CHAPTER 1 - CRASHED

7.4K 582 105
                                    

"Ini tidak adil Gulf, kamu harusnya gabung nanti malam. Ini kan hari ulang tahunku!" Win bersikeras.

"Aku tidak akan bisa. Apa kau lupa seperti apa ayahku? Dia tidak akan pernah melepaskanku" kataku, meminta maaf.

Di umurku yang menginjak 22 tahun, hidupku sangat dibatasi oleh ayah

Aku dan Win sudah saling kenal selama tiga tahun terakhir, kami bertemu di tempat kerja, yaitu 'Mike's Coffee Shop'. Win tahu segalanya tentangku dan situasiku dengan keluarga. Dia selalu ada untukku dan berada di sisiku.

Aku belum pernah mendengar atau melihat ibu, sejak hari dimana dia diseret keluar dari rumah, 8 tahun yang lalu. Aku sudah mencoba bertanya pada ayah tentang hal itu, tetapi selalu berakhir dengan pertengkaran dan pukulan yang diberikannya padaku.

"Ibu tirimu menyebalkan, Gulf!" Win mendengus.

Ayah menikahi Mild-Ibu tiriku hanya demi uang. sedangkan Mild menikahinya karena ayahku adalah pengusaha yang baik dan Mild membutuhkan seseorang untuk menjaga perusahaannya.

Aku sudah gelisah ketika ayah membawa Mild pulang, kalian bisa membayangkan betapa terkejutnya aku ketika mengetahui Mild memiliki seorang putra, Krist. Ternyata dia sama buruknya dengan sang ibu.

Sejak aku mengetahui kekuatan yang dimiliki oleh Mild adalah uang, aku selalu membenci orang-orang yang memiliki kekayaan. Uang mengubah seseorang menjadi monster, seperti yang terjadi pada ayahku, Joss.

"Aku tahu, Win. Maaf, tapi aku gak bisa melawan ayah" kataku padanya.

"Aku tahu, kamu harus melindungi dirimu sendiri dari amukan kakek dan nenek sihir itu. Tapi, apapun yang terjadi, aku akan selalu ada untukmu" katanya sambil tertawa kecil, "hidupmu sejujurnya sungguh luar biasa Gulf" tambahnya.

"Ya. Aku tahu" aku menghela nafas.

"Kenapa kamu gak kabur aja sih?"

"Sebelumnya kan aku udah kasih tau kamu, Win, ayah akan menemukanku, dia sudah punya uang dan kekuasaan sekarang. Bekerja di kafe ini adalah satu-satunya kebahagiaanku. Aku gak seberuntung orang lain Win, yang bebas mengatur hidupnya sendiri."

Aku tidak ingin bekerja di perusahaan Mild, yang dijalankan ayah sekarang. Jadi, aku memutuskan untuk bekerja di kafe ini. Mereka menyetujuinya karena Krist memihakku untuk tidak bekerja di perusahaan. Dia ingin menjadi pewaris perusahaan.

"Maafin aku Gulf, aku.."

"It's ok" bisikku.

Win memelukku dengan erat. Hanya dia satu-satunya orang yang peduli.

Aku berharap ibu kandungku yang memiliki banyak uang, mungkin situasinya akan berbeda, mungkin ayah tidak akan pernah mengusir ibu dan....

Air mata mengalir di pipiku, Win menyadari bahwa aku menangis dan melepaskan pelukannya.

"Kumohon jangan nangis Gulf, Tuhan tidak seburuk itu, dia akan memperbaiki semuanya".

Aku memberinya senyuman kecil dan menghapus air mataku. Aku tahu hal seperti itu kemungkinan terjadinya sangat kecil. terlalu banyak masalah yang aku hadapi, ini membuatku tidak berharap tentang keajaiban. Tapi aku tidak ingin menangis di hari ulang tahun sahabatku.

"Oke oke, lanjutkan pekerjaanmu dan nikmati pestamu malam nanti, Win. Semua pelanggan sudah menunggumu di sana. Aku akan pulang sekarang" kataku sambil memeluknya kecil.

"Take care. Jangan nangis lagi, udah ganteng gini masa nangis." ucapnya tertawa kecil. "Oh iya satu lagi, nanti kalau orang tuamu marah-marah tanpa sebab, telepon aku, aku akan membelamu" dia menyeringai lalu pergi melanjutkan sift nya menjaga kafe.

Ya, sikap Win memang tegas. Waktu itu ketika Win bermain ke rumahku, ia bertemu Mild. Mild mendatangiku dan mulai memarahiku tanpa alasan. Kemudian Win mengambil sikap untuk membelaku dan secara terang-terangan memperingatkan Mild untuk tidak pernah 'menggonggong' padaku. Itu kata-kata Win, bukan kataku. Raut wajah kaget Mild pada saat itu membuatku ingin tertawa.

Win memang laki-laki yang keras, mandiri dan kuat sedangkan aku pengecut.

Aku tersadar dari pikiranku ketika mendengar suara marah.

"Apa yang kau lakukan?" teriak Mild.

"Kamu disini?" tanyaku bingung, sebenarnya apa yang dia lakukan di tempat kerjaku?

"Saya tadi lewat sini, ya udah sekalian mau nyuruh kamu beli Sepatu untuk Krist. Jangan berani-berani melakukannya, dan ambil ini." Katanya lalu mengeluarkan kartu kredit serta uang tunai dari tasnya. "Simpan ini, aku tahu kamu tidak akan mampu membayar sepatu Krist."

Sejujurnya aku sangat membenci orang yang menampilkan uang mereka, seolah-olah mereka bisa membeli segalanya dengan uang. Aku merebutnya dari tangan Mild dan memasukkannya ke dalam tasku.

"Jangan tunjukkan kemarahanmu. Apakah kamu ingin aku menceritakan ini pada ayahmu?" Dia mengancam.

Aku sangat takut pada ayah. Setiap kali Mild mengeluh tentang ketidakpatuhan ku pada Mild, aku harus menghadapi kemarahan ayah. Dia tidak pernah mendengarkan aku dan jika aku mencoba memberikan penjelasan, dia akan menamparku karena berani berdebat dengannya.

Mengunci diri di kamar dan menangis dalam hati dengan foto ibu yang selalu kupegang adalah bagian dari rutinitas harianku sekarang.

"Kumohon jangan" pintaku.

"Kalau begitu lebih baik kamu melakukan apa yang aku perintahkan tadi" katanya dan berjalan keluar dari kafe.

Elin menghampiriku setelah kepergian Mild. Jeremy berusia dua puluh tahun dengan rambut pirang dan fisik ramping namun cantik. Dia benar-benar memiliki wajah yang menarik dan banyak laki-laki yang memperhatikan. Dia bekerja di kafe ini bersamaku dan Win.

"Hei Gulf! Siapa dia?" dia bertanya, melihat ke pintu.

"Seorang kerabat" kataku santai.

"Dia sepertinya tidak bahagia," katanya, sedikit mengernyit.

"Entahlah, dia memang seperti itu." ucapku. "Oh iya, aku harus pergi ke toko sepatu. Bye Lin" Aku tersenyum dan berjalan keluar kafe. Memasuki mobilku, lalu pergi ke toko sepatu.

*****

Sampai nya disana, aku mengendarai mobilku menuju area parkir. Hanya ada satu tempat yang kosong jadi aku harus memarkirkan mobilku di antara tiga mobil yang sudah terparkir, samping kanan, samping kiri, dan bagian belakang.

BRAK!

Sialan! aku tidak sengaja menabrak mobil belakang. Aku keluar dari mobil untuk mengecek kerusakan yang terjadi.

Mobil di belakang sangat mahal dan mewah, aku mendekati mobil tersebut. Ada goresan besar, penyok di bagian depan dan lampu depan bagian kanan pecah.

mataku membelalak ketika aku sadar, mobil yang kutabrak adalah Audi A7. Pemilik mobil ini pasti sangat kaya, bukan cuma tergores, ada penyok bahkan head lampnya pecah. Tuhan tolong aku! aku benar-benar tidak ingin berdebat dengan orang kaya.

"Apa yang kau lakukan pada mobilku!?" Datang raungan marah.

Sialan!


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Rich Man - MewGulf ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang