BLAM!
Suara dentuman dari pintu yang di tutup di tengah malam itu terdengar menggema di seluruh ruangan yang ada di lantai dasar. Jeonghan menyeret langkah untuk memasuki rumah hampanya dengan ayunan gontai. Seluruh ruangan di lantai pertama terasa sunyi dan hening. Tak ada bising apapun yang menginterupsi rasa lelahnya setelah seharian bekerja dan menghabiskan waktu bersama Sehun untuk menyusuri tepian sungai Han dan juga menyeruput semangkuk besar Galbitang.
Kemudian, sosok itu melemparkan tubuh kurusnya pada sofa nyaman yang ada di ruang tamu rumahnya. Dia mengistirahatkan seluruh otot tubuhnya sejenak sembari melepaskan sepasang sepatu yang seharian ini telah bekerja keras mengamankan kedua kakinya. Sayup-sayup detak jam dinding terdengar tengah berkolaborasi dengan hembusan nafas teratur milik anak pertama tuan Yoon. Hingga puluhan menit berlalu, dan Jeonghan masih tetap bersikukuh untuk membuat dirinya nyaman di atas gumpalan kapas berbalut kulit lembu itu.
'Ayo kita menikah'
'Aku, sanggup bertanggung jawab atas seluruh hidupmu'
'Akan aku tuliskan seluruh kewajibanku kepadamu'
'Aku sanggupi seluruh permintaanmu atas pernikahan yang aku inginkan untuk ibu dari putraku'
Seluru kalimat yang Seongcheol ucapkan di hadapannya beberapa puluh menit yang lalu terus saja berputar pada seluruh saraf otaknya. Seolah tak ingin memberikan jeda waktu bagi Jeonghan untuk berpikir ulang dan mencari kemungkinan lain yang bisa menghasilkan sebuah penolakan.
Dia di landa kegundahan yang berlipat ganda. Di satu sisi dia merasa kebingungan atas pernyataan Sehun yang meminta sebuah kejelasan atas hubungan mereka. Namun tak berselang lama, kemudian Seongcheol datang dengan sebuah pernyataan di iringi desakan agar dia juga memberikan pilihan atas hidup putra mereka.
'Tuhan... aku lelah'. Hatinya berucap lemah. Bisikan kecil pada sudut hatinya begitu rapuh hingga syaraf otaknyapun seperti enggan untuk mencerna keinginannya.
Malam kelam yang sangat tenang itu kemudian terusik oleh suara tapak kaki tak beraturan yang sepertinya tengah menuruni tangga. Dari derap langkah gontai namun keras, Jeonghan sudah mampu menebak bahwa langkah itu adalah milik Jaehyuk. Namun sosok manis itu sepertinya enggan untuk membuka mata. Dia meneruskan aktifitasnya untuk mengistirahatkan seluruh otot dan syaraf tubuhnya hingga menguburnya dalam ketenangan.
"Hyung?". Panggilan pelan itu mau tak mau tetap saja masuk tanpa permisi ke dalam indra pendengarnya. Memancing deheman pelan sang kakak hanya untuk memperlihatkan eksistensi dari kesadarannya.
"Kenapa kau tidur disini?"
Jeonghan perlahan membuka kedua pelupuk indahnya yang terlihat bergerak di tengah remang cahaya lampu teras yang masuk melalui celah jendela. Dan saat Jeonghan membuka mata, tampak sang adik yang sedang membawa gelas kosong yang sepertinya baru saja hendak dia bawa ke tempat pencucian piring. Jaehyuk sepertinya memilih untuk mengurungkan niat awalnya. Sang remaja tanggung itu lalu meletakkan gelas yang ada di tangannya di atas meja di hadapan Jeonghan yang terlihat tak ada keinginan untuk bergeming dari posisinya selain menghembuskan nafas berat yang bergema di seluruh ruangan luas itu.
"Hyung baru saja pulang?"
"Hm...". Dehemnya sekali lagi.
"Aku... boleh menemani hyung disini?"
Jeonghan terlihat enggan untuk memberikan jawaban atas keinginan sang adik. Namun tanpa sebuah kata, jeonghan lalu menekuk kedua kakinya, seolah memberikan ruang bagi Jaehyuk untuk duduk di sofa yang sama dimana dia tengah membaringkan tubuh lelahnya.
Jaehyuk kemudian mengambil sejengkal porsi untuk dia duduki. Ini pertama kali di dalam hidupnya Jaehyuk merasa memiliki atmosfir secanggung ini dengan seseorang yang begitu dia kagumi setengah mati sejak dia mulai mengenal warna dia dunia ini. Baginya, Jeonghan adalah sosok kakak paling sempurna yang pernah di miliki oleh siapapun di dunia ini. Meskipun terkadang dia bersikap keras, tapi Jaehyuk tahu bahwa apapun yang Jeonghan lakukan untuknya semata-mata hanya untuk membentuknya menjadi sosok manusia dengan versi terbaik yang bisa dia ciptakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Steganografi [JeongCheol Ver.]
FanfictionIni adalah kisah cinta klasik yang di mulai sejak keduanya duduk di bangku sekolah dasar. Namun, cinta itu rupanya hanya di rasakan sepihak. Seongcheol mencintai Jeonghan setengah mati, tapi Jeonghan menganggapnya tak lebih dari seorang kawan. Menun...