Dari adegan awal itu udah lompatan waktu ya....
° ° °
Sepasang kaki berjalan diatas pasir putih pantai yang lembut, kedua tangannya membawa wadah menuju tempat penangkaran tsurak-tsurak peliharaan penduduk Awa'tlu.Setibanya di penangkaran, pemuda itu langsung masuk ke dalam air menghampiri tsurak miliknya. Tangannya terangkat untuk mengusap kulitnya yang licin dan mengilap.
"Hey big boy" sapanya dengan senyum lebar.
Tsurak merupakan makhluk Pandoran yang menghuni lautan tropis. Mereka hidup rata-rata sampai berusia sekitar 20 tahun, dan sebuah tsurak dewasa dapat menampung seorang na'vi dengan nyaman dipunggung mereka.
Meskipun gravitasi di Pandora cenderung lebih rendah dan kerapatan udara yang tinggi memungkinkan tsurak menggunakan sayapnya untuk terbang atas air, akan tetapi ekor mereka tetap berada di dalam air untuk mendorongnya ke depan. Dengan ekornya yang kuat, tsurak dapat melaju dengan kecepatan tinggi selama berjam-jam.
Tsurak dan Ikran memiliki nenek moyang evolusioner yang sama. Tidak seperti Tulkun atau Ishiiruka, Tsurak tidak bisa tenggelam karena mereka bernapas menggunakan insang saat berada di bawah air, tetapi menghirup udara melalui dua lubang hidung yang terletak di atas kepala mereka selama terbang. Mereka kebanyakan memakan ikan dan makhluk udara kecil.
"Aonung"
Merasa namanya dipanggil dari belakang, Aonung membalikkan tubuhnya melihat ternyata Tsireya yang memanggilnya. Langsung saja pemuda itu berenang menepi menghampiri sang adik yang sekarang telah berjongkok di depannya.
Tangan Tsireya terulur menyerahkan sebuah benda pada kakaknya. Melihat itu kening Aonung berkerut bingung, "Apa ini, reya?" tanya nya.
"Karena aku tidak bisa ikut ke Ta'unui, tolong berikan ini kepada Remora atas permintaan maaf ku" lantas Aonung mengambil benda tersebut dari tangan Tsireya, "Baiklah, tapi hanya jika aku bertemu dengannya"
"Tidak mungkin kalian tak bertemu, dia kan tinggal disana"
Ada benarnya juga ucapan Tsireya. Di Ta'unui tak mungkin Aonung takkan bertemu dengan Remora. Pemuda itu sedikit antusias, tapi keantusiasan itu berarah pada pertemuannya dengan Nakia.
"Lagi pula, reya, sudah dua tahun berlalu. Memangnya Remora masih ingat dengan kalian?"
Dua tahun memang telah berlalu setelah kepergian Remora dan Nakia dari Awa'tlu. Selama dua tahun inilah Aonung sudah menjalani ritual kedewasaan sehingga sekarang ia telah memiliki tsurak nya sendiri.
"Aku yakin dia masih ingat dengan kita semua"
Tsireya tersenyum kecil, pandangannya beralih pada tsurak kakaknya yang berdiam diri dengan tenang, "Kamu sudah berikan dia makan?"
Aonung menggeleng, "Belum, tadinya sudah mau aku lakukan sebelum kamu memanggilku hanya untuk menitipkan benda ini" mendengar itu Tsireya reflek menampar kepalanya, sungguh sebuah kebiasaan yang tak pernah hilang sejak dulu.
"Benda itu istimewa, aku membuatnya bersama Kiri dan Tuk!"
Aonung hanya tertawa pelan, ia memilih kembali pada tsuraknya dan tak lupa memasukkan benda titipan adiknya itu ke dalam tas yang sudah ia ikatkan bersama barang bawaannya lainnya.
Saat matahari telah tinggi bersinar diatas langit, akhirnya Aonung akan memulai keberangkatan menuju desa Ta'unui bersama ayah dan ibunya.
Kunjungan mereka ke desa tersebut bukan tanpa alasan. Ronal, ibunya akan mengikuti beberapa ritual bersama para Tsahik dari desa Metkayina lainnya. Ritual ini biasanya selalu dilakukan setiap tahun di setiap desa yang berbeda, dan tahun ini ritualnya di desa Ta'unui.
KAMU SEDANG MEMBACA
IN HIS PLACE
Fanfictiondrowning in those ocean eyes note: available in indonesian & english BOOK: IN HIS PLACE (season 1) IN FATED (season 2)