"Dokter, apakah anakku baik-baik saja?"
Ada raut cemas yang terlihat jelas pada wajah kedua orang yang kini tengah menunggu seseorang yang saat ini sedang terbaring lemah di atas ranjang pesakitan rumah sakit Kangbuk. Sosok manis itu masih memejamkan mata namun kondisinya sudah stabil. Mungkin efek obat yang masih berjalan lambat sehingga membuat keluarganya harus menunggunya untuk kembali sadar.
Kedua orang tua Jeonghan terlihat harap-harap cemas sedangkan adiknya tengah sendirian di rumah mereka. Merasa sama cemasnya setelah melihat dengan mata kepalanya sendiri Ketika sang kakak tiba-tiba luruh dan menutup mata tanpa daya.
"Dia baik-baik saja nyonya Yoon. Dia hanya mengalami malnutrisi jangka pendek di sertai dengan overdosis penggunaan obat-obatan"
Kedua orang tua Jeonghan yang sedang duduk di hadapan sang dokter kemudian terkesiap, saling bertatapan dengan bingung. Setahunya, anak pertamanya adalah sosok baik-baik yang tidak mungkin terjerumus ke dalam penggunaan obat-obatan terlarang. Namun seolah mengerti mengenai kebingungan dan kecemasan kedua orang tersebut, sang dokter lalu tersenyum untuk menimpali penjelasannya yang belum rampung.
"Bukan seperti yang kalian pikirnya. Putra kalian tidak menggunakan obat-obatan sejenis itu. Kami menemukan bahwa dia mengkonsumsi obat penghilang nyeri di luar dosis yang telah di anjurkan tanpa di iringi dengan asupan makanan yang mencukupi. Dia menelan obat penghilang nyeri tanpa memakan apapun kecuali air putih sehingga perutnya memberikan reaksi berlebihan"
Selepas hembusan napas penuh kelegaan yang terdengar, dokter kemudian memberikan secarik kertas kepada mereka.
"Saya sudah membuatkan resep untuknya dan kalian bisa menebusnya setelah ini, setelah putra kalian sadar dan tenaganya pulih, dia sudah bisa pulang"
"Arraseo, Uisa-nim"
Sang ayah meraih kertas putih yang telah di sodorkan oleh dokter. Keduanya lalu menarik kursi dan membungkuk singkat untuk undur diri. Namun, Langkah lemah itu seketika terhenti tatkala dokter memberikan pertanyaan dan juga pernyataan untuk keduanya mengenai anak pertamanya.
"Tapi, mohon maaf tuan Yoon, bolehkah aku mengatakannya?"
"Nee?"
"Sekali lagi saya meminta maaf jika mungkin perkataanku sedikit lancang. Tapi.. Ketika kami melakukan pemeriksaan, kami menemukan banyak sekali luka dan memar di bagian tubuhnya. Pergelangan tangan kirinya juga sedikit lebam, kami tidak bisa melakukan pemeriksaan lebih lanjut karena itu sedikit kurang sesuai dengan dugaan diagnosa awal, jadi ada baiknya jika kondisinya sudah stabil kalian bisa menanyakan mengenai hal ini kepadanya"
.
.
.
.
.
.
Ini adalah hari rabo.
Hari ketiga bagi Jeonghan untuk bebas beristirahat setelah dia meminta ijin kepada atasannya bahwa dia tidak bisa masuk kerja di karenakan sakit. Alih-alih memberikan ijin, sang supervisor justru mengijinkannya untuk tetap menyelesaikan seluruh tugasnya dari rumah dan menyelesaikan seluruhnya tepat waktu.
Meskipun itu sedikit menyebalkan, namun kelonggaran yang di berikan dirasa cukup melihat bahwa pada saat ini perkerjaan yang di miliki oleh kantornya memang sedikit padat.
"Habiskan sarapanmu sarapanmu sayang, kau harus makan dengan baik sehingga kau bisa kembali bekerja dengan kondisi yang baik juga senin nanti"
Jeonghan mengangguk. Menyimpulkan senyum tipis sembari menyesap sup rumput laut hangat yang beberapa hari ini seolah menjadi menu rutin untuknya. Sang ibu mengatakan bahwa rumput laut sangat baik untuk mengembalikan kesehatannya pasca sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Steganografi [JeongCheol Ver.]
FanfictionIni adalah kisah cinta klasik yang di mulai sejak keduanya duduk di bangku sekolah dasar. Namun, cinta itu rupanya hanya di rasakan sepihak. Seongcheol mencintai Jeonghan setengah mati, tapi Jeonghan menganggapnya tak lebih dari seorang kawan. Menun...