Holaaa aku update lagi nih hihihi
Happy readings....
° ° °
Di sepanjang hidupnya Remora tak pernah membayangkan bahwa ia akan berada dalam situasi ini. Sebuah situasi yang membuatnya dan Aonung diam membisu.
Remora pikir setelah malam ini berakhir mungkin besok kehidupannya akan kembali normal tanpa memikirkan hal-hal menyangkut Aonung. Namun, semua harapan itu seakan pupus setelah Ronal dan Tonowari menawarkan agar Remora menikah dengan putra mereka yang tak lain adalah Aonung.
"Remora mungkin bisa ikut bersama kami ke Awa'tlu sehingga disana dia bisa menghabiskan lebih banyak waktu bersama Aonung"
Mendengar ucapan Ronal barusan membuat Remora dan Aonung melotot dalam diam.
"Sebut saja kedatangan Remora ke desa kami untuk menjalani masa pendekatan dengan Aonung, pada akhirnya mereka berdua lah yang akan memutuskan apa mereka mau menikah atau tidak" Ronal sudah memikirkan semua ini dengan sangat matang.
Remora mengangkat pandangannya menatap Ronal dengan kening berkerut, "Kami berdua yang memutuskan?"
"Ya" Ronal mengangguk.
"Tapi Ronal, kalau putri kami tinggal lama di desamu dengan embel-embel akan menikahi putramu, bukankah memalukan jika akhirnya mereka memutuskan untuk tak menikah?" Kanita tak mau mengambil resiko, kehormatan keluarga Demir tak boleh dipermalukan.
Ronal tampak berpikir, ia menatap suaminya seakan meminta saran, sementara Tonowari sendiri kebingungan harus mengatakan apa.
Akhirnya setelah hening lama Ronal pun mendapat ide, "Katakan saja putrimu pergi ke Awa'tlu untuk balajar, semua orang akan mempercayainya, dan seandainya mereka memutuskan untuk tidak menikah setidaknya putrimu akan pulang tanpa rasa malu" lantas Kanita dan Tsalwi saling bertatapan lalu beralih menatap putri mereka.
"Mora, apa pendapatmu nak?"
Bergantian Remora menatap wajah kedua orang tuanya, dilihatnya Ronal menatapnya dengan penuh harap membuat Remora berpikir sepuluh kali untuk mengatakan tidak.
"Aku biarkan Aonung yang memutuskan" sekarang otak Remora tak berfungsi dengan benar, ia menyerahkan semua keputusan pada Aonung sehingga semua perhatian tertuju padanya.
Aonung memperbaiki posisi duduknya agar lebih tegap, setelah pertimbangan yang cukup lama akhirnya ia pun memutuskan untuk menyetujui rencana orang tua mereka.
Mendadak Remora merasa pening setelah mendengar Aonung menyetujui semuanya, ia mengira pemuda itu akan menolak, tapi nyata nya sangat berbeda dari yang ia harapkan.
Jika sudah begini pasti Remora akan repot.
Setelah beberapa saat akhirnya pembicaraan antar dua keluarga telah berakhir. Tonowari, Ronal dan Aonung segera berpamitan pergi meninggalkan rumah Demir.
Remora yang masih belum puas memutuskan untuk keluar mengejar Aonung, ia butuh penjelasan mengapa pemuda itu menyetujui keinginan orang tua mereka.
"Aonung" panggilnya santai.
Aonung menghentikan langkahnya dan melihat Remora berjalan kearahnya. Wajahnya terlihat serius, sampai didetik berikutnya tangannya ditarik oleh wanita itu menuju tempat sepi yang gelap dan sedikit jauh dari pemukiman desa.
"Are you trying to playing a games?"
Kening pemuda itu berkerut mendengar Remora yang langsung menudingnya, "I don't understand, mora."
"Just tell me why? kenapa kamu menyetujuinya?" Remora benar-benar ingin mendengar jawaban dari bibir pemuda itu, "Aku tak keberatan kamu mengatakan tidak"
KAMU SEDANG MEMBACA
IN HIS PLACE
Fiksi Penggemardrowning in those ocean eyes note: available in indonesian & english BOOK: IN HIS PLACE (season 1) IN FATED (season 2)