CHAPTER 34 - ADA APA NIH?

3.1K 176 21
                                    



Gulf menarik napas dalam-dalam saat ia berdiri di luar rumah ayahnya, mempersiapkan diri untuk pertemuan. Sebagian pikirannya berteriak kepada dirinya sendiri, untuk berbalik dan lari menyelamatkan diri.

Sejatinya Gulf tidak apa-apa jika ia tidak bertemu dengan sang ayah. Namun ada hal yang mengusik hatinya, tentang mengapa sang ayah membenci dirinya. Padahal ia sudah berperilaku baik untuk keluarganya sendiri.

Setelah diskusi singkat dengan Mew yang berakhir dengan keheningan di kedua pihak. Kemarin Gulf menghabiskan sepanjang hari nya untuk bertanya-tanya 'apakah pilihannya sudah benar'.

Gulf tahu alasan ia ingin bertemu dengan Joss adalah untuk mendapatkan jawaban yang ia pertanyakan selama ini. Meskipun sang ayah menjelaskan bahwa dia ingin menebus kesalahan, tapi sesungguhnya Gulf tidak menginginkan permintaan maaf dari sosok ayah.

Tidak perlu pembenaran juga tentang apa yang ayahnya perbuat, cukup memberi penjelasan 'mengapa, ketika ayahnya bisa memberi Gulf kehidupan yang normal dengan keluarga baru yang ia impikan, tapi sang ayah malah membuat hidupnya seperti berada dalam neraka, dengan kesenjangan yang sangat terlihat antara perlakuan terhadap dirinya dengan saudara barunya, krist'.

Jane, pengurus rumah tangga, membuka pintu dengan senyum di wajahnya. Dia menyapa anak pertama dari Joss seperti seorang teman lama, membimbing Gulf masuk kedalam. Baru memasuki rumah, Gulf melihat ayahnya datang mendekatinya dengan senyum lebar di wajahnya. Matanya berkilau dan cerah, berjalan dengan tegak, tidak ada tanda-tanda kelelahan atau kusam di wajahnya.

'Sebenarnya apa yang terjadi? apa ayahku terkena penyakit tua?'

Senyum yang terbentuk di bibir Gulf saat bertemu Jane setelah sekian lama, lenyap begitu ayahnya memeluk tubuhnya dengan erat. Joss benar-benar menarik anaknya ke dalam pelukan!

"Aku sangat merindukanmu, nak," kata Joss, menarik diri untuk tersenyum cerah pada sang anak.

Gulf balas menatap joss, ia tidak mampu membalas kasih sayang yang ayahnya berikan. Gulf hampir tidak bisa berkata apa-apa.

Setelah sekian lama, ayahnya mengatakan bahwa dia merindukan sang anak. Joss juga memeluknya.

Inilah yang Gulf inginkan dari sang ayah sepanjang hidupnya, tidak lebih. Namun memar, baik eksternal maupun internal, dari masa lalu menolak perlakuan baik dari ayahnya.

"Selamat datang kembali, di rumah. Ayo, masuk" kata Joss sambil mulai masuk ke dalam.

"Ini bukan rumahku," kata Gulf. Joss menghentikan langkahnya dan berbalik. Tidak ada sedikitpun kemarahan dari ekspresi Joss. Gulf mengulangi kalimatnya. "Ini tidak pernah menjadi rumahku."

Gulf melihat Krist yang memelot dari ruang tamu. "Mendingan lo masuk, terus selesaiin semuanya," Krist memutar matanya begitu bertemu dengan netra Gulf.

Gulf mengerutkan kening. Menyelesaikan apa?

"Jangan pedulikan dia. Dia hanya mengkhawatirkanku," kata Joss sambil mengantar Gulf ke ruang tamu.

Krist berjalan di depan Gulf, sementara Joss memutuskan untuk berjalan bersama dengan Gulf, membuka obrolan ringan saat mereka duduk di dalam ruang tamu. Ini adalah pertama kalinya Gulf menerima perilaku baik dan perhatian penuh ayahnya.

Semua ini seharusnya menyenangkan, menimbulkan kegembiraan, namun Gulf tidak sabar untuk mengakhiri percakapan ini dan meninggalkan semuanya menjadi masa lalu.

"Bagaimana kabarmu, Gulf? Aku mendengar Mew dan kamu pindah ke rumah baru," tanya Joss. Suaranya tidak mengandung kedengkian yang biasa didengar.

"Iya, Kita pindah rumah."

"Apa dia memperlakukanmu dengan baik?"

Itu adalah pertanyaan sederhana dari seorang ayah yang khawatir dengan kehidupan baru anak bersama pasangannya. Namun situasi ini terasa ironi di anak yang selalu di benci oleh keluarganya.

Gulf bingung, apa yang harus ia jawab untuk pertanyaan itu?

Apa boleh ia menjawab bahwa pasanganya memperlakukan dirinya lebih baik daripada ayahnya sendiri?

Apa boleh ia menjawab bahwa, dirinya selalu diperlakukan setara saat bersama pasanganya?

Apa boleh ia menjawab bahwa pasangannya membiarkan dirinya untuk memiliki pendapat sendiri, membuat pilihan sendiri?

Bahkan setelah cekcok yang timbul kemarin, Mew masih memperlakukan Gulf dengan layak, ucapannya masih terdengar lembut di telinga Gulf.

"Iya, Mew memperlakukanku dengan baik" jawab Gulf sederhana, ia tahu bahwa kalimat yang sudah ia pikirkan akan sia-sia.

"Gimana sama ayah sendiri? baik-baik aja kan? sehat kan yah?" tanya Gulf sebelum sang ayah lebih banyak mengajukan pertanyaan lainya.



Jangan lupa kirim kritik dan saran....

Jangan lupa kirim kritik dan saran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Rich Man - MewGulf ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang