Part. 11, Born and Death

33 1 0
                                    



***

Sudah seminggu aku dipaksa menginap untuk pemeriksaan lebih lanjut jantungku.

Kata Mikha, ada sirkuit yang eror akibat pemberian serum oleh ayah pagi itu.

Sirkuit eror ini mengakibatkan aktivitas listrik pemicu pompa jantung mesinku ini menjadi terganggu.

Aku menghela napas pelan.

Aku tahu rumah sakit sangat diperlukan untuk kelangsungan hidup manusia.

Dia memiliki peran penting untuk membantu manusia untuk menjaga kesehatannya.

Di rumah sakit pula, peristiwa penting di hidup manusia seperti kelahiran dan kematian terjadi.

Meski aku tahu pasti pentingnya peran rumah sakit, aku tetap membencinya.

Karena rumah sakit ini membantuku untuk tetap hidup.

Kupandang jendela di sampingku, terlihat sebuah dahan dari pohon beringin yang tumbuh di taman belakang rumah sakit.

Di dahan itu, sebuah sarang burung pipit bertengger diantara cabang-cabang yang seakan dibuat khusus untuk sarang itu.

Apakah burung itu memiliki hidup yang normal?

Terkadang aku iri dengan burung. Meski tidak memiliki akal seperti manusia, burung itu nyatanya bisa hidup bebas terbang kesana kemari tanpa ada yang membatasi.

Dia bisa menikmati kelahiran dan kematian dengan normal, tanpa ada campur tangan dari burung lain.

Kenapa burung bisa menikmati itu, sedangkan aku tidak?

Apakah aku tidak boleh...

Suara pintu terbuka sukses membuyarkan lamunanku.

Aku menoleh ke arah pintu ketika kak Mikha dan Ansel tampak memasuki ruanganku bersama.

Keduanya lanjut mengobrol di kursi dekat jendela setelah tersenyum padaku.

Hmmm, aku tidak tahu Ansel sudah sedekat ini dengan kak Mikha.

Aku memilih menutup mataku, berpura-pura tidur.

Padahal aku tahu persis punggungku sudah sangat panas tak betah harus tidur seharian selama seminggu ini.

Yasudahlah badan, lebih baik turuti apa kata kak Mikha sebelum dia memilih untuk menambah masa rawatku di rumah sakit.

Kini Ansel dan kak Mikha mengobrol dengan subjek dan objek yang aneh.

Aku tau pasti ada yang disembunyikan oleh Ansel dan kak Mikha.

Mereka berdua tidak pernah seakrab ini sebelumnya.

Setahun setelah kejadian kecelakaanku waktu itu, pacar kak Mikha, Rachel, merayakan ulang tahun selanjutnya di rumah sakit karena jantungnya yang sempat berhenti berdetak berubah menjadi jantung dingin yang sama denganku.

Bukan sepertiku yang berakhir seperti ini karena kecelakaan, Rachel memang memiliki kondisi khusus di jantungnya sejak lahir.

Karena jatuh cinta pada Rachel, kak Mikha yang dulu kukenal slengean dan tak pernah serius belajar bertekad menjadi dokter jantung saat baru mengjnjak kelas satu SMA.

Ya, kadang cinta memang sangat ajaib hingga mampu merubah hidup seseorang.

Hanya hidupku yang tampaknya kebal dari kekuatan cinta.

Kak Mikha dan Ansel asyik mengobrol setelah aku selesai diperiksa sambil melengkapi dokumen pemeriksaanku pagi itu.

Aku tidak ingin dia tahu soal jantung mekanik dan keputusanku 'liburan' tiga bulan lagi.

Petrichor For NyxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang