Part 8, Realize

27 2 0
                                    


***

Berbagai jenis pemeriksaan akhirnya dilakukan oleh Mikha untuk jantung ini.

Satu demi satu pemeriksaan baik yang ringan hingga berat pun selesai dilakukan.

Nyatanya harapanku untuk bisa segera pulang untuk mengerjakan skripsi akhirnya batal.

Mikha bilang aku masih harus dirawat di rumah sakit karena kondisi jantungku belum stabil.

Karena itu, malam ini aku memilih memainkan ponselku selama Mikha pergi mengunjungi kekasihnya.

Lahir di keluarga penuh cinta sebagai anak laki-laki semata wayang.

Dokter muda itu lahir dalam keluarga yang sangat aku impikan.

Ayah Mikha adalah adik dari ibuku. Sekaligus pemilik rumah sakit ini.

Dulu hidupnya begitu indah, dengan orang tua yang penyayang dan seorang kekasih yang mencintainya dengan tulus.

Namun wanita yang akan menjadi pengantinnya itu kini harus dirawat karena masalah jantung.

Hingga akhirnya kecelakaan yang membuat hidupku menjadi abu-abu justru memberi harapan baru untuk kehidupan wanita bernama Rachel itu.

Ya, kekasih Mikha memiliki jantung yang sama denganku.

Bukan hal yang aneh jika Mikha memilih tinggal di rumah sakit ini dan membantu penelitian ayahku.

Aku tahu Mikha menyayangiku sebagai sepupu. Tapi aku tahu jika dia lebih memedulikan jantungku ketimbang hidupku.

Penelitian pak tua ini bergantung padaku sebagai pemilik jantung mekanik pertama demi pasien lainnya, termasuk kekasih Mikha.

Sebenarnya aku tidak keberatan melakukan itu semua.

Yang aku benci sampai sekarang adalah kenapa ayah harus menggunakan tubuhku, anaknya, untuk menanggung semua rasa sakit yang ada saat proses penelitian.

Banyak orang bilang ayah adalah cinta pertama anak perempuan. Kenapa itu tidak berlaku untukku?

Apa ayah tidak peduli jika tubuhku berkali-kali dibedah, kulitku ditusuk jarum, berbagai jenis cairan dan serum aneh masuk ke dalam kulitku, atau setiap senyawa kimia yang pada akhirnya tercampur di darahku akibat penggunaan jantung mekanik ini?

Rasanya aku hanyalah boneka milik ayah. Hidup tapi rasanya tidak hidup.

Aku hidup untuk menyelamatkan orang lain sementara aku tidak ayah selamatkan.

Aku hidup untuk dipergunakan ayah untuk memenuhi obsesinya pada ilmu pengetahuan dan kesehatan.

Aku hidup sebagai objek percobaan yang berharga, namun nyawaku terancam setiap hari karena jantung mesin ini diincar untuk diambil oleh banyak orang.

Sudah bukan rahasia lagi kecelakaanku itu terjadi karena perbuatan salah satu kolega ayah yang meminta hak atas penelitian jantung mekanik ini.

Ibu kecewa ayah dulu lebih memilih mengamankan jantung itu daripada keselamatanku sampai aku dan Ansel jadi korban kecelakaan.

Namun pada akhirnya ibu meninggalkanku, dan aku yang membuatnya begitu.

Aku membuka foto-foto ku di galeri ponselku.

Sudah sejak lama aku memilih memotret foto di album keluarga untukku pandangi dikala sendiri.

Karena aku tidak pernah mau kembali ke rumah tempat semua album dan kenangan bahagia masa kecilku ini disimpan.

Meski sudah jarang tersenyum, dulu aku masih merasa bahagia hidup di keluarga kecilku walau ayah memang tidak pernah memperhatikanku.

Sudah cukup kasih sayang ibu dan kakakku satu-satunya, Oscar Achilles Hartono.
Tapi semuanya berubah sekarang.

Kak Oscar dulu adalah satu-satunya orang yang selalu ada apapun kondisiku baik sebelum atau sesudah adanya jantung ini.

Dia adalah sosok yang membuatku sadar masih ada laki-laki yang menyayangiku mau bagaimanapun keadaanku.

Meski pada akhirnya dia diusir ayah dan dikirim ke luar negeri tanpa boleh kembali sampai waktu yang ditentukan.

Dengan berkedok sekolah di luar negeri, dikirimnya kak Oscar sebenarnya untuk membuatnya menjauh dariku.

Agar dia tidak memiliki ikatan emosional lebih dalam denganku.

Dia terpaksa meninggalkan semua hal yang ia sayangi disini.

Lagi-lagi, aku yang menyebabkan hal itu.

Di tengah lamunanku malam ini, seperti biasa, berbagai hal mulai lalu-lalang di kepalaku meminta untuk dipikirkan.

Tiba-tiba aku kembali teringat Ansel, entah untuk berapa kalinya.

Kuakui dulu aku mengaguminya dan menerimanya menjadi satu-satunya teman dan orang terdekatku.

Saat pertama melihatnya, aku merasa aneh. Dia adalah kebalikan dari diriku.

Jika aku adalah malam gelap berkabut, Ansel adalah matahari musim semi. Hangat dan menyenangkan.

Tapi setelah kecelakaan itu, sosok Ansel di hatiku seakan berubah menjadi sebuah matahari musim panas yang kuat.

Dan aku membutuhkannya setiap saat? seperti bunga matahari.

Entah sudah berapa lama, rasa kagumku berubah menjadi perasaan aneh yang membuatmu merasa ada kupu-kupu terbang di perut dan dadaku saat mengingatnya.

Ya, dia adalah alasanku berhenti berusaha bunuh diri dan menjalani penelitian jantung mekanik ini sebagai kelinci percobaan.

Paling tidak, aku memutuskan untuk bertahan sampai tiga bulan kedepan aku pergi ke Zurich. Menemui Dignitas sesuai dengan tanggal yang disepakati.

Itu adalah waktu yang ditetapkan untuk melihat hasil final dari penelitian ayah pada jantung mesin ini.

Jika hasilnya memuaskan, aku akan kembali menjalani kehidupan sebagai kelinci percobaan dan menjadi obyek penelitian dalam skala yang lebih besar.

Aku akan dibawa ke Amerika dan kemungkinan aku tidak akan keluar sebagai orang normal.

Kebebasanku pada tubuhku pun juga akan hilang sempurna.

Aku tidak akan lagi dikenali sebagai Charlotte Nyx Hartono, aku hanya akan disebut sebagai Subjek A-21.

Seperti nama file yang berisi semua data dan informasi tentangku di komputer ayah.

Aku menolak menerima kenyataan itu.

Sepertinya mati bunuh diri ketimbang memuaskan dan memenuhi keinginan ayah.

Karena itulah aku berencana pergi ke Swiss, untuk mengakhiri semua penderitaan ini disana.

Lebih baik mati dengan kuasaku sendiri daripada tubuhku harus diteliti tiap jengkalnya oleh sekumpulan orang aneh yang dipimpin oleh August Hartono.

Ya, orang tuaku satu-satunya yang masih hidup, memilih untuk menyerahkan anak perempuannya satu-satunya pada sekumpulan orang aneh.

Aku menghela napas dalam seakan meraup oksigen sebanyak-banyaknya masuk ke dalam paru-paruku.

"Capek banget jadi manusia," lirihku.

Kupandangi lagi foto yang ada di galeri ponselku dan melihat foto di slide selanjutnya.

Ansel.

"Sel, aku bakal pergi 3 bulan lagi. Apa aku masih sempet ketemu kamu lagi?" gumamku memandang fotoku bersama seorang pemuda yang memiliki lesung pipi dalam yang manis.


Bersambung~





***

Halo lagi,
Terima kasih sudah mampir dan jadi saksi cerita hidup Nyx dan aku.
Maaf ya kalo ceritanya gitu-gitu aja, banyak kekurangan di cerita ini, aku ngerti.
Maaf juga kalo ada kesamaan, aku jamin itu ketidaksengajaan.
Tolong tinggalkan dukungan untuk Nyx juga ya.
See you :)

Petrichor For NyxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang