10: Those Eyes

851 77 28
                                    

aku ketiduran padahal mau update kemarin malam, yaudah subuh subuh update deh pasti belum ada yang baca nih

° ° °

"You're mine"

"Ah!" Remora terlonjak kaget saat mulut panas Aonung melahap putingnya tanpa aba-aba.

Semenjak kejadian di pulau beberapa hari lalu Remora menjadi lebih sering melamun, bahkan ketika Tsireya dan Kiri mengajaknya mengobrol ia hanya diam karena pikiran yang membawanya pergi seakan raganya ada disini tetapi nyawanya ada ditempat yang ...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semenjak kejadian di pulau beberapa hari lalu Remora menjadi lebih sering melamun, bahkan ketika Tsireya dan Kiri mengajaknya mengobrol ia hanya diam karena pikiran yang membawanya pergi seakan raganya ada disini tetapi nyawanya ada ditempat yang jauh.


"Jangan jadikan aku pelampiasan"

"Mora?"

"Remora?"

"Ya?" Remora tersadar ketika Kiri mengguncang pundaknya pelan, "Apa katamu?"

"Kamu melamun? apa yang kamu pikirkan?" Kiri menatapnya dengan raut bingung.

"Are you okay?" Tsireya menggenggam tangan Remora, sorot matanya terlihat sangat khawatir, "Belakangan ini kamu lebih sering melamun, Remora."

"Aku-" Bergantian Remora menatap wajah Tsireya dan Kiri, bibirnya tertarik membentuk senyuman tipis, "Aku hanya rindu orang tuaku."

"Kamu bisa minta bantuan penjaga untuk menemanimu pergi ke Ta'unui, aku yakin orang tuaku takkan melarangmu."

Ya, memang mudah sekali jika memang Remora sungguh merindukan orang tuanya. Nyata nya, bukan itu yang menganggu pikirannya, tapi kejadian pagi itu. Remora merasa ingatan itu akan membekas dalam waktu yang lama.

Remora marah pada dirinya sendiri, ia kecewa karena saat semua itu terjadi dirinya malah memberi akses agar Aonung semakin melancarkan aksinya. Kabut nafsu terlalu menguasainya saat itu sehingga otaknya tak berfungsi untuk memikirkan kerugian yang akan ia dapatkan di kemudian hari.

Namun, tak ada gunanya menyesal. Semua telah terjadi, dan Remora tak bisa menyalahkan Aonung sepenuhnya karena pada akhirnya ia sendirilah yang menyerahkan diri pada pemuda itu.

Remora mendesah kuat ketika Aonung menyentuh bagian paling sensitifnya dibawah sana, ia benar-benar tak bisa melakukan perlawanan karena kaki dan tangannya ditahan oleh pemuda itu.

"Ahh kamu gila" Remora terkulai lemas dibahu Aonung, kungkungan pemuda itu membuatnya tak berdaya, dan sentuhannya dibawah sana memberi getaran asing yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

Remora tidak tahu apa yang terjadi pada tubuhnya karena ia mulai bereaksi atas sentuhan itu. Panas dingin mulai menjalar ke seluruh tubuhnya memberi sensasi merinding sekaligus.

"Hentika- aah aonung aku tidak bisa lagi"

"Akh!" Aonung terkejut saat Remora menggigit bahunya sebagai pelampiasan. Gigitannya hanya membuat Aonung semakin gencar melakukan aksinya, ia suka ketika wanita itu bergerak dengan gelisah diatas pangkuannya.

IN HIS PLACETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang