu tangannya sedang membawa jas LAB dan satu tangannya lagi masuk ke dalam saku celana sekolah. Hal itu jadi pemandangan yang paling ditunggu, khususnya kaum perempuan.

“Argaaa!” teriak siswi-siswi yang Arga lewati. Arga tidak berhenti.

“Arga ganteng banget sih.” Arga tak perduli, ia tak suka dengan mereka.

Namun Zianna yang sudah melihat itu mendengus. Tidak akan membiarkannya!

“Cie di teriakin,” ucap Zianna saat menghampiri Arga. Sedangkan Arga tidak membahasnya. Mulutnya tertutup rapat selama berjalan.

“ARGAAA GANTENG BANGETTT SIHH!” ucap Zianna menirukannya dengan nada yang lebay. Sontak Arga berhenti dan menoleh pada Zianna.

“Jangan teriak-teriak Zianna,” tegur Arga dengan nada pelan.

“Iya maaf. Makanya jawab dulu,” ucap Zianna.

“Kenapa?” jawab Arga.

“Ga papa sih, cuman manggil aja. Hihi,” ucap Zianna terkekeh.

Arga terdiam sebentar. Merendam emosinya. Cowok itu harus ekstra sabar ketika berhadapan dengan Zianna.

“Kenapa Arga?” Zianna masih menunngu Arga yang sejak tadi hanya menatapnya.

“Rambut lo berantakan,” ucap Arga berat.

Sebenarnya tidak terlalu berantakan, hanya saja beberapa anak rambut tampak menghalangi wajahnya. Arga lalu membenarkan rambut Zianna. Zianna terkejut. Arga pun sama terkejutnya saat menyadari perbuatannya. Ada sengatan ketika tangan Arga menyentuh pipinya.

Arga menatap mata Zianna dalam-dalam. Sangat lugu, lucu dan manis.

Sorry,” Arga sedikit menjauh.

“Iya gapapa,” balas Zianna cengengesan lalu tersenyum lebar. Senang-senang saja diperlakukan seperti itu.

***

Keadaan kelas seperti biasa selalu ramai. Apalagi kalau tidak ada guru. Makin ramai. Seperti sekarang kelas XI MIPA 4 sedang tidak terkendali. Bahkan sampai ada yang dangdutan. Lalu ada juga yang sibuk menyalin tugas temannya.

“Makasih ya Salma sayang. Muah!” kata Rivaldi pada Salma membuat perempuan dengan wajah jutek itu berdecak lalu merebut bukunya.

“CIEE!” teriak anak kelas yang memperhatikannya.

“Apa sih geli banget lo Val.” Salma jelas terganggu mendengarnya.

Davin tertawa mendengarnya. “Ipi sih gili bingit li Vil,” ulangnya sambil ngakak.

“Diem ya Dav, gue ga ngomong sama lo,” semprot Salma ngegas.

“Ya ampun Sal, jangan jutek-jutek gitulah. Kamu itu seperti bulan purnama. Indah.” ucap Haikal puitis.

“Saking indahnya bisa membuat kakang Ival terpesona oleh paras adinda Salma yang begitu menawan,” sahut Rivaldi dengan gerakan tubuh yang menghayatinya.

Seisi kelas dibuat tertawa karenanya. Apalagi Davin. Cowok itu paling puas tertawa. Udah kayak bapak-bapak kalau ketawa. Sementara Arga hanya geleng-geleng kepala.

“Kenapa? Mau ngetawain juga?” ujar Salma emosi.

“Apaan sih Sal, orang gue diem dari tadi.” Zianna tak habis pikir dengan kelakuan teman-temannya itu.

ARGANNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang