08: Hands

512 69 5
                                    

yuhuuu aku update lagi nih, gak terlalu panjang sih tapi semoga memuaskan hati kalian

happy readings....

° ° °

Semenjak kejadian Remora pingsan di tengah laut Ronal menjadi lebih protektif terhadapnya, selain karena tanggung jawabnya atas menjaga putri sang sahabat, Ronal juga tak ingin hal buruk terjadi lagi pada calon menantunya.

Tidak jauh dari pemukiman Remora terlihat sedang memberi makan beberapa Ilu termasuk Ilu yang menolongnya saat ia pingsan beberapa hari yang lalu. Ilu itu sudah Remora tandai sebagai hewan favorite nya.

"Kira-kira nama apa yang cocok untukmu?" Remora memperhatikan garis-garis corak biru yang terdapat di kulit Ilu itu, entah mengapa sebuah nama tiba-tiba muncul dibenaknya, "Fumi!" serunya antusias.

"Aku menamaimu Fumi, kau menyukainya?" Ilu itu terlihat senang membuat Remora tak tahan untuk tidak tersenyum, tangannya terangkat menepuk lembut kepala Fumi.

"Fumi, fumi" gumamnya pelan sambil memberinya makan.

"Mora!"

Remora berbalik melihat Tsireya menghampirinya.

"Ada apa?"

"Ibu hanya ingin aku memastikan keadaanmu." Tsireya menyapa ilu-ilu dengan santai, "rupanya kamu disini memberi mereka makan."

"Reya, tolong katakan pada Ronal bahwa aku baik-baik saja sekarang. Aku sembuh total." Remora merasa tidak enak karena Ronal benar-benar menaruh perhatian padanya, bahkan meminta Tsireya dan Aonung menjaganya juga.

"Selain karena kamu adalah putri sahabat ibuku, sepertinya dia juga menyukaimu."

Remora tersenyum tipis, tidak ada yang tahu bahwa kedatangannya kesini untuk pendekatan dengan Aonung, dan tentu saja tak semudah itu. Remora lebih banyak menghindari pemuda itu dari pada mencoba mendekatinya.

Sebuah bola menggelinding mengenai kaki Tsireya, tak lama datang Koro mengambil bola yang terbuat dari rotan tersebut.

"Bermain dengan hati-hati, Koro. Kalian bisa melukai orang lain kalau menendang terlalu kencang."

"Alven yang menendang terlalu kencang." ujar Koro membela diri.

"Kalian semua saja saja!" Tsireya bermonolog kemudian menyuruh Koro untuk cepat pergi.

Koro tersenyum miring lalu tatapannya beralih pada Remora, "Mau ikut bermain?" tawarnya sedikit genit.

"Tidak!" Remora menolak tanpa berpikir panjang.

"Ayolah" Koro mencoba meraih tangan Remora yang langsung dihindari oleh wanita itu.

"Dia bilang tidak, bro" Aonung berteriak dari belakang, diam-diam ia memperhatikan perlakuan Koro pada Remora. Koro yang mendengar teguran Aonung kemudian memilih kembali bermain bersama teman-temannya.

"Seharusnya kau biarkan saja dia bermain dengan kita." Koro melempar bola yang ditangkap Aonung dengan sempurna, "Sekarang dia terlihat jauh lebih cantik setelah dua tahun tak bertemu."

"Kau benar." ujar pemuda lainnya menyahut ucapan Koro.

"Fokus dengan permainan." Aonung merasa tidak suka saat mereka membicarakan Remora, "Bersiaplah" ia menyuruh mereka semua mengambil posisi, sementara matanya sempat melirik kearah Remora sebentar. Tidak lama kemudian dia pergi bersama Tsireya membuat Aonung kembali fokus bermain bola.

🌊

Saat malam hari tiba kebanyakan penduduk Awa'tlu akan mencari kerang yang menempel di batu-batu karang, semua dilakukan di malam hari karena kondisi kerang-kerang tersebut yang menyala memudahkan untuk mencari keberadaan mereka.

IN HIS PLACETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang