Masih mikir nih fanfic enaknya tamat chapter berapa yee
happy readings...
° ° °
Seharian ini Aonung benar-benar di sibukkan dengan tugasnya untuk mengawasi para calon pemburu muda desa Awa'tlu. Cahaya matahari berubah keungu-unguan menandakan sore hampir berganti malam. Aonung telah selesai mengerjakan tugasnya, sudah saatnya untuk pulang.
Ketika dalam perjalanan menuju rumah, matanya menangkap sosok familiar sedang berbincang dengan Ibunya. Dia adalah Kanita, ibu Remora.
Aonung membeku ditempat, jantungnya berdebar kencang ketika menyadari hari ini merupakan hari kedatangan Remora.
"Bagaimana aku bisa lupa?"
Dengan langkah cepat Aonung segera menuju Marui tempat adiknya tinggal, berharap ada Remora disana. Namun ketika tiba di Marui tersebut, ia tak mendapati keberadaan Remora.
"Aonung?" Tsireya keheranan melihat kakaknya, tumben sekali datang kesini sendirian. Biasanya dia hanya datang apabila Lo'ak, Neteyam atau Rotxo mengajaknya.
Aonung tidak menjawab, ia langsung pergi begitu saja, memutar otak memikirkan besar kemungkinan dimana keberadaan Remora sekarang.
🌊
Di sisi lain pesisir pantai yang tak terlalu jauh desa, terlihat Remora sedang duduk bersila memperhatikan hewan-hewan kecil bercangkang yang berjalan kesana kemari diatas pasir.
Belum lama Remora menghabiskan waktu disini, namun suasananya yang tenang dan jauh dari kehidupan penduduk desa membuatnya memilih untuk tinggal sebentar.
Bibirnya tertarik membentuk senyuman ketika melihat keong jantan dan betina yang saling menghampiri satu sama lain.
"Lihat itu, pasanganmu menghampirimu." Remora tersenyum kecut mengingat Aonung. Sudah setengah hari ia tiba disini dan pemuda itu sama sekali tidak mendatanginya.
"Apa perasaannya sudah berubah?"
"Pembohong." gumamnya pelan.
"Disini kamu rupanya."
Darah berdesir cepat, jantung Remora berdegup kencang saat sebuah tangan memeluk perutnya dari belakang. Tanpa melihat pun Remora sudah tahu siapa pemilik tangan itu.
"Aku merindukanmu."
Remora duduk diam merasakan Aonung menyesap lembut tengkuknya, merasakan ibu jari pemuda itu mulai menari ringan disekitar pusarnya.
Ciuman semakin naik, dengan gerakan pelan Aonung menarik pipi Remora agar bisa mencium bibirnya. Lumatan demi lumatan ia berikan, namun rasanya aneh karena wanita itu sama sekali tak membalas ciumannya.
Dengan benak yang dipenuhi berbagai macam pertanyaan, Aonung melepaskan ciumannya, menatap Remora dengan tatapan bingung.
"Ada apa?"
Remora menggeleng kecil lalu membuang muka membuat Aonung semakin dilanda rasa bingung.
Ada yang salah
Aonung mencoba mencium Remora lagi tetapi responnya masih sama, bahkan ketika ia beralih menciumi hampir seluruh permukaan kulit pipi wanita itu responnya masih sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
IN HIS PLACE
Fanfictiondrowning in those ocean eyes note: available in indonesian & english BOOK: IN HIS PLACE (season 1) IN FATED (season 2)