07. 1543

7 1 0
                                    

‟Dasar anak orang kaya, kalian sulit dimengerti, semoga harinya senin selalu.."

- Minke -

✧༝┉┉┉˚*❋★❋*˚┉┉┉༝˚₊· ͟͟͞͞➳❥

"Selanjutnya, Severa Azalea."

Deg!

Brukk

Belum sempat menyelesaikan soal, Diva ambruk kehilangan kesadaran.

Sementara seisi kelas panik, Suryanto hanya melirik anak itu, "Malah tidur.."

Ia memapah muridnya itu untuk diistirahatkan terlebih dahulu.

"Pelajari kembali materi kemarin. Kalian boleh bermain di kelas, asal jangan berisik. Dan untuk ketua kelas, tolong jaga agar tidak ada yang merusak properti kelas atau berkelahi." pamitnya lalu pergi menuju UKS (Unit Kesehatan Sekolah).

"Baik, Pak." Riki menganggukkan kepalanya menyanggupi.

Dalam hati, sebenarnya Riki khawatir dan hendak mengajukan diri untuk menjaga Diva. Namun ia mengingat kembali posisinya, dia seorang ketua yang bertanggung jawab mengurus kelas terburuk di SMA Pelita Kita ini, dia tidak boleh lepas tanggung jawab begitu saja. Lagipula apa hak nya untuk menemani Diva? Toh, cuma teman biasa.

Atau mungkin tidak biasa?

"Dasar kakek tua cerewet.." gumam Givan yang sebenarnya masih bisa didengar oleh Pak Suryanto.

"Maaf ya Dipa, tapi jujur, aku bersyukur kamu pingsannya sekarang. You're my hero." -Severa Azalea, satu-satunya sepupu kandung Diva.

Setelah guru mereka itu keluar, terdengar bisikan dari para siswi.

"Eh, itu Yanto galak banget nggak sih tadi?" ucap salah satunya memulai.

"Iya, njir. Coba aja walas kita tetap Pak Kassim si tampan baik hati.." sahut yang lainnya.

*Walas = Wali Kelas

"Iya, apalagi pas dia di luar sekolah, beh damagenyaa."

"Yekann?"

Bahkan ada yang menyebut mantan Wali Kelas mereka dengan sebutan Oppa.

"Kassim Oppa memang sangat keren kalau lagi gak ngajar guys, tetanggaku ituu."

"Wah beneran?"

Severa tidak tertarik mengikuti obrolan mereka, muak dirinya mendengar semua omongan tentang cowok ganteng di sekolah ini.

"Sudah biasa~" gumamnya lalu tersenyum pada Alaric.

Alaric tak ikut tersenyum. Dia menatap punggung Pak gurunya yang semakin lama semakin mengecil, menandakan mereka semakin jauh. Sesuatu yang berbeda terjadi di pikirannya. Ia tengah berpikir, bagaimana bisa gurunya itu tetap melaksanakan tanggung jawabnya dengan baik? Sementara ia tahu betul bahwa sebagian dari anak-anak yang ia tanggung tidak menyukainya sama sekali, bahkan sampai membenci.

"Severa, bagaimana cara untuk tidak menanggapi semua omongan buruk yang dihujankan padamu?" tanya Alaric tiba-tiba.

"Apa?.."

Jurnal Refraksi (unfinished)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang