Setelah proses mengeraskan hati setelah cukup lama berdiam di parkiran, aku melangkahkan kaki di gedung milik ayahku.
Gedung ini adalah tempat dimana penelitian kesehatan terkini akhirnya lahir dari tangan ayahku, August Hartono.
Di otakku lebih banyak kenangan pahit yang terekam dengan latar tempat gedung kebanggaan ayah ini.
Tempat ini pula yang menjadi awal dari terciptanya jantung mesin yang dingin di dadaku ini.
Aku yang tidak butuh izin khusus untuk masuk pun langsung berjalan menuju lift setelah melewati meja resepsionis.
Ah, menyesakkan!
Mendadak dadaku terasa nyeri dan sesak.
'Nyx, tenang. Bertahanlah sedikit lagi'
Aku menepuk dadaku pelan dengan harapan mesin seharga nyawaku ini bersahabat walau sebentar.
Setelah lift terbuka di lantai yang aku tuju. Tidak butuh waktu lama untukku menemukan 'Pintu Neraka' yang berwarna putih dengan tulisan laboratorium di atasnya.
Laboratorium ini masih tidak berubah, yang berbeda hanyalah lemari file di pojok ruangan yang berdekatan dengan pintu gudang tampak semakin besar.
Setelah memasuki laboratorium, aku langsung berganti pakaian menggunakan baju pasien dan merebahkan tubuhku di meja operasi.
"Bagaimana jantungmu?" tanya ayah.
"Profesor pasti lebih tau," jawabku singkat.
Ayah diam saja dan mulai menempelkan alat aneh di jantungku.
Grafik detak jantung mulai tergambar di monitor dekat tempatku berbaring, naik turun jantungku tampak jelas disitu.
Tampak tidak teratur."Apakah kamu melakukan hal ekstrim baru-baru ini?" tanya ayah sambil mencatat beberapa hal usai melihat monitor tersebut.
"Cuma makan ramen sama ketemu Mikha , selebihnya aku adalah zombie," jawabku dingin.
Pria paruh baya dengan kumis tipis itu menganggukkan kepala dan mencatatnya.
Tampaknya dia sudah kebal dengan jawaban asal yang aku lontarkan.
"Oke. Belakangan ini dadamu terasa lebih sakit dari sebelumnya?" lanjutnya menoleh ke arahku sebentar, lalu menyuntikkan suatu cairan aneh di jantungku.
Aku memilih tidak berbicara dan mengangguk sambil memalingkan wajahku.
Lambat laun jantungku tampak mulai berdetak normal seperti biasanya.
"Kamu tidak perlu khawatir. Sebentar lagi kamu tidak memerlukan jantung ini lagi," ucap ayah sambil tersenyum singkat ke arahku.
"Bagus, jadi kelinci percobaan gratisan tidak mudah," jawabku enteng lalu bangun setelah ayah selesai memeriksaku.
Sepintas aku melirik ayah yang tampak bergeming namun kembali fokus pada pekerjaannya.
"Ini semua ayah lakuin karena kamu anakku," Lirihnya sambil tersenyum getir.
"Maaf profesor, aku bukan anakmu. Anakmu Nyx sudah mati 4 tahun lalu di meja ini," jawabku ketus, lalu berganti baju dan meninggalkan lab ini secepat mungkin.
Ayah tidak berusaha mencegahku saat aku dengan cepat meninggalkan lab, karena pemeriksaan ini hanya demi memberi cairan khusus untuk jantungku.
Untuk pemeriksaan lainnya akan dilakukan oleh Mikha.
Dengan langkah lebar aku memilih keluar dari tempat yang menyesakkan itu dan pergi ke suatu tempat.
***
Taman kota jadi satu tempat yang sering aku kunjungi untuk melihat berbagai kegiatan yang dilakukan banyak orang.Menyenangkan melihat orang-orang normal melakukan kegiatan yang mereka sukai.
Aku menyadari satu hal yang ingin aku lakukan baru-baru ini, yaitu pergi ke Zurich, Swiss, untuk liburan.
Ah tidak, lebih tepatnya untuk bunuh diri.
Namun tentu saja ini tidaklah mudah dan memakan biaya dan persiapan yang luar biasa.
Aku sudah menyiapkannya bahkan sejak dua tahun lalu.
Orang bilang aku beruntung karena mewarisi kejeniusan ibuku dan masuk universitas di usia muda dan tidak akan kekurangan harta karena ayah.
Tapi jadi anak pintar dengan keluarga kaya nan terpandang bisa aku jamin tidak akan menjamin kebahagiaan.
Banyak yang ingin menjadi diriku, perempuan pintar dan tuan putri dari keluarga dengan harta berlimpah.
Namun kenyataannya, mati justru terasa jauh lebih membahagiakan untukku.
"Ah, aku harus melengkapi form itu sebelum berangkat," gumamku sambil duduk dan menonton sebuah penampilan musik jalanan di taman kota itu.
Satu cup es americano melekat di tanganku.
Aku memandangi orang berlalu lalang dengan tatapan kosong, sampai pandanganku tertuju pada seseorang yang sedang busking beberapa puluh meter jaraknya dariku.Mendadak jantungku berdetak cepat setelah aku menyadari postur tubuh yang tak asing.
Bersambung~
Halo,
Terima kasih sudah mampir dan membaca Petrichor sampai sini.
Aku minta maaf kalau ada kesamaan atau kekurangan cerita ini.
Tolong jangan lupa tinggalkan jejak komentar untuk kisah Nyx agar bisa berakhir bahagia.
Sampai jumpa di chapter selanjutnya :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Petrichor For Nyx
General FictionPetrikor, angu, atau ampo (bahasa Inggris: petrichor) adalah aroma alami yang dihasilkan saat hujan jatuh di tanah kering. -Wikipedia Charlotte Nyx Hartono Abu-abu, gelap, penuh kabut, dan menyesakkan. Inilah hidupku. Kehadiranmu memberiku sedikit o...