12: Pirate Ship

570 63 20
                                    

Aku update lagi nih, lagi semangat biar cepet tamat cepet deh season 2 di mulai

happy readings....

° ° °


"Ateyo Te Ukano Arzok'itan"

Upacara pemberian nama cucu pertama Olo'eyktan dan Tsahik desa Ta'unui berjalan dengan lancar, dengan perasaan bahagia seluruh penduduk desa menyambut kehadiran sang bayi yang di percaya akan menjadi Olo'eyktan sejati di masa depan menggantikan ayahnya.

"Mau menggendongnya?" Setiap kali Nakia menawarkan apakah adiknya ingin menggendong keponakannya karena sejak kemarin Remora selalu menolak untuk melakukannya dengan alasan terlalu takut akan menyakiti si bayi.

"Tidak apa-apa, kamu harus belajar." Dengan sedikit memaksa Nakia berhasil membuat Remora mengulurkan tangannya. Remora ketakutan saat Na'vi kecil yang masih rentan ini diletakkan ke pelukannya, "Nakia, aku takut lehernya patah!" pekiknya tertahan tidak mau membangunkan sang bayi.

Nakia terkekeh pelan, "Tidak akan asal kamu menahan kepalanya disini." Nakia membantu Remora untuk menggendong bayinya dengan benar.

"Lihat? tidak terjadi apa-apa, kan?."

Remora menunduk memandangi wajah keponakannya yang sedang tertidur sambil menghisap jempol, bibirnya tertarik membantu senyuman tipis, tatapannya beralih menatap kakaknya, "Bibirnya mirip denganmu."

"Ya, karena ini bayiku."

Keduanya terkekeh, sepertinya sekarang memandangi wajah keponakan kecilnya menjadi salah satu hobi Remora.

Ateyo menggeliat kecil membuat Remora sedikit siaga, "Nakia, bagaimana ini?"

"Santai saja, Mora. Dia hanya menggeliat."

Dan benar saja, setelah menggeliat Ateyo kembali tidur dengan tenang.

Di sisi lain tempat, ternyata diam-diam ada sepasang mata yang sedang gemas memperhatikan Remora, dia tak lain adalah Aonung. Pemuda itu memperhatikan Remora yang menolak untuk menggendong keponakan namun akhirnya dipaksa untuk melakukannya.

Aonung terkekeh pelan ketika melihat raut wajah ketakutan Remora saat bayi kecil itu menggeliat di dalam gendongannya.

"Gemas, bukan?"

Aonung menoleh mendapati Ibunya mengambil duduk disebelahnya. Aonung tidak menjawab selain hanya tersenyum saja.

"Setelah resmi menikahi Remora jangan lupa berikan aku cucu secepatnya."

"Bu!"

Ronal tertawa pelan, "Jangan terlalu serius begitu, putraku." Ia menggeleng kecil, dengan senyum lebar menatap putranya ini. Sedikit terharu karena Aonung telah dewasa sekarang.

"Putraku ini telah dewasa sekarang."

Aonung tersenyum tipis, sedikit bangga dengan dirinya sekarang.

"Tapi kadang sikapnya masih kekanakan." Tambah sang ibu melunturkan senyuman Aonung, "Bisakah ketika Ibu memujiku, jangan secepat itu juga menjatuhkan aku?." Keluhannya membuat Ronal tak kuasa menahan tawa.

"Sekarang aku kembalikan putramu, ak-"








BOOM

Sebuah bom yang tak diketahui asalnya tiba-tiba meledak ditengah-tengah altar upacara desa.

Ketika pemboman itu terjadi, Remora yang masih dalam keadaan menggendong Ateyo terlempar lumayan jauh dari tempatnya. Remora jatuh tersungkur dalam keadaan masih memeluk Ateyo.

IN HIS PLACETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang