***
Underline on my diary
Used to write it I feel lonely
Yeah boy, don't cry
It's alrightNow I'm grown up much as Andy
Want this story happy ending
Though it's not a fairy taleI dreamed the dream that I'll be rockstar on the show
Thought all my dreams would have come true at this age
But maybe it's not too late
So don't hold back
It's your time, yeah, I'm still going onSo I will tell the world it's alright
Do boy, it's the time
Hey, don't look back 'cause we don't have to
La di da di daAnd I'll sing thank you, all my love
You were whole my world
Wish you all the best
Goodbye my youthIt'll be better than yesterday
Good enough I can sing this way
OohUnexpected journey of my '20s
My 20, 20Ditengah kegelapan yang tidak asing, aku lagi-lagi mengingatmu.
Laki-laki di taman itu cukup membuat jantungku bereaksi dengan hebat.
Ah, bukan dia. Tapi Ansel dan semua tentangnya.
Suara dan sosok yang sangat mirip dengan Ansel itu yang membuat jantungku yang sudah tidak normal ini jadi bergejolak.
Apalagi sebelumnya Pak Tua itu menyuntikkan sesuatu di jantungku pagi tadi.
Anselino Helios Wijaya, Ansel.
Sudah lama aku menyadari bahwa Ansel bukan lagi sosok yang kukagumi.
Aku mencintainya.
Aku mencintainya lebih dari aku menyukai makan ramen di malam hari sambil melihat citylight.
Aku mencintainya lebih dari es krim stroberi yang selalu diberikan kakakku saat dia pulang.
Aku mencintainya lebih dari aku memuja senyum dan pelukan hangat dari Mama.
Apakah sudah tidak ada kemungkinan untukku bertemu denganmu Sel?
Apa Tuhan yang katanya Maha Penyayang itu tidak menyayangiku? Sehingga ia menjauhkan aku dengan orang-orang yang aku sayangi?
Ansel, penyanyi itu beneran bukan kamu? Tidak bisakah dia adalah kamu? Aku sangat rindu suaramu.
'I miss you so much,' lirihku tanpa suara.
"Nyx? Kamu denger aku?"
Tanganku digoyangkan perlahan oleh seseorang.
"Buka matamu Nyx! Kamu belum boleh pergi!"
Ah, itu suara kak Mikha.
Aku yakin kali ini aku masih belum boleh mati.
Seiring dengan kesadaranku, kulitku merasa menyentuh sesuatu yang familiar.
Ya, sprei dan selimut rumah sakit.Kubuka paksa mataku perlahan. Mendadak lampu putih terang menyilaukan mataku.
Terlihat kak Mikha memandangku, pucat dan panik, serta beberapa perawat tengah sibuk mengoperasikan alat untuk membuat jantungku stabil kembali.
"Berhenti masang muka begitu. Aku belum mati," lirihku sambil tersenyum lemah.
"Lu tuh ya! Gak capek apa bikin orang jantungan? Lu mau gue mati muda gara-gara elu?" gerutunya.
Meski begitu, senyum lega tergambar di wajahnya setelah melihatku stabil. Aku tau dia khawatir.
Tak lama kemudian, seorang perawat melaporkan hasil pemeriksaan jantungku pada Mikha.
Setelah membolak-balik kertas di laporan itu, Mikha menghela napas lega.
"Tidak ada masalah serius, kondisimu sekarang karena serum yang diberikan ayahmu pagi tadi," jelasnya santai.
Pak Tua itu memang gemar mencari-cari masalah dengan hidupku.
"Dan... Ada rangsangan dari emosimu..." ucap Mikha pelan.
Aku dan Mikha sama-sama diam.
Dia sangat tahu, hanya ada satu hal yang akan membuat emosiku bisa memengaruhi jantung seperti sekarang.
"Untung aja kamu cepet-cepet kesini sebelum hal yang lebih buruk terjadi," tutur laki-laki jangkung itu memecah keheningan.
Dia menjatuhkan badannya ke sofa dan melipat kakinya.
"Biar penyakitan begini tapi aku gak akan bikin masalah yang ngerugiin orang lain," jawabku memejamkan mata sejenak.
Badanku masih lemas dan dadaku masih terasa nyeri.
"Kan udah kubilang aku ada di IGD, kenapa malah lebih milih ke basement?" tanya kakak sepupuku satu-satunya ini.
"Untung aja tadi ada laki-laki yang bawa kamu ke tempatku. Kalau gak, mungkin aku gak bisa nyelametin kamu," lanjutnya pelan.
"Laki-laki? Siapa? Dokter baru?" tanyaku penasaran.
Karena aku sering kesini, para dokter rekan kerja Mikha jadi mengenaliku dan membantuku bertemu dengan Mikha jika terjadi hal seperti tadi.
"G-gak tau, kupikir temen kamu. Abis nganterin kesini, dia pamit," jawab Mikha membuang muka dengan mencurigakan.
Aku terdiam, sudah jelas aku tidak memiliki seorang teman pria. Bagaimana bisa orang itu mengaku teman dan mengantarku kesini?
Aku tidak pernah memberi tahu siapapun tentang kondisi jantungku.
Lalu siapa yang membawaku langsung ke Mikha?
Yang mengetahui kecelakaanku waktu itu hanyalah keluargaku, dan Ansel.
Tunggu, Ansel?
Tidak mungkin kan ini sesuatu yang kutebak? Sangat tidak masuk akal.
Ini bukan seperti yang kupikirkan bukan?
Bersambung~
***
Halo, terima kasih sudah mampir dan mengawasi Nyx yang lagi oleng.
Maaf ya kalo ada kesamaan atau banyak kekurangan.
Minta tolong juga untuk tinggalkan komentar tentang apapun tentang aku atau cerita ini juga.
Sampai ketemu di part berikutnya :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Petrichor For Nyx
General FictionPetrikor, angu, atau ampo (bahasa Inggris: petrichor) adalah aroma alami yang dihasilkan saat hujan jatuh di tanah kering. -Wikipedia Charlotte Nyx Hartono Abu-abu, gelap, penuh kabut, dan menyesakkan. Inilah hidupku. Kehadiranmu memberiku sedikit o...