"APPA!! TUNGGU!! AKU BISA JELASKAN.. DENGARKAN PENJELASANKU DULU..."
Seongcheol berusaha keras menahan tarikan keras dari sang ayah yang tengah menarik baju dan lengannya secara serabutan. Setengah menyeret putra bungsunya untuk masuk ke dalam pekarangan rumah keluarga Yoon pada saat itu hari sudah menjadi gulita. Rumah orang tua Jeonghan memiliki gerbang tinggi yang biasanya akan tertutup dan terkunci otomatis setelah pukul 10 malam.
"Appa... aku belum selesai bicara, jangan menarikku seperti ini, Jeonghan dan orang tuanya pasti..."
"MASUK!!"
"Yeobo... ini sudah malam..."
Tepat seperti apa yang Seongcheol bayangkan sebelumnya. Kejadian seperti inilah yang akan terjadi jika dia berterus terang mengenai masalahnya di hadapan kedua orang tuanya. Dia tahu cepat atau lambat dia harus tetap mengakui kesalahannya kecuali dia ingin menjadi pecundang dan bersedia untuk menerima resiko bahwa dia pasti akan kehilangan anaknya dan juga Jeonghan. Namun, setidaknya dia tidak pernah menerka bahwa detik selanjutnya setelah dia mengatakannya kepada sang ayah mengenai kehamilan Jeonghan, sang ayah dengan segera meletakkan sumpitnya dan mencengkeram kerahnya sebelum akhirnya menyeretnya seperti anjing liar yang perlu di lempar ke dalam jurang.
Beberapa kali Seongcheol masih berusaha untuk melepaskan diri dari genggaman sang ayah dengan ibunya yang terus mengekor di belakang mereka saat Tuan Choi menariknya keluar dari rumah dan menyeretnya untuk mendatangi kediaman keluarga Jeonghan yang posisinya bersebelahan.
"A-appa... tidak malam ini, berikan aku waktu, aku belum selesai bicara... Jeonghan bahkan belum mengatakannya di hadapanku... kurasa ini bukan ide yang baik..."
Sang ayah bahkan tidak memutar kepalanya sedikitpun pada sang anak yang terus merengek untuk meminta waktu. Sedangkan ibu Seongcheol juga tak kuasa melawan kehendak sang suami yang selama ini dia kenal sebagai sosok yang hangat dan tak pernah marah mengenai segala permasalahan yang terjadi di rumah mereka selama ini. Nyonya Choi jujur saja merasa sangat terkejut saat melihat betapa marahnya sang suami kali ini. Dia merasa kasihan pada putra bungsunya yang terus di seret tanpa ampun namun tak juga bisa menghentikan suaminya. Dia sudah berulang kali berusaha menghentikan sang suami agar bisa berpikir lebih tenang dan melepaskan Seongcheol namun hasilnya adalah nihil.
"Yeobo... ini sudah malam. Mereka perlu waktu untuk beristirahat. Setidaknya berikan waktu pada Seongcheol untuk kembali menjelaskan. Jangan menariknya seperti ini... dia.."
"APA KAU AKAN MEMBERIKAN ARGUMEN YANG SAMA JIKA POSISI JEONGHAN MENIMPA ANAK KITA?!! AKU BAHKAN TIDAK PERNAH MENGAJARI BAJINGAN INI UNTUK BERTINGKAH BIADAB SEPERTI HEWAN!!"
.
.
.
.
.
.
.
DOK DOK DOK!!
Rumah kedua orang tua Jeonghan memang tampak lebih kecil daripada rumah kedua orang tua Seongcheol. Namun rumah itu jika kita melihatnya dari luar, kita bisa memastikan bahwa yang memiliki rumah itu bukanlah orang dengan penghasilan pas-pasan. Ketukan keras dengan intonasi yang tak beraturan itu terdengar sangat kencang, menimbulkan suara gaduh yang bergema nyaris di seluruh ruangan yang berada di lantai satu rumah tersebut.
Ketika suara ketukan sangat keras itu Kembali bergaung, rupanya ibu dari Yoon Jeonghan tengah membereskan meja makan sedangkan sang suami tengah bersantai di halaman belakang rumah mereka yang berhadapan langsung dengan kolam. Ruangan-ruangan yang ada di lantai satu terdengar penuh oleh suara ketukan keras yang tak memiliki intonasi sabar, berbeda dengan ruangan-ruangan yang ada di lantai atas yang terdengar masih lengang karena baik Jaehyuk maupun Jeonghan masing-masing sudah kembali masuk ke dalam kamar mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Steganografi [JeongCheol Ver.]
FanfictionIni adalah kisah cinta klasik yang di mulai sejak keduanya duduk di bangku sekolah dasar. Namun, cinta itu rupanya hanya di rasakan sepihak. Seongcheol mencintai Jeonghan setengah mati, tapi Jeonghan menganggapnya tak lebih dari seorang kawan. Menun...