Part : Ten

719 70 24
                                    

Jeonghan duduk sendirian di sudut taman kecil yang berada di halaman belakang kantornya. Dia sedang menikmati waktu istirahat tanpa membiarkan seorangpun mengusik harinya. Sesekali meneguk sebotol air mineral demi membuat tenggorokannya basah oleh dinginnya air yang tengah berada di dalam botol yang dia genggam.

Sosok manis itu kemudian menyandarkan punggung lelahnya pada sandaran kursi yang seolah tengah bersiap untuk menyangga bahunya. Dia sengaja menepi dari keramaian. Sepanjang hari dia merasa muak di hakimi sejak membuka mata pagi ini. Dia merasa perlu ketenangan.

Jeonghan kemudian menutup mata. Merasakan semilir angin yang bergerak tenang untuk membuatnya merasa lebih nyaman. Seolah alam merasa kasihan atas nasib yang dia rasakan, kemudian berpikir untuk memihak keadaannya dan memberikan waktu bagi sosok manis berambut sebahu itu untuk membungkam tangis yang tak ingin lagi dia perlihatkan.

Semua terasa begitu tenang, tak ada seorangpun yang mengusiknya hingga akhirnya setelah puluhan detik berlalu dan mengijinkannya dalam kesendirian, tiba-tiba saja indra pendengarnya menangkap suara tapak pelan yang semakin lama semakin mendekat ke arahnya. Namun jeonghan seolah merasa enggan untuk memberikan sapaan. Dia justru memilih untuk tetap memejamkan mata dan melipat tangannya.

"Ayam goreng dan es krim coklat pesanan anda datang..."

Jeonghan membuka mata pada detik itu juga ketika sebuah suara yang terdengar tak asing menyapa pendengarannya. Menyadari bahwa orang itu adalah Sehun, Jeonghan bergegas untuk bangkit dari duduknya dan berniat untuk menyapa dengan cara yang lebih sopan sebelum akhirnya Sehun justru lebih dulu duduk di samping Jeonghan dan menahan lengannya agar sosok manis itu tak lagi berdiri dan melakukan sesuatu yang mungkin justru akan membuat perbincangan mereka menjadi tidak nyaman.

"Tuan Oh.."

Sehun kemudian mengedarkan pandangannya pada sekitar, menarik senyum simpul sembari meletakkan kedua jenis makanan yang baru saja dia sebutkan di antara mereka.

"Tak ada orang lain disini selain kita. Kenapa kau masih bersikap seformal itu? Bukankah kupikir kita adalah teman dekat?". Tanyanya. Masih tak melepaskan lengan Jeonghan sebelum akhirnya sosok manis bersurai indah itu kembali duduk dengan santai pada posisinya. Botol air mineral di dalam genggamannya dia remas lebih erat. Dia tiba-tiba merasa canggung pada Sehun meskipun pada kenyataannya mereka sudah berkali-kali pergi bersama meskipun hanya sekedar pergi berjalan-jalan di tepian Sungai Han selepas bekerja di akhir pekan. Atau sekedar pergi menyusuri pantai dengan melepas alas kaki setelah mengbiskan waktu untuk makan Sujebi.

"Apa ada sesuatu yang sedang mengganggumu?"

Jeonghan lalu menoleh. Terpaksa menunjukan sebuah senyum palsu yang sangat jelas terlihat bahwa lengkungan indah itu tercipta karena sebuah paksa. "Anni". Jawabanya singkat.

"Bohong". Jawabnya. "Aku bisa membedakan seperti apa senyumanmu yang biasanya kau perlihatkan padaku".

"Memang biasanya seperti apa senyumanku di dalam penilaianmu?"

"Senyum milik Yoon Jeonghan itu biasanya terlihat manis dan cantik di waktu yang bersamaan". Seketika Sehun menghentikan ucapannya. Mengatupkan bibirnya dengan rapat dan berusaha mengalihkan pandangannya pada sisi lain. Dia merutuki mulutnya sendiri yang begitu lancar untuk melontarkan pujian pada sosok indah di hadapannya itu.

Jeonghan terkekeh. Sekali lagi meneguk air yang berasal dari botol yang dia genggam dengan gerakan pelan. Tak berniat menimpali ucapan Sehun yang biasanya akan membuat pipinya merona tanpa dia sadari. Namun kali ini tidak. Hatinya terlalu mati untuk merasakan bunga dan kupu-kupu yang biasanya beterbangan di dalam perutnya dan menggelitikinya hingga tersenyum dan tersipu.

Seluruh permasalahan yang belakangan ini mengusiknya merampas kebahagiaan yang belakangan ini mulai dia rasakan ketika bersama sang atasan. Namun sejauh ini Jeonghan berusaha membatasi dirinya meskipun dia tahun bahwa kemungkinan besar Sehun memang memiliki perasaan melebihi batasan antara atasan dan juga bawahan. Dia tak mau di buai oleh delusi bahwa dia akan berpasangan dengan sosok tampan rupawan dengan jabatan yang jauh di atasnya.

Steganografi [JeongCheol Ver.]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang