‟Di dunia yang realistis ini, harta dan tahta lah penguasanya. Bahkan nyawa manusia yang nggak bisa diduplikasi pun dianggap tidak lebih berharga dari pada keduanya. Memang kejam, tapi faktanya begitu.”
✧༝┉┉┉˚*❋★❋*˚┉┉┉༝˚₊· ͟͟͞͞➳❥
Itu.. "Kak Hayden!"
Seorang siswa perempuan dengan nyalinya yang lumayan memberikan setangkai mawar merah muda pada Hayden. Bagaimana tidak bernyali, untuk mengajak seorang Hayden yang misterius, bahkan 'tuk sekadar bicara pun, kau harus punya keberanian dan mental yang kuat. Jika salah satu kata saja, para penggemarnya bisa mengamuk dan kehidupan sekolahmu yang indah pasti hancur kalau itu terjadi.
Anak perempuan yang membawa setangkai bunga itu cukup cantik, netra cokelat muda yang terlihat berkilau dan ikal kuning keemasan, berdasarkan gosip beredar ia pernah menjadi salah satu model majalah SMA di sekolah lamanya dulu.
"Mau jadi pacarku, kan?" tanyanya tanpa ragu.
"Pede banget, anjir!" teriak Diva refleks.
Perhatian semua penonton teralih padanya. Bahkan dua pelakon drama pagi itu pun ikut menatap ke arah Diva.
"Sh*t."
Diva berlari menjauhi kerumunan. Rasanya tentu malu, tak hanya seangkatan, bahkan adik kelas dan para kakak kelas melihat ke arahnya. Di sepanjang jalan, ia hanya merutuki dirinya yang telah melakukan hal bodoh.
Kembali pada Hayden, bunga tersebut ia ambil lalu jatuhkan dengan sengaja.
Dengan senyuman lebar nan manis ia berkata, "Just TMI, gue gak suka cewek murahan yang sana-sini mau.", lalu menjentikkan jarinya di dahi anak perempuan itu.
Kringg
"Oh, udah bel.."
Severa yang juga ikut menonton asupan pagi itu bergegas kembali ke kelasnya.
Jam pelajaran dimulai.
Ia bersiap di kursinya, menunggu sang guru menjelaskan materi belajar hari ini. Dilihatnya kursi di depannya kosong, "Dia masih sakit, ya?.."
"Selamat pagi anak-anak."
Terlihat wali kelas mereka, Pak Suryanto S. Pd. membawa seorang murid baru.
"Hari ini kita kedatangan seorang teman asal Surabaya. Perkenalkan, namanya Jendra." tunjuk Suryanto pada siswanya.
Severa yang daritadi duduk anteng tenyata diam-diam memperhatikan. Rasanya seperti tidak asing, ia merasa pernah bertemu dengan Jendra entah dimana.
"Jambret pasar bukan, ya?.."
Rupanya bukan halusinasi belaka, sepasang mata Rajendra juga dari tadi melotot melihat Severa seolah tak percaya, "Jangan-jangan.."
"Elo!" Severa bangun dari kursinya, ia menunjuk tangannya pada Rajendra.
"Nanti saja bertengkarnya, setelah jam pelajaran selesai." ujar Suryanto menengahi.
"Gantengg, spill id ff nya, dongg!" teriak sang ketua kelas tiba-tiba.
Riki Narendra, atau biasa dipanggil..
"Ngab Iky nie bozz, mabar dongg!" ucap Diva, bestie Riki.
Ketua kelas 11 MIPA 5 yang rada sableng, dia satu frekuensi sama Diva, salah satu slogannya 'bersama kita, menjadi incaran guru BK.' Sudah terlihat bahwasanya hobi beliau adalah mabar ep ep dan nongkrong tidak jelas sama geng ikon sekolah. Dia merupakan adik kandung dari tukang gibah legendaris mantan admin lambe curah, Sufi Ananda, darah tak bisa berbohong, sebagian besar dari lemeshnya mulut sang kakak menurun padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jurnal Refraksi (unfinished)
Fantasy"Pelangi, terjadi akibat adanya pembiasan cahaya. Ianya Indah, tapi hanya sementara.. Di kehidupan ini, aku akan kurangkai aksara yang mendokumentasi refraksi itu agar abadi. Jurnal tentang aku, kamu, dan dunia kecil kita." _Severa Azalea