07: Dizziness

498 68 10
                                    

sorry updatenya agak lama hehe karna aku kelarin dulu FATED baru deh fokus kesini

btw kalo chapter ini update berarti FATED s1 udah tamat😅

happy readings...

° ° °

Remora tidak menduga kegiatannya mencari kerang siang ini akan ditemani oleh Aonung yang tentu saja bukan kemauan pemuda itu untuk menemaninya, melainkan atas perintah Ronal.

"Aku baik-baik, Ronal. Aku bisa pergi sendiri." Tadi pagi Remora memang sempat mengeluh pusing, tetapi ia hanya mengeluh pada dirinya sendiri dan tiba-tiba siang ini Ronal langsung mendatanginya. Entah darimana wanita paruh baya itu mengetahuinya.

"Kamu terlihat pucat, Remora." Ronal tetap menolak, ia menarik tangan Aonung untuk mendekat, "Aku tidak bisa membiarkanmu pergi sendirian, Aonung temani dia."

"Its fine, i promise." Rasa pusingnya memang masih ada, tapi Remora merasa ia masih bisa mengatasinya.

Remora berulang kali meyakikan ibu tiga anak itu bahwa dirinya baik-baik, tak ada yang perlu dicemaskan, tapi tetap saja Ronal keras kepala.

"You go with her." Ronal seakan tuli.

"Okey, mom, okey" Aonung tidak bisa menolak lagi.

Remora hanya bisa pasrah, melawan Ronal sama saja seperti melawan patung. Remora cukup tahu niat Ronal menyuruh Aonung agar mereka berdua bisa menghabiskan waktu bersama.

Dan disinilah mereka, berada diperairan yang lumayan jauh dari desa dengan menunggangi Ilu. Di kesempatan itu Remora menghentikan perjalanan, Aonung segera mensejajarkan posisi dengannya.

"Kenapa berhenti?"

"Kurasa kamu tidak perlu mengikutiku lagi."

"Lalu kembali ke desa dan membiarkan ibuku membunuhku? oh tidak." Aonung jelas tidak akan melakukannya.

"Tidak, maksudku pergilah kemana pun yang kamu mau. Aku tidak mau ditemani." Remora hanya tidak bisa menghabiskan waktu berdua terlalu lama dengan Aonung, karena itu tidak baik untuk proses melupakannya.

"Just going and act like i'm not here."

"I can't" Remora menggeleng kecil, "Not with you around me."

Aonung menghela nafas pelan, ia menatap sekilas wanita disebelahnya ini lalu menggeleng kecil, "Terserah." gumamnya kemudian membelokkan Ilu bersiap untuk pergi.

Remora melihat kepergiannya, pemuda itu semakin jauh.

"Hanya pusing sedikit, tidak buruk" gumamnya pelan lalu melanjutkan perjalanan. Namun tidak sempat jauh dari tempat tadi secara tiba-tiba matahari bersinar begitu terik, pantulan cahaya dari air menyilaukan mata membuat rasa pusingnya semakin menjadi-jadi. Bahkan kali ini rasanya lebih buruk dari sebelumnya.

Remora mencoba menstabilkan rasa pusingnya, namun lama kelamaan penglihatannya mulai gelap sehingga tanpa sadar ia mulai kehilangan pegangan dan terjatuh ke dalam air, membiarkan tubuhnya ditarik semakin jauh ke dalam air.

Di sisi lain Aonung kebingungan kemana ia harus pergi karena jika ia kembali ke desa tanpa Remora, dapat dipastikan Ibunya akan mengamuk.

Di tengah-tengah pemikirannya, Aonung melihat Ilu yang digunakan Remora sebagai tumpangan melaluinya seakan memberi tanda. Merasa ada yang tak beres, dengan cepat Aonung memutar arah jalan kembali ke tempat ia dan wanita itu berpisah.

Ketika jaraknya semakin dekat, Aonung memerintah Ilu untuk menyelam. Di dalam air ia sudah melihat Remora tak sadarkan diri.

'Sialan'

IN HIS PLACETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang