Part : Nineteen

613 70 56
                                    

Malam terasa begitu hening bagi Seongcheol. Kedua Langkah kakinya terhenti sejenak saat tubuhnya telah tiba di depan pintu rumah keluarga Yoon. Belum sempat tangannya yang telah terangkat untuk mengetuk pintu rumah di hadapannya.

Ragu. Namun tak memiliki rasa takut.

Tangan kanan yang telah terangkat itu kemudian dia turunkan sejenak. Tatapan matanya turun seiring genggaman tangan kirinya yang menguat pada kantong vitamin yang ada di dalam cengkeramannya. Jakun di lehernya terlihat naik dan turun dengan samar. Menandakan bahwa sang empunya tengah berusaha mengendalikan saliva yang memenuhi tenggorokannya.

Sesaat, kedua matanya terpejam rapat. Seiring dengan helaan nafasnya yang terdengar begitu berat demi melepaskan beban yang membuncah di dalam dadanya. Malam ini dia telah bertekad untuk datang dan meminta maaf kepada kedua orang tua Jeonghan yang selama ini telah dia anggap layaknya orang tuanya sendiri.

Bencana ini di awali oleh kesalahannya. Jadi Seongcheol pikir, bahwa dialah satu-satunya orang yang harus menyelesaikannya. Selama ini dia hanya berpikir untuk merengek kata maaf di hadapan Jeonghan tanpa menyadari bahwa ada beberapa orang lainnya yang telah dia sakiti begitu daalam. Kedua orang tua Jeonghan adalah orang-orang yang telah menaruh harapan besar terhadap masa depan anak yang telah mereka besarkan sepenuh hati. Dan dia dengan tak tahu diri mementingkan ego dan perasaannya hingga merampas kebebasan yang selama ini begitu di nikmati oleh sosok manis yang begitu dia cintai setengah mati. Maka sudah sepatutnyalah dia datang dan meminta maaf serta memohon ampun atas kesalahannya sebelum akhirnya mungkin dia akan meminta restu mereka di kemudian hari.

Tok! Tok! Tok!

Seongcheol mengangkat tangan dan mengetuk dan pintu lebar di hadapannya beberapa kali. Menunggu sang empunya rumah untuk datang dan membuka pintu rumah mereka. Tak hanya sekali, Tuan muda Choi itu mengulang ketukannya berkali-kali dengan sabar, menunggu pemiliknya membuka pintu dan mengijinkannya untuk masuk.

Klek!

Pemuda itu tergeragap kala terdengar suara pintu yang terbuka. Menampakan sosok ayah Jeonghan yang telah memasang raut tak senang terhadapannya.

"Samchun.."

"Jeonghan sedang tidak ada di rumah"

"Aku tidak datang untuk menemui Jeonghan"

Ayah dari temannya itu masih menatapnya tanpa henti. Seolah ingin mengulitinya hidup-hidup malam ini. Rahang tegas dengan siluet tajam itu terlihat sangat tak ramah padanya kali ini. Namun bagaimanapun, Seongcheol hanya bisa memaklumi.

"Samchun, bisakah aku masuk?"

"Jika kau datang untuk meminta pertolongan padaku untuk membujuk Jeonghan, maka.."

"Annimida samchun. Aku datang untuk meminta maaf"

.

.

.

.

.

.

.

Kesunyian yang sebelumnya telah di rasakan oleh Seongcheol semenjak dia belum menapakkan kedua kakinya pada ruang tamu keluarga Yoon rupanya masih berlanjut. Tak seperti dugaannya yang mungkin saja dia kan mendapatkan sedikit sambutan dan senyum hangat layaknya seorang anak yang telah lama tak bertandang ke rumah orang tuanya, nyatanya Seongcheol justru mendapatkan tatapan tak ramah tanpa tawa. Ibu Jeonghan juga turun menghampirinya setelah Jaehyuk yang menyadari kedatangan Seongcheol diam-diam berlari kecil untuk memberitahunya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 05 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Steganografi [JeongCheol Ver.]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang