Part 6, Encounter

36 6 0
                                    


***


Sosok penyanyi itu tampak membelakangiku dan terus bernyanyi dengan merdunya.

20 dari from20.

Underline on my diary
Used to write it I feel lonely
Yeah boy, don't cry
It's alright

Now I'm grown up much as Andy
Want this story happy ending
Though it's not a fairy tale

I dreamed the dream that I'll be rockstar on the show
Thought all my dreams would have come true at this age
But maybe it's not too late
So don't hold back
It's your time, yeah, I'm still going on

So I will tell the world it's alright
Do boy, it's the time
Hey, don't look back 'cause we don't have to
La di da di da

And I'll sing thank you, all my love
You were whole my world
Wish you all the best
Goodbye my youth

It'll be better than yesterday
Good enough I can sing this way
Ooh
Unexpected journey of my '20s
My 20, 20

Tampak rambut hitam penyanyi laki-laki itu dibiarkan tumbuh panjang sampai menyentuh bahunya.

Memiliki warna suara yang lembut, pria itu tampak tidak asing untukku.

Suara ini...

"Terima kasih banyak semua, sudah beberapa tahun aku tidak bernyanyi. Semoga suaraku nyaman di telinga kalian," ujar pria itu lalu membungkuk hormat ke arah penonton.

Aku mendekati sumber suara itu penasaran.

Apakah itu laki-laki yang sama dengan yang ada di pikiranku?

Selangkah demi selangkah aku mendekati sosok yang kini sibuk membereskan barangnya dan bersiap pergi.

Apakah ada kemungkinan suara manusia bisa sama persis dengan manusia lain?

Mulai dari lafal sampai sedetail saat ia menarik nafas sebelum bernyanyi. Kenapa bisa sama persis?

Tinggal beberapa langkah lagi aku berhasil menemuinya, laki-laki itu justru beranjak cepat menuju mobil yang terparkir di pinggir jalan dan berjalan cepat.

Aku tidak sempat berinteraksi dengannya, dengan langkah buru-buru ia menuju ke mobil hitam dan langsung meninggalkanku dan taman ini.

'Ayolah Nyx sadarlah, jangan berhalusinasi lagi di waktu seperti ini. Berhenti mencarinya, kamu tidak ingat karena siapa Ansel menghilang?'

Ya, benar. Semuanya memang salahku. Kalau saja aku tidak membiarkan Ansel menjadi satu-satunya teman dekatku, dia tidak akan ikut jadi korban kecelakaan itu.

Jika Ansel tidak bersamaku, dia tetap akan menjadi mahasiswa seni dengan suara merdu yang menghipnotis.

Dia tidak akan terpaksa meninggalkan semua mimpinya disini dan pergi untuk menghindari hal-hal merepotkan. Aku.

"Sudah pasti bukan Ansel," gumamku tersenyum miring.

Tak mau jatuh lagi dan menyusahkan banyak orang karena efek jantung mesin yang peka terhadap perasaan sang pemilik ini, aku bergegas pergi menuju rumah sakit.

Aku tetap harus melaporkan kegiatanku hari ini pada Mikha.

---

Ansel, aku ingat laki-laki itu bercita-cita menjadi penyanyi sejak kecil.

Petrichor For NyxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang