17: I See You

506 67 10
                                    

update lagi yeay...

readers ku jangan lupa voment (vote + komen) sebagai bentuk dukungan kalian yaa🤗

happy readings....

° ° °

Similar angin bertiup kencang, menggoyangkan daun-daun di pohon rimbun dan rumput di tanah. Aroma khas lautan tercium samar, kicauan burung terdengar jelas menemani Remora dalam kesendiriannya.

Mata sebiru lautan yang menatap lekat sebuah objek di depannya, bibirnya tertarik membentuk senyuman tipis.

I see you, Mora

Tangan Remora terangkat menyentuh tulisan ukiran buatan Aonung dibatu besar, "I see you too, Aonung." Lirihnya pelan dilengkapi dengan senyuman kecil.

Setiap kali Remora merindukan Aonung, tempat paling dekat yang bisa ia datangi untuk mengobati rasa rindunya pada pemuda itu adalah batu besar didekat teluk pantai. Perasaannya selalu menghangat setiap kali melihat tulisan tersebut, semua itu mengingatkan Remora betapa Aonung mencintainya.

Cukup lama Remora berdiri diam menatap tulisan itu, tangannya meraih pisau di dalam saku. Perlahan mulai mengukir balasan.

Membutuhkan waktu selama dua puluh menit bagi Remora menyelesaikan tulisannya tepat disebelah ukiran milik Aonung. Senyumannya mengembang lebar menampilkan deretan giginya yang rapi.

I see you, Mora - I see you, Aonung

"Kuharap cinta kita abadi, Aonung. Sama seperti tulisan ini yang akan ada selamanya."




🌊🌊🌊






Tiga bulan kemudian....

Pagi menjelang siang hari ini kegiatan Remora hanya membuat perhiasan dari cangkang kerang dan batu berwarna yang ia dapatkan dari pesisir pantai. Tak jauh darinya juga ada Tsireya.

"Menurutmu lebih bagus yang mana? merah muda atau biru?"

"Emm.." Remora memperhatikan gelang buatan Tsireya yang hampir selesai, menimbang-nimbang antara batu warna merah muda atau biru.

"Menurutku merah muda."

"Alasannya?"

"Warna biru sudah cukup mendominasi."

"Baiklah." Tsireya menuruti pilihan Remora, tangannya mulai mengikat satu batu merah muda dengan dekorasi cangkang keong kecil sebagai pelengkap.

Remora juga hampir menyelesaikan membuat kalungnya, hanya memerlukan beberapa sentuhan akhir saja.

🔊 suara terompet

Di tengah-tengah kesibukan membuat perhiasan, suara terompet berbunyi menyita perhatian seluruh penduduk desa Awa'tlu.

"Are the tulkuns back?" Tsireya beranjak dari duduknya lalu berjalan mendekati pintu Marui.

"MEREKA SUDAH KEMBALI!"

Kemunculan Tuk secara mendadak ditambah teriakannya membuat Tsireya terkejut.

Pandangan Remora terangkat setelah mendengar teriakan Tuk.

IN HIS PLACETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang